BAB 19 - LDR

2.6K 107 0
                                    

Hari ini aku mengantar Sam pergi ke bandara. Kedua orang kami, Nova dan Ray ikut mengantar. Sam akan pergi bersama orang tuanya. Iya Om Anton dan Tante Shinta akan membantu Sam mengurus administrasi kuliahnya. Kami sedang menunggu di tempat makan. Masih ada waktu 1 jam lagi. Kedua orang tua kami sedang mengobrol tak jauh dari tempat kami duduk. Ray dan Nova sedang pergi memesan makanan. Sam duduk didepanku ia tersenyum dan memegang tanganku.

Aku melihat sebuah cincin di tanganku. Sam memakaikan cincin itu. Aku menatapnya tak mengerti. "Biar gak ada yang modusin kamu di kampus." Katanya nyengir.

"Yang ada kamu jangan deket-deket sama bule. Apalagi pergaulan diluarkan bebas." Kataku sebal.

Sam tertawa melihatku cemburu. "Aku pasti akan kangen sama kamu." Katanya tersenyum.

Nova dan Ray datang membawakan makanan untuk kami. Setelah meletakkan makanan untuk kedua orang tua kami mereka duduk disebelah kami berdua. "Ciye yang bentar lagi LDR." Goda Nova.

"Ngegodain orang mulu kamu ay." Kata Ray mencubit gemas pacarnya.

Sam tertawa. "Biar gak bosen ketemu mulu kaya kalian." Kata Sam membalas Nova.

Nova memandangnya sebal. "Titip Novi ya kalo dia selingkuh laporin gue." Kata Sam tersenyum miring.

"Terus kalo kamu siapa yang mantau?" Kataku dengan nada sinis.

Ray tertawa melihat kami. "Kalian baru mau pisah aja udah berantem. Awas nanti kalo kangen berat." Godanya.

Kami berempat pun berbincang banyak hal. Rencana kami ke depan masing-masing. Tak terasa waktu 1 jam pun habis. Akhirnya kami berpisah. Setelah mengantarkan Sam dan kedua orang tuanya kami pun pulang. Aku memasuki kamar dan beristirahat. Hubungan jarak jauhku pun dimulai.

Setelah kepergian Sam, aku pun mendaftarkan diri ke salah satu Universitas yang ada di Jakarta. Nova dan Ray pun melakukan hal yang sama. Kami bertiga kuliah di tempat yang sama namun di fakultas berbeda. Karena kami memilih fakultas berbeda kami pun jarang bertemu.

Hubunganku dan Sam masih terbilang baik kami masih saling bertukar kabar. 1 bulan pertama kami masih suka mengobrol via video call. Namun bulan berikutnya kami hanya mengobrol tapi tidak terlalu sering. Begitu berlanjut. Hingga kami hanya memberikan chat. Beginilah hubungan jarak jauh. Apalagi dengan perbedaan waktu membuat salah satu kami harus mengalah. Namun karena jadwal kuliah yang semakin padat kami tidak bisa meluangkan waktu.

1 tahun dan Sam tidak pernah kembali ke sini. Ia bilang kegiatan di kampusnya sedang padat dan dia tidak bisa kembali ke Indonesia. Aku hanya dapat diam. Tak jarang kami berantem karena komunikasi kami yang semakin buruk. Seperti malam itu aku sedang marah karena Sam tidak bisa dihubungi padahal aku melihatnya update instagram.

"Bisa ya update instagram bareng teman-teman kamu tapi hubungin aku gak bisa." Kataku sebal.

Aku marah. Ya antara lelah dan kesal. Aku merasa hubungan kami tidak sebaik dulu. Dulu walaupun kami sering berantem tapi masalah akan kami langsung selesaikan. Tapi kenyataannya sekarang jarak membuat semuanya semakin rumit. Bahkan Sam sudah jarang mengirimkan pesan. Sering sekali pesanku ia tidak balas. Aku merasa bodoh menunggunya sendiri.

"Vi." Nova masuk ke dalam kamarku. Aku menoleh ke arahnya lalu kembali melamun.

Nova masuk dan duduk di sebelahku. "Lo berantem lagi?" Katanya. Sam itu curang saat aku marah dia akan meminta Nova membujukku. Bahkan ia meminta Nova mengawasi dekat dengan siapa saja. Sedangkan ia bisa dengan bebas berhubungan dengan bule wanita disana.

"Dia ngadu lagi ke lo?" Kataku asal.

Nova terdiam. Ia tampak tak enak denganku. Sebenarnya Nova sudah menolak namun Sam meminta untuk yang terakhir kali akhirnya Nova tidak dapat menolak. "Iya dia nelpon gue tadi." Katanya pelan.

"Vi, gue tau kalian udah sama-sama dewasa. Gue yakin kalian bisa menjalani ini. Coba saling intropeksi. Gue tau disini Sam salah cuma lo juga harus berusaha ngertiin dia. Gue gak maksa lo maafin dia itu terserah lo. Mau lanjut atau pun gak semuanya ada ditangan kalian bukan gue atau Ray. Gue cuma mau yang terbaik buat lo." Kata Nova jujur.

Aku menghela nafas pelan. "Ternyata gak semudah yang gue kira ya Va." Keluhku pelan.

Nova tersenyum memelukku. "Kalo lo bingung cerita ke siapa lo cerita ke gue. Lo inget kan gue selalu ada di pihak lo. Kalo Sam macem-macem gue sama Ray yang duluan turun tangan." Katanya menyakinkanku.

"Makasih ya." Kataku pelan.

Setelah berbicara dengan Nova membuat hatiku sedikit lega. Aku tau kalo Nova ada di pihakku. Akhirnya aku pun memutuskan untuk tidak menghubungi Sam. Mungkin akan lebih baik jika kami fokus pada kuliah kami masing-masing.

Pada masa liburanku aku habiskan pergi belanja dengan Nova. Sekarang aku sudah teracuni oleh saudara kembarku. Kami sering melakukan aktifitas bersama. Terkadang Ray ikut serta menemani kami. Aku beruntung memiliki saudara dan calon saudara ipar yang baik.

Terkadang aku masih suka membuka instagram Sam untuk melihat bagaimana kabarnya orang itu. Aku melihat beberapa foto baru. Sam tampak berfoto dengan teman-teman bulenya. Tampilannya pun sekarang lebih berbeda ia menjadi lebih maskulin. Aku tersenyum sinis melihatnya. Sampai aku berhenti melihat foto mereka bersama dan Sam duduk disebelah cewek bule. Aku membuka instagram cewek itu dan banyak sekali fotonya bersama Sam.

Cewek itu bule dan cantik, matanya biru dan rambutnya coklat. Aku melihat dari gayanya cewek itu sangat modis bahkan aku melihat beberapa foto dia bergaya seperti model. Nampaknya cewek ini juga berprofesi sebagai model. Aku terdiam melihat satu foto dia duduk bersama Sam dan dia memeluk lengan Sam.

Aku menutup aplikasi instagramku dan terdiam. Aku memandang cincin yang Sam berikan. Lalu aku melepasnya. Aku tersenyum miris melihat cincin itu. Semua kata-katanya palsu. Apa yang aku harapkan dari hubungan ini? Akhirnya aku memutuskan menyerah. Iya menyerah pada keadaan.

Antara Aku dan Saudari Kembarku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang