BAB 30 - Pria itu

2.5K 103 1
                                    

Setelah pertemuan terakhirku dengan Sam kami sudah tidak pernah saling menghubungi bahkan bertemu. Sam pun sudah tidak aktif menggunakannya sosial medianya. Ia seakan-akan menghilang. Sesekali aku mendengar kabarnya dari Mama ataupun Mama Shinta jika ia sedang main ke rumah. Awalnya memang berat tapi akhirnya aku bisa melalui ini semua. Setelah lulus aku melamar kerja di sebuah perusahaan sebagai Akuntan. 

Banyak sekali laporan yang harus aku buat. Bahkan kerap kali aku harus lembur. Untung saja ada Dion kepala akuntan di kantorku. Ia sering kali mengajakku pulang bersama bahkan di saat kami lembur. Rasanya Dion adalah malaikat penyelamatku. Dion ini seniorku di kamar awalnya aku sempat kaget saat melihatnya di kantor. 

Nova sekarang bekerja sebagai HRD di salah satu perusahaan. Ia ingin merintis karir sebelum menikah karena setelah menikah Nova tidak ingin bekerja ia ingin fokus terhadap keluarga kecilnya. Hubungannya dengan Ray masih berlanjut. Meskipun kedua pasangan ini sering berantem karena hal tidak jelas namun mereka bisa dengan cepat akur kembali. Aku saja hampir tidak mengerti dengan pasangan itu.

Ngomong-ngomong soal Ray, Ray sekarang bekerja sebagai Direktur di perusahaannya. Dan kalian tau aku bekerja di kantor Ray. Awalnya saat aku melamar aku tidak tau kalo perusahaan itu milik keluarga Ray. Ray tidak pernah menceritakan tentang keluarganya kepada keluargaku. Hanya Nova yang tau, dan menurut Nova untuk apa dibicarakan toh dia suka karena Ray bukan karena keluarganya.

Sudah hampir 2 tahun aku bekerja di kantor Ray. Aku sudah menjadi asisten kepercayaan Dion. Iya Dion itu sebenarnya beda 1 tahun dariku tapi Dion tidak mau dipanggil Kak atau yang lain dia tidak ingin dianggap tua. Bahkan Dion akan marah jika dipanggil Pak di luar kantor. Aku hampir tidak mengerti dengan pemikiran pria satu itu.

Hidupku berjalan baik-baik saja. Sesekali aku memang merindukan pria itu tapi aku berusaha untuk menyibukkan diri. Nova pun sudah tidak pernah membahas tentangnya lagi. Siang itu aku sedang menuju kantin perusahaan bersama dengan Dion. Iya aku dan Dion selalu bersama-sama kemana pun kecuali ke toilet. Bahkan kami sudah mendapat julukan Upin Ipin.

Saat itu aku sedang bercanda dengan Dion di lift kami sedang membahas tentang Pak Saipul kepala Finance yang banyak mau nya itu. Bahkan kami sering diminta merevisi kerjaan kami itulah yang membuat aku dan Dion sering lembur bersama. 

"Gak boleh gitu, kualat loh ntar." Kataku tertawa mendengar Dion sedang ngedumel karena abis dimarahi bapak satu itu.

Ting. Bunyi pintu lift terbuka. Aku yang awalnya tertawa mendadak terdiam. Aku melihat seorang pria berdiri di depan lift. Pria yang sudah lama aku tak dengar kabarnya. Mata kami sempat bertemu sesaat. Sam. Batinku.

Dion yang merasa aneh melihatku tiba-tiba terdiam pun akhirnya buka suara. "Vi, ayo nanti keburu kantin rame." Kata Dion membuyarkan lamunanku. Kami harus turun sekarang.

"Eh iya." Kataku mengikutinya meninggalkan pria itu.

Dion merangkulku karena aku terlalu lama katanya. Aku sudah terbiasa dengan tingkah Dion kalo lagi baik dia cuma rangkul tapi kalo sudah lapar tak tertahankan dia bisa menarikku hingga aku harus berlari mengikuti langkahnya yang lebar.

"Ya ampun Yon, diomelin Pak Saipul bikin lo gak sabaran." Kataku tertawa menggoda Dion. Kami berjalan menuju kami. Sam masih memperhatikan kami dari kejauhan sebelum akhirnya ia masuk ke dalam lift.

Kami sudah tiba di kantin dan sudah memesan makanan. Aku masih mencerna apa yang baru saja terjadi. "Lo kenapa dari di lift diem terus? Kesambet?" Kata Dion asal. 

Aku menatap Dion malas. Dion memang suka meledekku. "Gak ko, kayanya gue salah liat orang." Kataku santai sambil memakan makananku.

Kami berdua makan siang dengan sesekali bercanda bersama. Setelah selesai kami berdua pun langsung kembali karena masih banyak hal yang harus dikerjakan. Aku sedang duduk sambil memasukan data laporan hari ini hingga Dion memanggilku. "Vi, ke ruangan Pak Ray ya kasih laporan ini. Tadi Pak Ray telepon cuma gue harus ngerjain laporan Pak Saipul dia minta sore ini udah di meja dia." Kata Dion sebal.

"Oke." Kataku singkat. Aku bangkit dan mengambil laporan yang Dion maksud. Kulangkahkan kakiku menuju ruangan Ray. 

"Siang Bu Rina. Saya diminta Pak Dion mengantar laporan ke ruangan Pak Ray." Kataku menghampiri sekretaris Ray yang mejanya ada didepan kantor Ray.

"Iya Bu Novi, tadi Pak Ray sudah berpesan mempersilahkan Pak Dion masuk." Kata Bu Rina mempersilahkanku masuk.

Aku pun mengangguk dan mengetuk pelan pintu ruangan Ray. "Masuk." Kata Ray. Aku membuka pintu itu pelan dan menutupnya. Aku melihat Ray sedang ada tamu sepertinya penting, tapi kenapa dia meminta Dion mengantar laporan. Memang calon saudara iparku ini sedikit aneh.

"Loh kok lo Vi? Padahal tadi gue manggil Dion." Kata Ray santai. Ray memang menggunakan bahasa biasa saat kami berdua. Tapi tunggu bukannya dia sedang ada tamu?

"Pak Dion sedang merevisi laporan untuk Pak Saipul Pak, jadi saya yang diminta mengantarkan laporannya." Kataku menghampiri mereka dan memberikan laporan.

Ray menatapku bingung. "Santai aja ngomongnya, lagian juga lo kenal ko sama dia." Kata Ray santai sambil melihat laporan yang aku berikan.

Aku menatap Ray bingung dan saat aku menoleh itu Sam. Berarti orang yang tadi aku liat benar Sam. Ia tersenyum tipis saat aku melihatnya. Aku melotot menatap Ray yang cuek saja membaca laporanku. "Hai Vi." Kata Sam tersenyum menyapaku.

"Hai." Kataku singkat. Rasanya aku ingin segera pergi dari ruangan ini. "Udah kan Ray? Gue balik kerja lagi ya." Kataku. Aku masih belum siap bertemu Sam sekarang.

Coba kalian bayangkan saat ada pria yang meninggalkan kalian dan dia berjanji saat kembali akan menemui kalian tapi nyatanya tidak sama sekali apakah itu hal menyenangkan? Tidak bukan? Makanya aku masih belum bisa berbicara dengannya.

"Eh entar dulu, lo kenapa si buru-buru banget. Bilang Dion gue minta cek laporan ini ya." Kata Ray memberikanku map baru. Aku pun mengangguk paham. Aku tau saat ini Sam sedang memperhatikanku makanya aku tidak berniat melihat ke arahnya. 

"Baik Pak Ray akan saya sampaikan, kalo sudah tidak ada lagi saya pamit karena masih ada yang saya harus kerjakan." Kataku tersenyum. Aku langsung melangkahkan kaki keluar dari ruangan Ray tanpa menoleh sedikitpun. 

Ray tertawa saat aku sudah pergi dari ruangannya. "Gengsi banget temen gue yang satu ini, mau ketemu aja sampe pura-pura ke kantor gue." Kata Ray.

"Gue belum berani ketemu Novi." Aku Sam jujur.

Ray hanya menggeleng kepala tak mengerti dengan pemikiran temannya ini. "Lo udah 5 bulan balik ke Indo tapi belum berani juga. Mau sampai kapan? Sampai Novi dilamar orang?" Katanya asal.

Sam hanya terdiam. Selama ini dia hanya mendapat kabar tentang Novi dari Ray. Bahkan Nova saja tidak tau kalo Sam sering bertukar pesan dengan Ray. Sam menghela nafas pelan. Dia begitu merindukan wanita itu tapi masih tak berani untuk mengajaknya bicara.

"Udah nanti ajak pulang bareng tapi kalo lo masih ikhlas Novi pulang sama Dion si gak apa-apa." Kata Ray asal. Sam menatapnya malas. Ia dia tidak bisa melawan Ray karena Ray satu-satunya penolongnya sekarang.

Antara Aku dan Saudari Kembarku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang