Spesial Part 2: Poligami?

2.5K 617 268
                                    

Farras sebetulnya gelisah. Apalagi Ando tak kunjung pulang sejak tarawih. Perempuan itu mengintip-intip di jendela, demi melihat kedatangan suaminya. Namun gelap. Ando tak kunjung kembali bahkan hingga satu jam usai tarawih. Saat Farrel mengingatkan kalau sudah agak malam, Ando baru beranjak.

Farras menghela nafas lega saat melihat sosok Ando masih berjalan di kejauhan sana. Ia melirik jam di dinding yang menunjukan pukul 10 malam. Lama sekali suaminya itu. Feeling-nya sih mengatakan kalau Ando nongkrong di masjid atau di rumah opa. Ando tak mungkin nongkrong di rumah daddy, yang ada akan dimarahi Feri karena meninggalkan Farras sendirian di rumah semalam ini.

Farras nampak terpekur. Ia sebetulnya menyesali perdebatan magrib tadi. Hanya saja, coba pikirkan dari perspektifnya. Bagaimana rasanya jika sudah lama menikah dan tak kunjung hamil? Bagaimana perasaannya setiap melihat perempuan-perempuan lain yang bahagia menggendong anak? Perasaannya ketika melihat mommy atau daddy menggendong Sherin? Perasaannya ketika melihat bundanya atau papanya menggendong Sherin? Ia merasa bersalah tentu saja. Karena belum bisa memberikan apa yang diinginkan oleh orang tua ketika anak-anaknya telah menikah.

Dan soal poligami itu, oke. Ia hanya berpikir bagaimana caranya agar keturunan Ando terus ada. Keturunan yang merupakan anak kandung. Bukan anak angkat. Karena rasanya pasti berbeda. Meski mungkin bukan keluar dari rahimnya. Bukan darah dagingnya. Hanya itu yang ia pikirkan. Ia bahkan urung memikirkan kebahagiaannya sendiri.

Dan pintu itu terbuka ketika Ando sampai. Lelaki itu meletakan sandalnya di rak kemudian bersitatap dengan Farras yang sudah duduk di sofa ruang tamu. Ando menghela nafas. Ia sebetulnya ingin menghindar dari pembicaraan yang hanya akan membuat amarahnya langsung naik lagi.

"Tidur, Ras," tuturnya sambil berjalan ke dapur untuk mencuci tangan. Farras tidak bergerak kecuali matanya yang terus mengekor langkah Ando. "Aku gak mau bertengkar semalam ini," tutur Ando saat akan berjalan menaiki tangga.

Farras menghela nafas. Ia sebetulnya ingin menyelesaikan permasalahan ini. Biar ia bisa tidur dengan tenang.

"Apa Abi akan melepas, Ras?"

Perempuan itu bersuara tepat saat Ando akan membuka pintu kamar. Sementara Farras sudah berdiri di dekat tangga.

"Kenapa? Ras punya lelaki lain untuk dijadikan suami?"

Kalimat itu terdengar sangat menyindir hatinya. Hati Farras bergetar. Air matanya hampir jatuh lagi mendengar ucapan itu.  "Beritahu Abi kalau Ras sudah punya daftarnya," lanjutnya dengan dingin lantas membuka pintu kamar.

Farras langsung tergugu di lantai. Ia tak menyangka kalau Ando akan berbicara seperti itu. Namun tahu kenapa Ando berbicara seperti itu? Karena saat melihat Farras yang bergamis lengkap duduk di ruang tamu. Ia tak mengerti kenapa Farras harus berpakaian seperti itu padahal di rumahnya sendiri. Ia sebagai suami, merasa tersinggung. Sangat tersinggung. Ia merasa kalau Farras tidak menganggapnya sebagai mahram lagi.

😋😋😋

Ando bangun sahur sendiri. Ketika bangun pun, ia tak melihat ada Farras. Saat ia keluar dari kamar pun, perempuan itu tak ada. Ia pikir, mungkin tidur di kamar lain menilik rumah ini punya empat kamar kosong. Ia tak ambil pusing. Dari pada emosi lagi sesahur begini. Jadi lah, ia memasak apa yang ada di kulkas. Hanya memanaskan sop sisa kemarin untuk dijadikan makanan sahur. Ia berdoa lantas menyantapnya sendirian. Matanya masih melirik-lirik sekeliling rumah. Berharap Farras muncul dari mana saja. Namun suasana masih tetap hening. Ah, begini rasanya sendiri, pikirnya yang kemudian tersenyum kecil.

Padahal Ando tak tahu saja. Saat ia tinggal masuk kamar dan membersihkan diri di kamar mandi, Farras pergi. Perempuan itu mengira kalau Ando menceraikannya. Apalagi mengingat kata-kata terakhir semalam. Farras boleh saja terlihat dewasa. Walau kadang ucapannya sangat bijak. Tapi wajar lah, ia hanya manusia biasa dan perempuan yang berhati rapuh. Perempuan mana yang tidak terluka jika perasaannya tidak bisa dimengerti pasangannya? Lalu Ando yang masih terlalu emosi menghadapinya. Meski, Ando tak bermaksud menyakitinya dengan kata-katanya itu. Ia hanya lelah dengan segala rengekan Farras tentang poligami. Karena apa? Karena tak mudah. Tak mudah menerapkannya. Ia bukan Rasulullah, manusia berakhlak sempurna. Ia hanya seorang Ando, manusia yang penuh dosa.

Dear JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang