".... aku segera ke sana! Aku bawa koordinatnya!!"
Dengan cepat sebuah mobil melintasi suatu jembatan, diikuti dengan satu mobil yang sepertinya mengejar mobil itu. Jalan tampaknya terlihat bersih, tidak ada halangan atau penghambat.
..
Kecuali...
*POP!*
"Wh--!"
Mobil yang pertama tidak bisa terkendalikan, membelok ke kanan dan kiri dengan tajam, kemudian meluncur ke sisi kiri jembatan dengan mudahnya, jatuh ke sungai di bawah.
*Brrshh...*
Mobil yang mengejarnya melihat mobil itu jatuh dan berhenti di sisi di mana dia jatuh, kemudian pengemudinya keluar dari mobil dan melihat mangsanya terbenam di sungai itu.
.
.
"Selamat tinggal..."
"... '777'."
.
.
.
"... Sebuah mobil ditemukan di dasar Sungai Eagle Rabu pagi hari ini. Warga setempat yang mengecek mobil itu tidak menemukan pengemudi, namun terdapat kotak senjata yang diyakini warga adalah salah satu dari milik sebuah guild di kota ini, yang dikabarkan merupakan ancaman bagi masyarakat. Polisi percaya bahwa kekuatan arus Sungai Eagle telah membawa pengemudi hanyut dari mobil ketika mencoba keluar."
.
.
"Hari itu adalah hari yang sangat tragis bagi kami. Cahaya harapan dan pengubah masa depan kami sudah pupus lenyap, jauh di dasar sungai. Kami tidak tahu apakah kami dapat menemukannya kembali..."
..
"Dua tahun telah berlalu. Guild kami menerima anggota baru hari ini. Mudah-mudahan proses ujiannya berjalan dengan baik...."
.
.
3 anggota baru memasuki Guild Defenders, siap untuk menerima misi pertama mereka. Sekarang mereka berdiri di halaman tengah markas, mendengarkan arahan dari seorang wanita yang didampingi seorang pria. Mereka tampaknya pemimpin di guild itu.
"Selamat datang di Guild Defenders. Kita tidak melukai warga, kita hanya melawan musuh terbesar kita, Tiger Fence. Guild musuh sudah menguasai hampir semua daerah perumahan dan mengancam warga untuk taat pada mereka. Kita tidak setuju dengan itu, sehingga kita harus memundurkan mereka," arah wanita itu.
Ketiga anggota baru tampak mendengarkan dengan saksama.
"... Baiklah, untuk misi pertama kalian, kalian harus memulung barang berguna dari Jembatan Dusky. Tapi hati-hati, itu adalah perbatasan antara daerah kita dan daerah Tiger Fence. Dan itu adalah medan perang bagi kita. Berharap saja kalian selamat," kata pria itu dengan senyum menyeringai.
"Siap, Pak!" kata ketiga anggota itu sambil pergi ke lokasi misi mereka dengan serentak.
Wanita itu merasa janggal, namun tidak berkomentar dan mengatakan keluhannya pada pria itu.
".. aku mengerti soal memulung, tapi ke medan perang untuk pemula? Kau yakin?" tanya wanita itu.
"Heh. Ini bukanlah misi yang berat. Bahkan Sevvy yang pemula pasti bisa melakukannya, bahkan sendirian," jawab pria itu dengan senyumannya.
Wanita itu terdiam.
"Diego... Bawa-bawa Seven ke percakapan ini..." pikir wanita itu untuk pria yang bernama Diego itu.
"Yah, dua tahun bukanlah waktu yang cukup untuk melupakan seseorang... tapi.."
".. Bukankah dia meninggal di tempat yang sama juga...?"
.
.
Ketiga anggota baru itu sudah sampai di Jembatan Dusky, mengerjakan misi pertama mereka. Jembatan itu penuh dengan sampah sisa peperangan dan banyak kotak supply.
"Tempat ini benar-benar sangat kaya! Lihat! Kotak amunisi yang belum dipakai!" ucap anggota, yang namanya Larry.
"Yah, dan juga kaya dengan darah dan mayat," kata anggota yang bernama Edgeworth.
"Tau gak? Jembatan ini udah diblokir dari masyarakat karena perang guild yang merajalela di sini. Lebih tepatnya, guild kita dan guild musuh!" kata anggota yang bernama Meekins.
".. yah, dan mereka bahkan gak mau capek untuk membersihkan jembatan ini. Lihat saja, jalan pun susah," komentar Edgeworth sambil menggeserkan kakinya melewati mayat yang menghalangi jalan di situ.
"Eh, aku masih bisa lihat mobil yang jatuh dua tahun lalu. Pasti udah karatan sekarang..." kata Larry sambil mencermati sungai.
Ketika mereka sedang menikmati memulung untuk misi pertama mereka, tiba-tiba terdengar suara tembakan dari jauh, menyentak mereka dengan ketakutan.
"Tahan! Defenders!!" kata penembak, yang pastinya adalah musuh mereka dari Tiger Fence.
Suara tembakan terdengar kembali, namun peluru dapat dielak oleh Larry, walau sangat tipis jauhnya.
"K-kita harus lari!! Mundur!!" seru Meekins ketakutan sambil berlari.
"La.. Lari!! Aah!! Aku hampir kena!!!" teriak Larry sambil lari terbirit-birit.
Miles Edgeworth, yang terlalu tertegun untuk bergerak, tersentak dan mencoba bersembunyi di suatu barikade karung pasir sambil melihat 'temannya' kabur.
"J-jangan tinggalkan aku, woe!!" seru Edgeworth, namun mereka sudah berlalu.
Musuh mendekat ke Edgeworth sambil mengacungkan senapan ke arahnya.
"Bersiaplah untuk mati, Defender!"
Edgeworth benar-benar tidak berdaya dan ketakutan, terlalu takut untuk bergerak. Dia bersiap menerima peluru itu, kemudian mendengar suara tembakan ke arahnya... tiga kali.
*TUS!* *TUS!* *TUS!*
Edgeworth tidak merasakan kesakitan, membuatnya bingung dengan apa yang terjadi. Dia membuka matanya perlahan dan melihat penembak sudah terjatuh di sampingnya.
"S-siapa yang menembaknya..?"
Terkejut dan siaga dengan penembak lain, Edgeworth memonitor sekelilingnya, dan melihat seseorang jauh berada di depannya. Sepertinya dia yang membunuh penembak itu.
"Keluarlah, kau aman sekarang!"
Penembaknya mendekat pada Edgeworth dengan senyuman kecil dan pistol yang baru saja ditembakkan. Wajahnya jelas sekarang--dia memakai beanie hat dan pakaian yang cukup aneh.
"S-siapa orang ini...?" pikir Edgeworth.
Edgeworth segera keluar dari tempat persembunyiannya dan menghampiri pria itu.
".. Apa kau musuh kami?" tanya Edgeworth dingin.
"Tenang, kawan, aku baru saja menyelamatkanmu," jawab pria itu.
"Benarkah? Siapa yang tahu kalau kau menembak teman seanggotamu untuk membuatku percaya? Aku tidak akan percaya sebelum kau..--"
Ucapan Edgeworth terputus ketika seseorang menyentak mereka berdua.
"Hey! Siapa kalian?!" Musuh lain tampaknya ada di tempat itu.
Tanpa basa-basi, pria itu mengeluarkan senapan dengan bentuk aneh dan menembak musuh itu tanpa ampun.
"Aargh!!" rintihan kesakitan dapat terdengar sebagai kata terakhirnya sebelum meninggalkan dunia ini. Edgeworth sendiri menjadi saksinya.
Pria itu menoleh kembali pada Edgeworth, lalu berkata,
"... Kami gak kenal satu sama lain, percayalah."
Edgeworth, yang sepertinya sudah diyakinkan, tertegun dan akhirnya percaya, untuk sementara.
"C-cukup meyakinkan..." katanya.
Pria itu menyimpan senapannya dan berjalan ke tempat sanggaan terdekat sambil berbincang dengan Edgeworth.
"Sepertinya kau masih muda dan pemula di tempat ini. Lihat pistolmu," kata pria itu.
Edgeworth melihat pistolnya yang terlihat mendasar. Itu adalah pistol yang diberikan ketika mereka masuk menjadi anggota Defenders, bersama rompi keanggotaan.
"Semua orang tahu ini adalah medan perang yang sengit. Kau seharusnya membawa senjata yang lebih baik, seperti machine gun, shotgun, dan lain-lain. Pistol yang seperti itu tidak akan menolongmu di sini," kata pria itu lagi.
"Kulihat kau memulung, tapi walau kau menemukan senjata yang lebih dari pistol itu, kau tidak akan bisa memakainya karena skill-mu rendah," sambungnya.
"Untuk guildmu, keahlian dan ranking anggota ditandai dengan senjata yang mereka gunakan. Yang kau punya adalah ranking yang mendasar."
Edgeworth terkejut pria itu tahu banyak tentang guildnya, mungkin terlalu banyak.
"Darimana kau tahu soal itu? Dan... bagaimana kau tahu aku masuk guild apa?" tanya Edgeworth curiga.
"Mudah saja. Rompimu."
"Rompi?"
"Garis kuning dan dua kantong dada. Jangan lupa bahu merahnya. Itu adalah rompi keanggotaan Defenders," jelas pria itu.
"... dan untuk infonya... Katakan saja aku meretas radio dan alat komunikasi yang ada di sini. Aku menanamkan bug ketika kalian pergi, dan mendengarkan apa saja yang kalian perbincangkan lewat situ," kata pria itu.
"Tunggu, kalau begitu, guildmu adalah musuh kami!" tahan Edgeworth sebelum pria itu melanjutkan pembicaraannya.
"Tenang, aku bukan anggota guild manapun. Aku hanya orang biasa di sini. Dan jangan salah, aku tidak menjual informasi pada siapapun. Itu semua milik pribadi dan tidak untuk dibagi. Percayalah tentang hal itu," bantah pria itu.
"Percaya.. percaya.. kau terlalu santai, aku tidak nyaman dengan sikapmu. Gimana bisa percaya coba?!" pikir Edgeworth.
Ketika mereka sedang berbincang, pria itu tiba-tiba tersentak dan mendadak dingin. Santainya hilang dan lebih serius.
"Baiklah, aku pergi dulu. Kau seharusnya balek juga," kata pria itu.
"Tunggu! Siapa kau?" tanya Edgeworth.
"Panggil saja aku..."
"... '777'."
.
"Pergilah. Sekarang."
Edgeworth masih memiliki banyak pertanyaan, namun suasana di tempat itu terlalu tegang baginya untuk tinggal. Dia segera berlari, kembali ke markasnya sambil melihat pria yang bernama 777 itu menjauh.
"777? Itu nama yang aneh untuk memanggil orang. Dan sikapnya yang santai dan tenang berubah menjadi dingin dan serius dalam sekejap. Siapapun dia..."
"Kuharap aku bisa bertemu lagi, dan mengenalnya lebih jauh."
.
"... Semoga kita bertemu lagi..."
.
.
.
Edgeworth sampai di markas dengan selamat. Larry dan Meekins sudah berada di sana sejak tadi, dan terkejut melihat Edgeworth yang berhasil kabur dari jembatan itu.
"Kau... Kau balek!" kata Meekins.
"Kau masih hidup? Kami kira kau sudah mati!" kata Larry.
"Aku..." kata Edgeworth.
"(Aku tidak bisa bilang kalau aku diselamatkan... kurasa...)"
"Kurasa.. aku beruntung," jawabnya.
Wanita yang memberi arahan pada mereka di awal tadi datang menghampiri mereka dan melihat Edgeworth utuh di hadapannya.
"Oh, kau masih hidup? Kawanmu bilang kau sudah mati," kata wanita itu.
"Jangan salahkan mereka, aku juga merasa begitu.." kata Edgeworth.
"Walaupun misi gagal, kita punya kebiasaan untuk melapor pada sekretaris. Dia ada di quarter keempat," kata wanita itu.
"Bareng, yuk. Aku baru saja dari sana," tawar Larry pada Edgeworth. Edgeworth mengangguk dan pergi bersamanya.
Wanita itu melihat Edgeworth pergi dan teringat dengan perkataannya.
"Kurasa... aku beruntung."
Wanita itu pun pergi dan melaporkan pada pria yang bersamanya tadi, Diego.
.
"... 'Beruntung', katamu?" tanya Diego.
"Ya. Aku cukup yakin yang dua lagi tidak bohong ketika mereka bilang diserang," jawab wanita itu.
"Tidak ada yang bisa seberuntung itu... kan? Mereka bahkan tidak punya pengalaman bersenjata..."
".. kecuali..."
Diego mengeluarkan kertas foto dari kantong dadanya dan melihat foto tentang lima orang yang sedang merayakan sesuatu. Diego dan wanita itu ada di foto tersebut.
"... dia berhubungan dengan 'orang itu', yang aku yakin kau pasti sangat kenal dengannya."
.
.
.
Edgeworth dan Larry sudah sampai di quarter keempat, quarter tempat pengurus dan database guild. Seorang sekretaris ada di situ untuk menyimpan laporan mereka.
"Hey! Ada laporan lagi?" tanya sekretaris itu. Dia terlihat muda dan aneh dengan gaya rambutnya.
"Ada, dia baru datang!" kata Larry.
"Orang baru? Namaku Maya Fey. Aku sekretaris untuk laporan misi. Sayang ya, kalian gagal di misi pertama!" kata sekretaris yang bernama Maya itu.
"Gak salah, sih. Lokasi misi untuk pemula seperti kalian terlalu berbahaya," sambungnya.
Edgeworth hanya bisa mendengarkan.
"Nomor ID mu 1202. Kamarmu di quarter ketiga. ID-mu tertera di pintunya. Kau berhak istirahat setelah misi," kata Maya.
"1202? Wah, beruntung banget! 1202 itu ada di lantai kedua!" kata Larry.
"Maksudnya beruntung??" tanya Edgeworth.
"Kau bisa lihat di bawahmu dengan jelas! Aku dan yang satu lagi di bawah..." jawab Larry.
Maya mendengarkan mereka berdua berbincang soal keberuntungan. Suasana di sana jadi terasa suram dan sedih. Larry dan Edgeworth menyadari perubahan suasana itu, kemudian bertanya,
"Ada apa, Maya?" tanya Larry.
"Beruntung, ya?.. itu adalah kata yang membawa kenangan buruk bagi kami."
"Hah?"
"Kami belum bisa membiarkannya pergi... bahkan setelah dua tahun berlalu. Bukan hanya kami merasakan harapan kami dihancurkan, kami juga kehilangan seseorang yang sangat penting. Seseorang yang bisa mengubah sejarah kami menghilang begitu saja..."
Edgeworth hanya bisa diam, dan Larry kebingungan.
"... Ah, apa sih? Aku tiba-tiba ngoceh gak jelas. Sorry. Oh, kau bisa ke kamarmu sekarang." Suasana kembali menghangat, namun pikiran masih tetap bingung.
"B-baiklah..." Edgeworth pergi ke kamarnya dan berpisah dengan Larry. Hari pertamanya di Guild Defenders penuh dengan tanda tanya. Memang sebuah keberuntungan dia bisa hidup sekarang, tapi...
"777.... aku harap besok ada misi di Jembatan Dusky sekali lagi..."
Edgeworth sedang berbaring dan memejamkan matanya.
"... dua tahun lalu. Apa yang terjadi saat itu...?"
..
....
Tanpa disadari, Edgeworth tertidur, dengan pakaiannya masih belum dilepaskan. Hari itu adalah hari pertama yang menegangkan baginya, jadi tentu dia perlu ketenangan.
..
...
"Zzzz..."
----------------------------
"777.... Kami masih belum bisa melepaskanmu. Kembalilah pada kami..."
...
"Kumohon...".
.
-Bersambung......
KAMU SEDANG MEMBACA
Guild AU (Indo)
FanfictionDi kota yang penuh peperangan dan duel antar guild, hanya satu yang bisa mengakhiri semua kekacauan ini. Tapi apakah inti dari cerita ini, apabila harapan mereka menghilang sebelum matahari terbit?