Dear Jodoh: Belum Saatnya

3.1K 574 279
                                    

Allah....boleh kah aku mencintainya dengan caraku tanpa menyakiti-Mu?

Agha Muhammad Fahlevi

😍😍😍

"Agha tuh!"

Bisik-bisik tetangga menghiasi tiap Agha lewat dimana pun. Entah di kampus, entah di mall bahkan rumah sakit sekalipun. Omong-omong, Agha akhirnya meneruskan jejak Ummi-nya. Ia menjadi satu-satunya calon dokter lelaki yang juga meneruskan titah om-nya, Fadlan. Meski awalnya ia sempat berpikir untuk mengambil jurusan bisnis seperti kakak-kakak sepupunya tapi saat masuk SMA, ia berbelok ke kedokteran. Agha kan lama di pesantren hingga SMP dan memutuskan untuk lanjut ke SMA. Dari SD hingga SMP, ia jarang bertemu dengan perempuan di sekolah lalu saat SMA, mendadak menjadi cowok populer itu rasanya.....

"Gha, jadi ikut rapat ntar?"

Agha menoleh ke arah pintu masuk ruang BEM fakultas, Agha mengangguk. Sebagai ketua BEM di fakultas ini, kebetulan baru beberapa bulan menjabat, ia tentu selalu hadir. Bahkan ia yang menyerukan untuk digelar rapat hari ini.

"Gue ke kelas dulu ya," tuturnya yang sekaligus pamit pada rekan seorganisasinya itu. Di perjalanan menuju kelas, ia melihat sosok Hamas yang baru keluar dari ruang dosen. Omong-omong ia mengenal lelaki itu karena lelaki itu juga pernah menjabat sebagai ketua BEM seperti dirinya. Ia juga sempat mengobrol dalam untuk urusan BEM.

"Gha!"

Anne memanggil dari kejauhan. Gadis berkacamata itu berjalan ke arahnya. Ia hampir tak pernah lagi melihat Anne selama semester ini di kampusnya karena gadis itu sibuk dengan penelitiannya. Lalu kini? Aah omong-omong Agha sudah dengar kalau sepupunya ini dilamar dokter Hasan.

"Kenapa, Kak?"

"Titip ini dong untuk Bu Anggun. Tadi Bu Anggun gak ada. Gue mau balik sih," tuturnya sambil menyerahkan selembar kertas pada Agha yang keningnya mengerut.

"Apaan?"

"Lembar kopian surat buat koass," tuturnya. "Titip ya?"

Agha mengangguk lantas Anne pergi darinya.

"Apaan tuh?"

Agha terlonjak kaget. Ia sampai mengelus dadanya. Kaget saja karena tahu-tahu ada yang berbicara dari belakang. Saat ia menoleh, ia menjumpai Hamas yang tadi dilihatnya.

"Kok masih di sini, Bang?" tanyanya heran. Pasalnya, acara perpisahan sudah dilaksanakan beberapa hari yang lalu.

"Itu apaan?"

Agha menghela nafas. "Titipan Kak Ann," tuturnya lantas memperlihatkan isinya. Di sana tertulis surat izin koass milik Anne.

"Lu kenal?"

"Sepupu gue, Bang."

Aaaah. Hamas mengangguk-angguk.

"Lu masih di sini, Bang?"

Hamas berdeham. "Tau tuh, diajak ikut rapat sama wakil lu!"

Aaah! Agha mengangguk-angguk. Wakilnya memang sempat bilang kalau akan mengundang mantan ketua BEM sebelumnya tapi ia tak tahu kalau Hamas yang diajak.

"Oke lah. Nanti ketemu abis ashar ya, Bang. Gue ke kelas dulu," tuturnya kemudian hendak pamit tapi Hamas menahan bahunya.

"Boleh ngobrol hal lain gak?" tanyanya.

Agha menatapnya heran. "Apa?"

Hamas menghembus nafas. Ia bingung bagaimana menceritakannya dan memang ia bukan tipikal yang hobi berkeluh kesah pada orang lain. Tapi ini adalah sesuatu yang ingin ia perjuangkan.

Dear JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang