"1202....! 1202...."
Suara itu bergema di pikiran Edgeworth, semakin mengecil dan berkurang seiring dengan kesadarannya. Lama-kelamaan, rintik hujan pun tidak terasa lagi, dia sudah kehilangan kesadaran.
"1202...!"
777, yang dari tadi mengikutinya, panik ketika melihatnya melayang diterbangkan ranjau itu dengan sekejap. Tanpa tunggu waktu lagi, dia segera menggendong Edgeworth di punggungnya dan membawanya ke tempat yang dia percayai dapat menolong temannya itu.
"Tahan, 1202... Kau akan hidup..."
"Tunggu!"
Seorang musuh melihat 777 membawa mangsa mereka. Tampaknya dia adalah orang yang sama yang memasang ranjau itu.
"Mau kau bawa ke mana dia? Dan siapa kau?" tanya musuh itu sambil mengacungkan pistol ke kepala 777.
777 terdiam. Dia tidak bisa mati di sini, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena Edgeworth ada di belakangnya. Dia berpikir sejenak untuk menjawab.
"Siapa kau?! Jawab pertanyaanku!" ancam musuh itu.
777 tidak tahu mau berbuat apa, tapi dia merasakan sesuatu di lengannya. Dia mendapat akal.
"... lebih penting lagi, bukankah kau harusnya lebih khawatir dengan keadaanmu?" alih 777. Musuh itu tidak mengerti apa yang dikatakannya, dan sebelum dia menyadari, suara letupan pistol dapat terdengar, menembus kepalanya yang luas dahi itu.
777 tersenyum sambil melihat pistol unik, yaitu pistol Edgeworth, yang dengan cepat dia ambil untuk menembak musuh itu.
"Bagus juga pistol ini..." gumamnya.
Dia pun segera berlari menuju tempat yang ada di benaknya dengan Edgeworth di belakangnya. Hujan yang deras tidak dia pedulikan, yang dia pikirkan hanyalah keselamatan temannya yang terluka berat itu.
..
.
.
.
.
"Mama... Mama..!" 777 mengetuk pintu rumahnya.
Seseorang yang dipanggil 'Mama' itu terdengar dari dalam dan membukakan pintu bagi 777.
"Ada apa dengan--777!! Kenapa orang itu?!" seru Mama terkejut ketika melihat seseorang di belakang 777.
"Nanti saja dijelaskan! Tolong bantu dia, Ma, dia perlu bantuan...!!" seru 777 sambil membawa Edgeworth masuk ke rumah kecil itu.
"B-Baiklah, baiklah, tunggu sebentar..!" Mama segera mengambil kotak pertolongan pertamanya dan memulai tugasnya pada Edgeworth, yang sudah dibaringkan di kasur yang ada di ruangan itu.
"Mama, apa ada yang perlu?" tanya 777 khawatir.
"Tenanglah, Mama bisa atasi ini," jawab Mama, sambil bekerja.
777 hanya bisa melihat Mama bekerja sendiri, sementara dia tidak berbuat apa-apa.
"Nah, 777, apa yang terjadi dengannya?" tanya Mama.
"Dia... menginjak ranjau," jawab 777 sedih.
"Kalian sepertinya dekat."
"Yah... belakangan ini aku selalu menunggunya di Jembatan Dusky. Dia adalah orang yang menarik..."
"Apa kau bisa memercayainya?"
"Aku rasa aku bisa. Dia juga memercayaiku. Aku tidak ingin membuang kepercayaannya dengan tidak memercayainya kembali.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Guild AU (Indo)
FanfictionDi kota yang penuh peperangan dan duel antar guild, hanya satu yang bisa mengakhiri semua kekacauan ini. Tapi apakah inti dari cerita ini, apabila harapan mereka menghilang sebelum matahari terbit?