BAB 15 - Putus

3.3K 125 0
                                    

Setelah kejadian istirahat tadi aku masih terdiam tak berbicara sedikitpun. Waktu terasa sangat cepat tak terasa sudah pulang sekolah. Aku membereskan alat tulisku dalam diam. Sam menghampiriku.

"Pulang yuk." Katanya tersenyum. Aku menoleh dan tersenyum singkat.

Saat kami tiba diparkiran Sam langsung masuk ke dalam mobil biasanya kami menunggu Nova dulu. "Gak nunggu Nova?" Tanyaku duduk disebelahnya.

"Nova udah pulang duluan. Tadi dia izin pulang pas istirahat." Kata Sam. Aku hanya terdiam. Berarti yang aku lihat benar itu Sam.

Perjalanan pulang pun hanya ditemani oleh sunyi. Aku melihat keluar jendela. Aku tak mau melihat Sam. Itu hanya mengingatkanku kejadian tadi siang. Mobil pun berhenti di depan rumah aku pun menghela nafas pelan.

"Sam." Kataku pelan. Sam hanya berdeham lalu menoleh ke arahku.

"Gue mau putus." Ujarku tanpa menoleh kearahnya. Sam terdiam terpaku mendengar ucapanku.

"Kenapa?" Ujarnya tak mengerti.

Aku tersenyum menggeleng pelan. "Kayanya bukan gue orang yang lo sayang. Gue gak mau nahan lo lebih lama lagi." Kataku pelan. Saat aku hendak keluar Sam menahanku.

"Lo kenapa? Gue salah apa Vi?" Tanya Sam bingung.

Aku melepas tangannya pelan. "Plis, gue gak bisa. Gue mau sendiri dulu." Kataku lalu bergegas keluar.

Sam terdiam di mobilnya melihatku keluar langsung masuk rumah tanpa menoleh sedikitpun. Air mata yang kutahan pun turun. Aku langsung berlari menuju kamar karena takut Mama melihatku. Ku kunci kamar dan menangis sepuas-puasnya. Bahkan untuk melihat wajahnya pun sangat sulit untukku.

Keesokan harinya aku berangkat lebih pagi. Aku tak mau melihat Sam. Hatiku belum siap. Walaupun disekolah kami akan bertemu. Benar saja Sam datang menjemputku namun Mama bilang aku sudah berangkat karena harus piket. Nova sedang kurang sehat jadi ia tidak sekolah. Akhirnya Sam pun pamit berangkat sendiri.

"Lo kenapa si Vi?" Kata Sam pelan. Ia melajutkan mobilnya menuju sekolah. Ia ingin mencariku.

Aku bersembunyi di perpus. Setelah meletakkan tas ku aku langsung pergi. Aku tak ingin melihat Sam. Aku duduk di ujung perpus. Sepi. Hanya ada beberapa anak disini sekarang. Saat bel berbunyi aku pun beranjak dan bergegas kembali ke kelas. Aku melihat Sam sudah duduk ditempatnya ia melihatku seakan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Aku hanya diam dan mengalihkan pandanganku.

Aku tau selama pelajaran berlangsung Sam sering melihat ke arahku. Namun aku pura-pura tak melihat. Begitu bel berbunyi aku langsung kabur. Sam mengejarku. Ia menahan tanganku. "Mau kemana?" Tanyanya.

Aku menoleh dan berusaha tersenyum. "Toilet. Mau ikut?" Kataku asal. Sam pun akhirnya melepaskan tangannya. Ia mengikutiku tanpa banyak bicara. Saat aku masuk Sam menunggu di luar.

Sepertinya aku tidak bisa kabur dan menghindari Sam lebih lama lagi. Aku menghela nafas pelan lalu keluar. Kulihat Sam berdiri masih menunggu. Ia melihatku lalu menghampiriku. "Mau makan?" Tanyanya tersenyum.

Aku menggeleng pelan. "Duluan aja." Kataku pelan. Aku berjalan kembali ke kelas. Kulihat Sam sudah tidak mengikutiku lagi. Aku menidurkan kepalaku di meja.

Aku mendengar seseorang meletakkan sesuatu didepanku. Kubuka mata dan sekotak susu coklat ada disana. Aku bangun dan kulihat Sam duduk didepanku. "Minum ini kalo gak mau makan." Katanya lembut.

Ia terdiam sejenak menatapku. Aku lihat ada kesedihan disana. Namun rasa sakit mengingat kejadian kemarin masih ada. Sam pun menghela nafas pelan. "Jangan lama-lama marahnya." Katanya bangkit lalu keluar kelas.

Aku merasakan air mataku jatuh. Rasanya aku menjadi lebih cenggeng sekarang. Segera ku hapus air mataku. Setelah bel berbunyi Sam masuk bersama teman-temannya. Ia melihatku dan susu yang telah aku minum. Ia tersenyum lalu duduk ditempatnya.

Jam pelajaran pun berakhir. Sam sedang membantu Pak Yono membawa buku ke kantor. Aku merapihkan barang-barangku dan bergegas pulang. "Hai Vi." Kata Ray menyapaku saat aku melewati piket.

Sudah lama sekali aku tak berbicara dengan Ray. Biasanya kami hanya saling sapa atau sekedar tersenyum dari jauh. Aku pun membalas sapaan. "Gak pulang bareng Sam?" Tanyanya.

Aku hanya menggeleng pelan. Ray tersenyum ia nampak tau ada yang tidak beres antara kami. "Mau jalan-jalan?" Tanyanya tersenyum. "Tapi gue cuma bawa motor gak bawa mobil kaya Sam." Katanya lagi.

Aku tertawa mendengar ucapan Ray. "Lebay. Gue juga sering naik ojek kali." Kataku asal.

Akhirnya aku mengikuti Ray menuju parkiran. Sam yang telah selesai dari ruang guru berlari terburu-buru ke kelas. Ia harus berbicara dengan Novi. Saat tiba dikelas hanya tinggal beberapa orang saja. Novi sudah menghilang.

Sam mengambil tasnya dan berlari keluar. Saat tiba diparkiran ia melihat Novi sudah pergi naik motor bersama Ray. Sam menghentakkan kakinya kesal. Ia masuk ke dalam mobil dan mengikuti mereka. Namun karena jalanan macet Sam tidak bisa mengikuti mereka.

Akhirnya Sam memilih untuk ke rumah Novi melihat apakah gadis itu sudah pulang atau belum. Dan ternyata yang ia temui adalah Nova yang sedang menonton TV. Novi gadis itu belum pulang. Kemana dia? Nova tampak bingung.

Suara motor berhenti. Nova melihat keluar jendela dan melihat Ray mengantar Novi ia terdiam dan memilih masuk ke dalam kamar. Sam yang kesal menunggu Novi masuk.

Aku melangkahkan kaki memasuki rumah. Aku tidak terkejut melihat Sam berdiri menungguku. Karena aku sudah melihat mobil Sam di luar. "Jadi karena Ray?" Tanya Sam tersenyum sinis.

Aku hanya diam tak melihat ke arahnya. Aku berjalan masuk namun Sam menahanku. Aku menatapnya dengan marah. "Lepas." Kataku melepaskan tangannya. Namun tenaga Sam lebih kuat dariku.

Sam menghela nafas pelan. "Ok, kita putus. Kalo itu yang lo mau." Kata Sam melepaskan tangannya. Lalu pergi meninggalkanku. Aku terdiam dan air mataku pun keluar. Baru kali ini Sam membentakku. Aku berjalan menuju kamarku. Hubungan kami benar-benar berakhir sekarang.

Antara Aku dan Saudari Kembarku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang