BAB 2 - Pertemuan

5.1K 213 0
                                    

"Sayang kalian masih belum siap juga?" Teriak Mamah memanggil aku dan Nova untuk turun.

Nova masih sibuk membantuku menata rambut. Ia sudah rapih dan membantu berdandan. "Bentar lagi mah." kata Nova membalas teriakan Mamah.

"Tuh kan cantik." Kata Nova tersenyum bangga melihat hasil karyanya. Aku memperhatikan pantulan diriku dicermin. Kami berdua ada di kamar Nova.

 Kami berdua ada di kamar Nova

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo emang terbaik. Cuma harus ya pake heels." kataku senang memeluknya. Aku sedikit kecewa karena harus memakai heels 7 cm. 

Dapat kalian bayangkan betapa pegalnya kakiku nanti. Aku hanya berharap semoga aku tidak mempermalukan diriku sendiri jika harus terjatuh menggunakan benda keramat ini. Ya benda keramat. Karena aku tak terbiasa menggunakan ini.

Nova memperhatikan cermin kembali untuk mengecek penampilannya. "Perfect." Katanya tersenyum senang. "Udah pake aja heels nya daripada Mamah marah. Paling nanti pulang-pulang kaki lo pegel." Goda Nova tertawa pelan.

" Goda Nova tertawa pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menghela nafas pelan. Memang benar yang Nova bilang percuma saja jika harus melawan keinginan Mamah. Kami berdua pun turun menghampiri Mamah dan Papah yang sudah menunggu di ruang tamu.

"Nah gini dong. Ini baru namanya anak Mamah." Ujar Mamah tersenyum puas melihat kedua putrinya sudah cantik.

"Bik Nah kami berangkat dulu ya. Jangan lupa nanti pintu dikunci." Kata Papah mengingatkan Bik Nah pembantu di rumah kami.

"Baik Tuan." Kata Bik Nah patuh. Bik Nah itu salah pembantu yang sudah ikut kami dari saat aku dan Nova masih kecil. Keluarganya ada di kampung. Dan setiap dua kali setahun setiap kami libur sekolah Bik Nah pasti izin untuk pulang ke rumah.

Kami berempat pun pergi dengan diantar Mang Asep supir pribadi kami. Hening selama perjalanan menyelimuti kami. Aku melihat keluar memandangi pemandangan malam itu. Entah kenapa rasanya menyenangkan melihat lampu-lampu itu menyala.

Perjalanan 1 jam kami lalui. Lalu lintas malam itu lumayan padat mungkin karena malam ini malam minggu. Banyak orang yang keluar sekedar untuk menikmati indahnya malam. Kami pun turun memasuki aula perusahaan Gemilang Raya. Aku menghela nafas pelan. 

"Relaks Vi." Kata Nova menggandeng tanganku. Aku pun hanya tersenyum membalasnya.

Saat ini yang aku takutkan adalah aku terjatuh saat memakai benda ini. Bukankah akan sangat memalukan? Setelah masuk kami pun duduk ditempat yang sudah disediakan. Aku pun berbisik pada Mamah izin untuk pergi ke toilet. Awalnya Nova ingin mengantarku namun aku menolak setidaknya ada yang menemani orang tua kami saat ini.

"Lo pasti bisa. Cukup tahan 3 jam aja." kataku berkata pada diri sendiri di cermin. 

Aku keluar sambil merapihkan dress ku yang sedikit berantakan. Brak. Aku menabrak seseorang. Untuk aku tidak jatuh. "Sorry..." Kataku melihat orang yang ku tabrak. Sejenak dapatku lihat cowok itu tampan.

"Kalo jalan pake mata makanya." Ujar cowok itu ketus. Ia terdiam melihatku lalu pergi begitu saja.

Dengan muka sebal aku menggerutu. "Dasar cowok aneh." Keluhku ketika ia pergi. Aku tidak perduli apa dia mendengar ucapanku atau tidak. Aku meralat pikiranku kalo dia tampan nyatanya dia menyebalkan.

"Vi, kenapa lo?" Ujar Nova menghampiriku di depan toilet.

"Gak apa-apa ko Va, ternyata di pesta kaya gini ada orang aneh." Ujarku asal. Padahal aku hanya menabraknya sedikit dan dia sudah marah luar biasa. Rasanya sifatnya itu sangat aneh.

"Hustt ngawur aja lo." Ujar Nova menyenggol tanganku. "Dicariin mama papa tuh." Ujarnya lagi. Kami berdua pun menghampiri orang tua kami.

"Kamu kemana aja si sayang?" Ujar Mamah.

"Dari toilet mah." Ujarku singkat.

"Papa mau kalian ketemu sama seseorang." Ujar papa mengajak kami menemui temannya. Aku dan Nova pun mengikutinya dari belakang.

"Pak Anton." Ujar papa menghampiri temannya.

Pria yang nampaknya seusia dengan Papa pun menengok. "Pak Andi sudah lama kita tidak bertemu." Ujar Pak Anton berjabat tangan dengan papa.

Papa tersenyum lalu mengenalkan Mama kepada pria itu. "Kenalkan ini Tia istri saya dan kedua putri saya Nova dan Novi." Ujar papa ramah. Tak lupa Papa pun mengenalkan aku dan Nova.

"Malem om." Ujar kami berdua sambil tersenyum.

"Wah anakmu cantik-cantik ya Ndi." Ujar Pak Anton. Seorang wanita seumuran dengan mama menghampiri kami diikuti dengan seorang anak laki-laki dibelakangnya. Anak itu seperti tak asing untukku. 'Cowok yang tadi' kataku dalam hati.

"Kenalkan ini istriku dan putraku Sam." Ujar Pak Anton lagi. Perbincangan antar keluarga kami pun berlanjut. Mama mengobrol dengan tante Shinta istri om Anton, papa mengobrol dengan om Anton, dan Nova mengobrol dengan Sam. Saat mereka semua lenggah aku melarikan diri. Tanpa ku ketahui Sam melihatku pergi.

Aku memang tidak suka dengan suasana seperti ini. Terlalu formal. Apalagi harus memakai hells yang membuat kakiku lecet. Aku duduk di tepi kolam renang dimana tidak ada seorang pun di sana. Kubuka hells yang telah menyiksaku dan merendam kakiku di dalam air. "Coba tadi gue bawa ipod." Ujarku sambil memainkan kakiku di air.

Langkah kaki terdengar berjalan kearahku. Aku tidak peduli mungkin itu hanya tamu yang sedang mencari udara segar. "Lo lagi." Ujar cowok itu tepat berdiri di sebelahku. Aku menoleh dan kulihat Sam berdiri di sana.

"Ngapain lo ke sini?" Ujarku sinis. Kenapa dari sekian banyak tamu disini harus cowok ini yang muncul? Merusak ketenanganku saja.

"Ini kan tempat umum lagian ini perusahaan bokap gue, jadi suka-suka gue dong mau kemana." Ujarnya cuek. 

Aku menghela nafas mendengar ucapan sombong cowok satu ini. "Ya ya ya terserah lo." Ujarku mengangkat bahu. Aku hendak berdiri namun karna kakiku basah aku terpleset dan Sam menarik tanganku sehingga aku tidak jatuh ke air tapi ke pelukkannya. Deg. Wajah kami sangat dekat.

Satu hal yang aku tau aku salting sekarang. Dengan cepat aku melepaskan pelukannya. Kuambil hells ku dan pergi secepat mungkin meninggalkannya. 'Kenapa harus ditolongin dia si.' keluhku dalam hati. Sam melihatku dan tersenyum. Namun aku tidak memperhatikannya.

"Gengsi banget buat bilang makasih." Ujar Sam tersenyum melihatku pergi.

Aku menghampiri keluargaku yang masih sibuk berbicara dengan keluarga Sam. Aku duduk disebelah Nova yang asik sedang berbincang dengan Mamah dan tante Shinta. Tak lama Sam datang ia duduk tepat didepanku. Ia tersenyum sinis seakan-akan mengejekku. Rasanya aku ingin cepat pulang saja.

Setelah acara selesai kami pun pamit untuk pulang. Aku sempat melihat Nova bertukar kontak dengan Sam. Sam menoleh kearahku yang memperhatikan mereka, namun aku langsung buang muka. Mang Asep pun datang kami pun pamit. Aku langsung memasuki mobil tanpa menoleh ke arah Sam yang tersenyum disana. Semoga aku tak harus bertemu lagi dengan cowok satu itu.

Antara Aku dan Saudari Kembarku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang