Spesial Part 2: Bukber di Rumah Opa

3.3K 540 243
                                    

Tek kotek, kotek kotek
Anak ayam turun berkotek

Dan tiga perempuan itu kompak menari sesuai dengan lagunya di bangku masing-masing. Walau Rain tetap fokus menyetir sambil terkikik-kikik. Dina? Sudah sableng, tarian koteknya semangat banget. Lupa sama isi perut. Hahaha! Tiara? Paling menghayati tapi masih kalah sama gadis kecil empat tahun yang sudah berdiri di atas kursi sambil berkotek. Udah nyanyinya paling cempreng dan kencang pula. Hahahaa!

Tek kotek, kotek kotek
Anak ayam turun berkotek

Anak ayam turunlah empat
Mati satu tinggallah tiga
Anak ayam turunlah tiga
Mati satu tinggallah dua

Tek kotek, kotek kotek
Anak ayam turun berkotek
Tek kotek, kotek kotek
Anak ayam turun berkotek

Ketiganya kompak terbahak begitu lagu itu selesai. Sementara si gadis kecil heboh memindahkannya dengan lagu lain. Sayangnya, gak ada Farras. Kalau ada Farras, makin gila itu yang ada di dalam mobil.

"Gilaaak! Udah lama banget gue gak denger lagu anak-anak," tutur Rain.

Tiara masih terkekeh. Ia mengelap ingus anaknya yang turun. Gadis kecil itu masih asyik joget-joget sendiri dengan lagu pelangi. Sementara Dina masih terpingkal-pingkal. Sepertinya ia akan seperti itu ke depannya. Joget-joget bareng anaknya dan juga suaminya. Hahahaha! Kalau Tiara kan kadang malu joget di depan suaminya meski dipaksa Sherin. Suaminya sih cuma senyum-senyum geli gitu menatapnya. Kalau Dina? Jangan ditanya! Wong gak punya malu! Hahahaa! Apalagi Adit juga sableng. Tamat lah itu rumah tangga!

"Si Ardan gimana? Udah ada calon belum?" tanya Tiara. Sudah lama ia tak menanyai pertanyaan pahit itu pada Ardan. Dina malah terkikik.

"Tuh orang sok-sokan mau nyari sendiri. Udah sekian tahun aja kagak dapet-dapet!"

Tiara tertawa geli. Rasanya sudah lama sekali ia tak tertawa lepas seperti ini. Kalau sama suami kan kadang masih jaim. Suaminya gak seru soalnya. Hahaha! Gak bisa diajak gila kayak Dina dan Adit. Ando juga. Si Farras gila sendiri. Tapi bedanya, si Farras gak ada jaim-jaimnya di depan Ando. Joget mah joget aja tuh orang! Yang puyeng suaminya! Hahaha!

"Cariin lah. Kasihan tuh orang kalau diduluin Ferril."

Dina dan Rain kompak terbahak. Ya sih, pikir Rain. Yang paling kasihan itu si Ardan. Soalnya, ada atau gak ada tetap di-bully!

"Eh iya! Si Vani katanya ikutan bukber."

"Tumbeeen," tutur Tiara. Biasanya gak pernah ikutan. Regan saja jarang nongol. Karena biasanya tabrakan juga sama jadwal bukber keluarga besarnya, Opa Manggala. Adik ipar Oma mereka. Kalau istrinya kan sudah meninggal dua tahun lalu. "Dia bukannya masih kuliah di Singapura?"

Dina mengangguk. Ia juga tahunya dari Papanya. Tak sengaja menguping dua hari yang lalu kalau keluarga Regan sedang komplit di Jakarta. Ada tantenya juga, Vanessa, istrinya Om Regan.

"Terakhir ketemu mereka itu kapan ya?"

"Waktu pemakaman Oma Feranda," seru Rain yang dibalas anggukan.

"Eh iya, waktu lu nikah kan pada gak dateng yak?"

Dina mengangguk. Katanya tantenya sakit waktu itu jadi gak bisa ikut. Yang datang cuma Om Regan.

"Lagian si Om dari dulu jarang banget bawa keluarganya kumpul sama kita-kita."

Tiara mengangguk, mengiyakan ucapan Rain itu. Maklum lah, Regan dan Vanessa kan terpisah jarak. Vanessa sibuk dengan karirnya di Singapura. Regan juga begitu. Vania lebih sering di Singapura tentunya. Tantenya itu kan artis di sana. Vania juga mulai mengikuti jejaknya walau sibuk kuliah kedokteran. Gadis itu paling dekat dengan Dina dan Farras sih dibanding yang lain. Kadang sering bertukar pesan juga. Tapi empat tahunan ini agak berkurang karena kesibukan.

Dear JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang