BAB 16 - Rumit

3.2K 122 0
                                    

Pagi itu hening menyelimuti sarapan pagi kami. Entah aku ataupun Nova tak banyak berbicara sedikitpun. Mama pun tidak berkomentar. Seakan tau kami butuh waktu untuk berfikir. Sam pun tidak datang ke rumah kami.

Akhirnya Mang Asep yang mengantar kami ke sekolah. Hening selama perjalanan. Aku dan Nova tau mata kami berdua sama-sama bengkak sekarang. Tapi kami tak saling bertanya.

"Gue duluan ya." Kata Nova tersenyum saat kami sampai di sekolah. Ia berlari menuju geng nya yang baru datang.

Aku berjalan memasuki sekolah sendiri. Sampai di kelas aku melihat Sam sedang mengobrol dengan anak cowok lain. Ia melihatku datang tapi aku tidak mau melihat wajahnya. Aku tak mau ia melihat mataku yang bengkak.

Jam istirahat aku melihat Sam dan Nova pergi ke kantin bersama. Aku semakin yakin bahwa Sam menyukai Nova. Aku terdiam dibawah pohon sambil memandang langit. Tiba-tiba sesuatu yang dingin menyentuh pipiku.

"Ray?" Ujarku kaget. Ray hanya nyengir lalu ia memberikan segelas minuman dingin kepadaku.

"Lo ngapain bengong di sini?" Ujar Ray duduk disebelahku.

"Nyari angin." Ujarku singkat. "Lo sendiri?" Ujarku lagi.

"Gue males ke kantin." Ujarnya santai.

"Karna ada Nova dan Sam?" Tebakku.

"Maybe."

"Kenapa lo gak ngajak Nova balikan?" tanyaku penasaran.

"Gue masih belum bisa lupain kejadian dulu." Aku Ray jujur. "Lo kenapa gak ikut makan sama mereka? Bukannya lo pacarnya?" Tanya Ray.

Aku menggelengkan kepala pelan. "Bukannya lo masih sayang sama Nova. Apa lo mau Nova jatuh ke tangan cowok lain?" Ujarku menoleh ke Ray.

"Ya berarti kita gak jodoh." Ujar Ray santai.

"Ya asal lo gak nyesel aja." Ujarku menatap lurus ke langit.

Ray tersenyum melihatku. "Kayanya lo deh." Ujar Ray menoleh kearahku.

Aku menatap Sam tak mengerti. Apa yang dimaksud cowok ini sekarang? Batinku.

"Apa lo mau Sam sama cewek lain?" Ujar Ray serius.

"Sam gak pernah suka sama gue." Ujarku lesu. Aku menundukkan kepala menghela nafas pelan.

Ray tersenyum penuh arti. "Kita liat aja nanti." Ujar Ray santai.

"Maksudnya?"

"Dengerin rencana gue." Ujar Ray membisikan rencananya ditelingaku.

"Oke gue setuju." Ujarku.

Ray mengantarkanku sampai kelas. Di depan kelas ada Sam dan Nova melihat kami berdua. Sam menatapku dengan tatapan tajam.

Setelah semua anak-anak pulang, Sam menghampiriku. "Jadi bener karna Ray?" Ujar Sam terlihat marah. Aku tidak memperdulikannya. Bukannya ia sudah mengiyakan putus denganku.

"Jawab gue Vi." Ujar Sam menarik tanganku.

"Aw.." Ujarku. Tarikan tangan Sam sangat kencang.

"Bro, jangan kasar gitu sama cewek." Ujar Ray masuk.

"Ini bukan urusan lo Ray." Ujar Sam kesal.

"Sekarang Novi cewek gue, jadi sekarang ini jadi urusan gue." Ujar Ray serius. Bruk. Suara buku jatuh mengagetkan kami bertiga. Nova berlari meninggalkan kelas. Sam mengejarnya.

"Apa gue bilang dia gak pernah suka sama gue." Ujarku menutup wajah menahan tangis.

"Lo salah." Ujar Ray yakin.

Ray mengantarku pulang. Aku langsung masuk kamar dan mengganti baju. Dari yang kulihat Nova belum pulang karena aku belum melihat sepatunya. Saat mendengar suara mobil berhenti aku berjalan ke balkon melihat Sam mengantar Nova pulang.

"Bodoh. Apa si yang lo harepin?" Kataku seakan berbicara pada diri sendiri. Aku kembali masuk ke dalam kamar.

Tak terasa sudah 3 hari keheningan antara aku dan Nova. Mama masuk ke dalam kamarku. Ia duduk dan memelukku. Aku terdiam. Mama tidak mengucapkan sepatah katapun.

"Mah." Kataku pelan. Mama hanya berdeham tetap memeluk dan mengelus kepalaku.

"Aku gak pernah iri saat Mama lebih merhatiin Nova dibanding aku. Tapi kenapa aku cemburu saat tau Sam suka Nova." Akuku jujur pada Mama.

Mama masih membelai rambutku pelan. Aku menangis dipelukan Mama. "Mama deket sama Nova bukan berarti Mama gak sayang kamu. Sayang Mama ke kamu ataupun Nova selalu sama. Mungkin caranya yang berbeda." Kata Mama lembut.

Aku diam mendengarkan ucapan Mama. "Mama tau kamu sama Nova itu beda. Makanya Mama gak memperlakukan kalian sama. Ya walau Mama suka maksa kamu untuk berdandan kaya Nova. Itu buat kebaikan kamu." Kata Mama.

"Aku tau." Kataku pelan.

Mama tersenyum. "Untuk soal Sam. Mama gak bisa komen banyak. Cuma kalo Mama liat Sam itu sukanya ya sama kamu bukan Nova. Mama bisa liat dari cara Sam natap kamu." Kata Mama.

"Tapi.. Sam boong. Aku liat dia meluk Nova di sekolah." Keluhku.

"Mungkin ada alasan kenapa Sam kaya gitu. Kamu udah denger penjelasan dia belum?" Tanya Mama. Aku menggeleng pelan. "Harusnya kamu tanya kamu utarain apa yang kamu rasain. Mama tau kamu gak biasa begitu. Tapi kamu udah dewasa masalah itu harus diselesaikan baik-baik." Kata Mama dengan bijak.

Aku bangun dan tersenyum. "Udah telat mah. Aku udah putus." Kataku tersenyum kecut.

"Terus sekarang sama siapa? Cowok yang sering nganterin kamu pulang?" Tanya Mama menggodaku.

Aku menggeleng. "Bukan. Itu mah Ray lagi usaha deketin Nova." Kataku jujur.

Akhirnya malam itu aku menceritakan semuanya pada Mama. Semua kejadian yang membuat hatiku berat. Mama selalu menjadi penengah saat aku dan Nova sedang berselisih.

Walaupun Mama dekat dengan Nova ia tidak pernah memihak siapa pun. Mama selalu mendengarkan kami. Mencari jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah dua anak gadisnya itu.

"Mah." Seseorang membuka pintu kamarku. Nova berdiri disana.

"Sini sayang." Kata Mama.

Nova masuk dan menghampiri kami. Ia duduk disebelah Mama dan ikut memeluknya. Seperti saat kami kecil Mama selalu menemani kami sebelum tidur. Mama menceritakan saat kami berdua masih kecil. Masalah antara aku dan Nova seperti hilang begitu saja.

Kami berdua pun tertidur. Mama bangun dan bangkit dari tempat tidur. Mama menyelimuti kami berdua. "Night princess." Kata Mama mencium kening kami berdua. Lalu berjalan keluar kamar.

Malam itu masalah selesai karena Mama. Aku dan Nova sudah kembali seperti sedia kala. Mama selalu bisa menjadi malaikat untuk kami berdua.

Antara Aku dan Saudari Kembarku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang