Jangan lupa Vote and Coment:)
~Shafiyah~
Hari itu, Zidane ingat betul. Hari paling kelam dalam sejarah TNI, dimana pembantaian massal dilakukan serentak di semua wilayah di Indonesia. Mereka menghabisi para petinggi dan orang-orang penting, tak ayal juga dengan para keluarganya. Bendera setengah tiang menjadi bukti bahwa Negeri tengah berduka cita.dan Zidane adalah salah satu korban selamat dari tragedi berdarah tersebut. Ia kehilangan ayah, ibu dan kedua orang kakaknya dalam waktu yang bersamaan.
Kala itu, Zidane bersama dengan Sertu Raka yang merupakan salah satu ajudan ayahnya yang berhasil selamat, ia menyaksikan bagaimana jasad keluarganya dimasukkan keliang lahat.
Setyo Nalaringga...
Ningsing Pratiwi...
Zavin Al Malik Nalaringga...
Zafran Ar Rahim Nalaringga...
Zidane masih ingat betul bagaimana saat itu, ketika ia membaca nisan yang sudah tertanam, ia sudah kehilangan segalanya. Didalam pelukkan Sertu Raka. Zidane terdiam, ia bahkan sudah tidak bisa menangis lagi kala itu.
Ia masih tidak bisa melupakan saat ia berlari memeluk jasad ayahnya yang ada di lantai 2, lalu kemudian turun dan ia menemukan jasad ibu dan abangnya Zavin. Tidak hanya itu, bahkan diluar rumahnya juga dipenuhi jasad ajudan ayahnya yang juga ikut terbunuh. Dan ketika paginya Ia mendapatkan informasi bahwa abangnya Zafran pun ditemukan tewas saat pesiar. Zidane begitu terpukul, semua telah direnggut darinya.
"Allah itu tidak akan memberi cobaan diluar kemampuan hambanya, saat Allah menguji seseorang artinya yang di uji itu dianggap mampu oleh Allah, dan apapun kehendak Allah itulah yang terbaik"
Saat itu, hanya perkataan dari sang ibulah yang terus terngiang didalam benaknya, ia terus bertanya kalaulah Allah itu baik lantas kenapa Ia mengambil seluruh keluarganya?, jelaslah Zidane marah, ia tidak mau lagi percaya. Ia kehilangan kepercayaan pada kekuasaan Allah, luka hatinya membuatnya tidak percaya pada apapun lagi. itulah kenapa ia memutuskan menjadi seorang Atheis, sebuah bentuk pemberontakan akibat luka kehilangan keluarganya.
Dalam dirinya terus melolongkan pertolongan, ia butuh seseorang yang bisa menariknya dari kegelapan, namun dengan keras Zidane selalu menekannya.
"Kapten" Suara Yusuf mebuyarkan lamunan Zidane
Zidane terperanjat kaget, "eh apa Suf?"
Sekilas melihat tingkah Zidane, Yusuf menarik sedikit bibirnya, tersenyum. "ayo makan, yang lain sudah menunggu"
"ada siapa saja?"
Yusuf terdiam sesaat, "tim kita, ditambah dua orang guru baru itu, mereka ikut bergabung"
"Duluan saja lah Suf, saya malas ketemu guru baru yang sok alim itu" Zidane menampilkan ekspresi malasnya
dan lagi, ingin rasanya Yusuf tertawa, bertahun-tahun ia menjadi bawahan Zidane, baru kali ini ia melihat Zidane menampilkan sebuah Ekspresi. Meski itu hanya ekspresi malas, namun ini adalah kemajuan pesat, sepertinya guru yang bernama Shafiyah itu membawa pengaruh besar untuk Kaptennya.
"Kapten, kalau kapten tidak datang, kapten akan dikira takut karena minggu kemarin kalah berdebat dengan guru yang kapten sebut so alim itu" ada nada geli yang terselip di ucapan Yusuf yang tidak disadari oleh Zidane.
Zidane tampak berpikir keras, "kamu benar juga, nanti dia semakin besar kepala kalau saya menghindar"
Seketika itu Zidane langsung bangkit, ia bahkan sudah berjalan mendahului Yusuf. dibelakangnya, Yusuf tersenyum melihat punggung tegap kaptennya itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Shafiyah
General FictionPerjalan Shafiyah ke pedalaman papua tidak hanya menghantarkannya menjadi tenaga pengajar saja, namun dibalik itu ia mempunyai misi lain. Hingga takdir mempertemukannya dengan Kapten Zidane Al Rahman N, seorang kapten dari grup 2 Kopassus yang tern...