Hari ini dimulai kembali pada Jembatan Dusky, di mana ketiga anggota baru, Larry Butz, Mike Meekins, dan Miles Edgeworth diberikan misi sebagai pengulangan ujian mereka karena gagal dalam misi pertama. Siapa juga yang mau menetapkan misi pertama sebagai gagal, bukan? Misi mereka adalah sama, yaitu memulung barang penting seperti amunisi, senjata, dan kotak P3K di jembatan tersebut. Bedanya, kali ini mereka dilengkapi dengan sebuah van.
.
"Banyak amunisi hari ini!" kata Larry sambil memuat barangnya ke van.
"Untung kita punya van sekarang! Kabur pastinya lebih mudah!" kata Meekins.
Edgeworth mengambil beberapa kotak berisi senjata yang canggih dan amunisinya.
"Kalau apa-apa terjadi, aku bisa mengemudi, kok! Aku dulunya seorang pembalap, lho! Liar, lagi!" kata Larry pamer.
"Benarkah? Wah, kalau gitu kami bergantung padamu untuk mengemudi nanti!" kata Meekins.
Barang terakhir dimuat di van. Larry sepertinya siap untuk menutup bagasi.
"Udah semua?" tanya Larry.
"Entahlah... Biar ku cek balek," kata Edgeworth sambil pergi ke tengah jembatan.
"Yang cepat, ya! Aku mau menunjukkan caraku mengemudi! Ini hari keberuntungan kita!" seru Larry semangat.
Di tengah jembatan, Edgeworth menemukan satu lagi kotak P3K yang belum pernah dipakai sebelumnya.
"Hmm... kotak P3K yang belum terpakai. Ini pasti sangat berguna nantinya..." kata Edgeworth.
Ketika Edgeworth menyentuh kotak itu, suara senapan dapat terdengar menuju ke arah mereka. Edgeworth tersentak dan mengambil kotak itu secepat mungkin, membayangkan hal terburuk yang ada di pikirannya.
"Tidak.. tidak tidak TIDAK LAGI!!!" gerutu Edgeworth.
"Kami pergi!!!!" ucap Larry dan Meekins sambil berlalu dengan van-nya.
"JANGAN TINGGALKAN AKU... LAGI!!!!" teriak Edgeworth dalam frustrasi. Penembak mendekat ke arah Edgeworth, mengacungkan pistol ke punggungnya.
"Hah, jadi ini mangsaku? Hanya pemula?" kata penembak itu meremehkan.
Tangan Edgeworth sudah siap untuk mengambil pistol dan berbalik untuk menyerang kembali, dan...
"Jaga ucapanmu!!"
*TUS!*
Peluru Edgeworth hampir saja mengenai kepala penembaknya, apabila dia tidak menghindar. Dalam waktu yang sempit itu, Edgeworth berlari menjauh dan bersembunyi di belakang barikade karung pasir terdekat.
"Heh... kau bisa juga... Tapi kudapatkan kau, maka habis kau!" kata penembak itu, mencari Edgeworth.
"Gawat.... dia seorang professional. Aku tidak akan bisa menang melawannya!" pikir Edgeworth.
Tengah berpikir, dia merasakan sesuatu bergerak, atau seseorang, bergerak di sampingnya.
"Hmm, hmm, hmm, di ujung tanduk, ya?"
Edgeworth tersentak, kemudian menoleh ke sampingnya, dan...
"Hai~" sapa 'makhluk' itu.
".. 777?!!" Edgeworth terkejut melihat 777 berbaring dengan santainya di belakang karung itu.
"Ng-ngapain kau di sini?! (dan kenapa aku gak tahu kau di situ?!)"
"Nyantai. Apa lagi?"
"Ada penembak di depan!"
"Terus?"
Edgeworth tidak bisa lagi dengan kesantaian 777 yang berubah menjadi santuyy. Dia tidak percaya dengan sikapnya. Tapi...
"... Kukira kau mau menghabisinya? .. Aku gak akan menghalangi. Habisilah!"
Edgeworth masih bingung dengan 777, namun alasannya santuyy jelas ketika melihat tangan kanannya menutup lengan kirinya yang sepertinya tak kunjung berhenti mencucurkan darah.
"... Lengannya..." pikir Edgeworth. 777 pasti baru ditembak oleh penembak itu, dan bersembunyi sampai bantuan datang, atau sampai dia sudah cukup oke untuk menyerang balik.
"... Baiklah, kucoba," kata Edgeworth sambil melihat targetnya yang cukup dekat.
"Semangat~~" ucap 777 santai.
Edgeworth memfokuskan pistolnya ke arah kepala penembak itu, dan...
*TUS!*
Peluru mengenai kepala penembak dengan presisi yang tepat, membunuh penembak secara langsung!
"Bingo!" Edgeworth tersenyum puas melihat tembakannya berhasil.
"Selamat~~" 777 bertepuk tangan untuk sementara. Edgeworth teringat dengan kotak P3K yang dia bawa, kemudian..
"777, lenganmu," kata Edgeworth. 777 menyadari bahwa Edgeworth tahu tentang lukanya, kemudian mengulurkan lengannya pada Edgeworth. Selama Edgeworth memerbani lukanya, dia hanya bisa bosan menunggu, tidak melakukan apapun.
"Hah..." desahnya.
"Ada apa?" tanya Edgeworth.
"Tidak ada. Aku hanya bosan..." jawab 777.
"Apa kau tidak punya pekerjaan?"
"Tidak, aku hanya seorang penganggur yang mengoleksi informasi kalian."
"Di mana kau tinggal?"
"Sekitar sini. Cukup dekat sampai-sampai kau bisa tahu ada perang di sini dengan mendengar senapan yang bergemuruh di malam hari."
"Bagaimana dengan guild? Kau yakin tidak punya?"
"Tidak. Untuk apa aku punya guild?"
"Kalau begitu, darimana kau mendapat cara menggunakan senjata aneh yang kau pakai kemarin?"
777 terdiam, kemudian berbicara.
".. lebih penting lagi, bukankah berbahaya bagimu untuk kembali ke sini dengan kemampuan yang tidak sesuai dengan medan perang ini?"
"Maksudmu?"
"Ya, kau memang berhasil kali ini. Tapi itu hanya keberuntungan. Dan jangan harap aku selalu ada untuk menolongmu bila kau berada di ujung tanduk untuk yang kesekian kalinya."
Kali ini Edgeworth terdiam. Dia memang tidak punya skill yang bagus dalam menggunakan senjata. Masih pemula, dan dia bertahan hidup di medan perang hanya karena keberuntungan... dua kali.
"Jadi... bagaimana aku bisa berkembang?"
"Bukankah guildmu punya tempat latihan? Setiap guild pasti ada satu. Hanya dengan terus berlatihlah kau bisa meningkatkan gaya perangmu."
Tempat itu hening sejenak. Edgeworth sudah selesai membalut luka 777. Keduanya pun beranjak.
".. kalau dipikir-pikir, aku tidak tahu namamu," ucap 777.
"Benarkah? Hmm.. aku..."
"Jangan sebutkan namamu. Nomor ID saja. Identitas merupakan hal yang mahal di setiap guild. Hanya orang terdekat dan terpercaya yang bisa tahu nama aslimu."
777 kembali mendingin. Apa dia lebih labil dari seorang remaja dalam masa pubertas?
"... ID ku... 1202. Panggil aku 1202," kata Edgeworth.
"Baiklah, 1202... Bukannya aku khawatir dengan kondisimu, tapi jangan terlalu bodoh untuk melompat ke medan perang tanpa taktik dan kekuatan yang seimbang."
..
"Kau tidak kuperbolehkan berada di jembatan ini sampai kau mendapatkan ranking yang tinggi. Itu saja."
777 pun pergi meninggalkan Edgeworth sendirian dengan kebingungan dan pertanyaan yang masih saja belum terjawab. Namun 777 memang mengatakan yang sebenarnya, dan Edgeworth harus berlatih lebih banyak agar bisa kembali ke jembatan itu. Melihat 777 berlalu, dia pun pulang kembali ke markasnya dengan tekad tinggi.
.
.
Sesampainya di markas, Larry dan Meekins menunggu kedatangan Edgeworth, dan betapa senangnya mereka ketika melihat sosok yang mereka tunggu datang. Mereka menyusul Edgeworth dan masuk ke markas.
"Hey! Kau selamat lagi!" ucap Larry.
"Kau benar-benar orang yang paling beruntung di dunia! Bagaimana bisa kau tahan diserang dua kali?" tanya Meekins.
Wanita pengarah memantau mereka dari jauh, mendengar semua yang mereka perbincangkan. Apa Edgeworth memang memiliki hubungan dengan 'orang itu'? Wanita itu ingin mencari tahu yang sebenarnya.
... mungkin saja, dia tidak berhubungan lagi dengan orang itu.
"Eh, lapor dulu ke sekretaris," kata Larry. Edgeworth setuju dengannya dan pergi ke quarter keempat. Wanita itu ingin mengikuti, namun disentak oleh seseorang bertubuh besar...
"Mia! Kenapa di sini?"
"G-Gumshoe! Shh! Aku sedang memantau!"
"Memantau? Memantau apa?"
Wanita yang bernama Mia itu menunjuk ke arah Edgeworth, yang menuju ke quarter keempat.
"Ada apa dengannya?" tanya Gumshoe.
"Kau ingat... 'dia'...? Lelaki itu belakangan ini selalu mendapatkan keberuntungan. Menurutmu, apakah dia.." kata Mia.
Gumshoe mengerti dengan maksud Mia, dan tertarik untuk membantunya.
"Hmm... Baiklah, aku coba dekati dia," kata Gumshoe.
Gumshoe pun mengikuti Edgeworth dari belakang, meninggalkan Mia sendirian. Mia sendiri yakin bahwa Gumshoe lebih cocok untuk pemantauan ini, maka dia pergi untuk melapor ke Diego.
Sementara, Edgeworth, Larry, dan Meekins sudah sampai di quarter keempat untuk menemui Maya. Dia di situ, mengetik di komputernya.
"Oh, melapor lagi?" tanya Maya.
"Ya, kali ini misi berhasil. Kami membawa banyak supply!" jawab Larry.
"Dan dia beruntung lagi hari ini. Dua kali berturut-turut!" kata Meekins sambil menunjuk Edgeworth.
"Mm..." Edgeworth hanya bisa mengiyakan perkataan Meekins.
"Begitu, ya... Oh, isi kertas ini," kata Maya sambil menyodorkan blangko kosong laporan misi.
"Ini diisi masing-masing. Oh, untuk nama, isi saja nomor ID," kata Maya.
"Karena... Identitas adalah hal yang mahal dalam sebuah guild... bukan begitu?" kata Edgeworth.
Maya sedikit terkejut mendengar Edgeworth.
"Darimana kau tahu?" tanya Maya.
"Oh.. um..." respon Edgeworth. Dia baru sadar dia menceletukkan kata begitu saja, terutama dari orang yang bukan satu guild dengannya.
"Aku... ayahku dulu seorang anggota guild lain. Dia mengatakan hal itu padaku.." kata Edgeworth.
"(... tapi bo'ong,)" sambungnya dalam hati.
"Oh, begitukah? Ya, identitas merupakan hal yang mahal. Bukan hanya untuk berlindung dari polisi, tapi juga dari anggota guild lain. Kalian harus memanggil satu sama lain menggunakan ID," jelas Maya.
"T-tapi, ID? Nomor ID tertera di pintu kamar, bukan? Bagaimana kalau aku dipanggil '4989596'??" tanya Meekins.
"(Itu ID-mu?! Panjang!!)" seru Edgeworth.
"Hmm... nama samaran juga boleh. Khusus di guild ini, kami biasanya memberi julukan pada anggota yang berjasa sebagai nama panggilannya. Julukan itu bisa berganti seiring sikapmu yang dominan!" jelas Maya.
"Oh... Hmm.. kalau begitu, panggil aku 'Memes'!" kata Meekins.
"... kau serius mau dipanggil itu?" ujar Edgeworth.
"Aku.. 'Racer'. Soalnya aku pembalap liar sebelum ke sini!" kata Larry.
"Aku nomor ID saja.. Nomor ID-ku pendek. Panggil aku '1202'," kata Edgeworth.
"Oke! Racer, Memes, dan 1202. Salam kenal!" kata Maya.
"Eh, tapi, kau memperkenalkan nama aslimu, bukan? Maya Fey?" tanya Edgeworth.
"Soal itu... karena sekretaris tidak terjun ke medan perang, kami tidak jadi buronan polisi, ehe~" jawab Maya.
"Tapi bukannya sama aja?" tanya Larry.
Ketika Maya ingin menjawab pertanyaan Larry, Gumshoe datang ke hadapan mereka.
"Oh, Pak 'Buddy Guard'!" salam Maya pada Gumshoe.
"... 'Buddy Guard'?" kata Meekins heran.
"Pak Buddy Guard adalah salah satu dari keempat pemimpin di guild ini!" ucap Maya.
"Eh, walaupun begitu, aku di tingkat terendah, cuy. Panggil saja aku 'Guard'. Gak usah pake embel-embel 'Pak'," ucap Gumshoe.
"Huh... baiklah..?" kata Edgeworth.
"Ah, kalian anggota baru di sini, ya? Selamat datang di Guild Defenders. Sudah siap dengan laporannya?" tanya Gumshoe.
"Sudah, Pak," kata Meekins.
"Baiklah, kalian boleh istirahat! Silahkan!" ucap Gumshoe ramah.
Larry dan Meekins membalas keramahan Gumshoe dengan senyuman, kemudian pergi. Edgeworth sendiri masih punya pertanyaan tentang guild itu.
"Empat pemimpin? Siapa saja?" tanya Edgeworth.
"Hmm... ada aku satu, terus wanita yang memberi kalian pengarahan? Itu juga satu. Panggil dia 'Nona Konsultan' atau 'Milady'. Rankingnya jauh lebih tinggi dariku. Kemudian pria yang memberi kalian misi pertama, itu adalah 'Guildmaster'. Dia adalah pemimpin tertinggi di guild ini," jelas Gumshoe.
"Bagaimana dengan yang satu lagi?" tanya Edgeworth.
"Satu lagi... yah... dia sering nampak di lapangan pelatihan. Panggil dia hanya sebagai 'Nona Sharpshooter'. Panggil yang lain, dan dia akan ngamuk, cuy," kata Gumshoe memberitahu.
"Lapangan pelatihan..." gumam Edgeworth.
"Kalau kau mau latihan, lapangan pelatihan ada di quarter kedua, di sebelah paling kiri bangunan ini," kata Maya.
"Oh, baiklah, terima kasih," ucap Edgeworth, lalu pamit dan segera pergi ke tempat latihan.
Gumshoe melihat Edgeworth berlalu kemudian berpaling ke Maya.
"Dia... mirip seseorang, ya? Cuma sedikit pasif, cuy," kata Gumshoe.
"Yah... dia bahkan beruntung ditinggalkan temannya di medan perang dan selamat kembali... dua kali berturut-turut," kata Maya.
"Haah? Benarkah? Tapi, kalau begitu, apa dia lupa pada kita?" tanya Gumshoe.
"Nggak mungkin! Lagipula, rupanya jauh berbeda darinya. Tidak mungkin mereka adalah orang yang sama," tolak Maya.
"Benar juga sih... tapi... bagaimana kalau dia ada hubungan dengan... kau tahu? Mungkin keluarga atau bahkan generasi?" tebak Gumshoe.
"Gak mungkin... Dari database yang masuk, nama keluarga mereka berbeda. Coba pendapat lain..."
"Eh, menurutmu Franziska akan menyadari siapa dia?"
"Nona Sharpshooter? Dia memang dekat sekali dengannya... Bisa saja...."
.
.
Miles Edgeworth sampai di quarter kedua, lapangan pelatihan. Tempat itu benar-benar lapang, ada beberapa target jauh di depannya. Hanya saja, lapangan ini memerlukan orang yang berlatih.
"Hmm... Nona Sharpshooter tidak ada di sini. Kurasa aku latihan sendiri saja..." pikir Edgeworth.
Dia mengacungkan pistolnya ke salah satu target, memfokuskannya, dan menembakkan 3 peluru. Target cukup jauh, namun peluru dapat mengenainya di lingkaran ke dua dari tengah.
"Heh..." Edgeworth cukup bangga dengan hasil yang dia dapatkan. Namun, rasa bangganya tidak berlangsung lama ketika seseorang memanggilnya dari belakang.
"Heh, kau bangga hanya karena itu saja?"
Edgeworth tersentak dan menoleh ke belakangnya. Tampaklah sosok seorang wanita langsing berambut biru perak dengan aura yang mendebarkan di belakangnya.
"N-Nona... Sharp--"
"Kau mudah sekali bangga dengan hasil yang setengah seperti itu. Lihat ini."
Nona itu menatap tajam mata Edgeworth dan menembakkan pistolnya ke semua target dengan frekuensi tinggi tanpa melihat sekalipun.
"... Sekarang, lihat!" suruh nona itu. Edgeworth menoleh ke arah target, dan luar biasa, semua peluru mengenai titik tengah setiap target yang ditembak.
Edgeworth menganga dalam takjub.
"Belum puas?" Nona itu melakukan demonstrasi untuk yang kedua kalinya. Hanya saja, kalau yang tadi tangan kanan, sekarang tangan kiri. Dan dia masih saja menatap Edgeworth.
Hasilnya sama saja, peluru mengenai setiap titik tengah target dengan sempurna!
"B-Bagaimana bisa..." Edgeworth takjub melihat keahlian wanita ini.
"Hasil yang seperti itu hanya bisa kau dapatkan jika kau tidak semudah itu merasa puas. Jangan puas dengan hasil yang setengah-setengah!" kata wanita itu.
"Aku... maaf." Edgeworth jadi merasa tidak enak dengan kebanggaannya tadi.
"Aku Nona Sharpshooter. Aku yang berhak meranking kalian. Jika kalian mau naik ranking, kalian harus buktikan kalian berhak untuk itu," kata nona itu, yang bernama Franziska.
"Nona... Sharpshooter. Nama panggilanmu sesuai dengan keahlianmu..." kata Edgeworth.
"Hmph. Jangan banyak basa-basi. Untuk apa kau ke sini?" tanya Franziska tajam.
"Aku... mau berlatih.."
"Berlatih? Hah, kau yakin bisa tahan dengan latihanku? Aku mungkin terlihat rapuh, tapi jangan remehkan aku."
"(Tidak usah bilang begitu... aku sudah tahu...)"
"Baiklah, kita mulai sekarang!"
Franziska melatih Edgeworth dengan tegas dan disiplin. Edgeworth harus bisa tahan dengan ujian itu, karena dia benar-benar punya tekad yang tinggi untuk dapat bertemu seseorang.
.
"777... Tunggu saja, aku akan kembali dengan ranking yang lebih tinggi!"
.
.
---------------------------------
"Yang benar? Kau yakin mau duel denganku?"
"Hah... mungkin? Kukira tadi kau cuma bercanda."
"Kau tahu kau tak bisa mengalahkanku, bukan?"
"Ya, tapi aku ingin mengincar itu sekarang. Bahkan seri akan membuatku bahagia."
"Heh, awas saja, aku tidak akan main-main. Kemari!"
.
.
.
...(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Guild AU (Indo)
FanfictionDi kota yang penuh peperangan dan duel antar guild, hanya satu yang bisa mengakhiri semua kekacauan ini. Tapi apakah inti dari cerita ini, apabila harapan mereka menghilang sebelum matahari terbit?