Spesial Part 3: Poligami?

2.4K 558 149
                                    

"Yaaah gak asyik!" keluh Ferril begitu melihat mobil Ando meninggalkan halaman rumah. Bunda langsung menjentikan keningnya dengan jari. Hal yang membuatnya mengaduh sementara Papanya terkekeh. "Padahal Adek belum liat adegan berantemnya," lanjutnya yang masih belum kapok. Bunda geleng-geleng kepala. Wanita itu berjalan menuju dapur. "Tadi ngapain aja ya mereka, Bun? Si Ras nangis tapi...."

"Jaga itu pikiran dan mulut. Udah imsak, Dek!" ingat bunda. Ferril terkekeh.

Sementara suasana mobil hening. Tadi? Hanya sebatas peluk lagi Ando mengajaknya pulang begitu Farras tenang. Jadi lah mereka di jalan sekarang. Ando buru-buru menyetir untuk mengejar subuh. Ia perlu bersiap-siap untuk ke masjid. Ke masjid kan kudu rapi dan ganteng karena mau ketemu Allah. Masa cuma ketemu gebetan aja rapi dan cakepnya? Kan malu sama Allah. Padahal Allah loh yang selalu ada menemani hamba-Nya. Mantan? Nemenin masa lalu sih iya!

🤣🤣🤣

Kali ini Farras merecoki Tiara. Kalau Ando curhat pada Farrel maka Farras curhatnya pada Tiara. Meski mulutnya bawel tapi kalau urusan penting seperti ini tak akan bocor. Yaah, semua sepupunya juga begitu sih. Gak akan bocor kalau sepenting ini. Hanya saja, Farras perlu memilah-milah apa yang bisa ia curhatkan kepada masing-masing sepupunya.

"Kalau kakak sih emang udah berhenti. Mas juga udah cukup dengan Sherin. Biar pun masih ada kemungkinan bisa hamil lagi tapi memikirkan resikonya itu, gak apa-apa lah mengikhlaskan," tutur Tiara. "Waktu melahirkan Sherin kemarin kan sampe operasi akhirnya. Setelah dipaksa mau normal gak bisa."

Farras mengangguk-angguk. Ini belum mengarah ke curhatannya. "Beneran Mas Izzan gak masalah?"

Tiara terkekeh. "Kenapa?" tagihnya. Ia tahu apa yang dikeluh-kesahkan Farras. Keluh kesah yang tak berani diutarakannya pada mommy atau Bunda. Farras hanya menyimpannya sendiri. "Rejeki itu udah ada yang ngatur, Ras. Gak akan tertukar. Semua bakalan datang di waktu dan tempat yang tepat," tuturnya. Ia menepuk bahu Farras agar tidak frustasi melulu. Ia paham perasaan Farras. Perempuan mana yang tak ingin hamil dan mempunyai anak? semua perempuan itu ingin itu bukan?

"Jadi, gak ada yang mendukung Ras nih?"

Tiara terkekeh. Ia paham maksud dari pernyataan itu. "Ando aja gak setuju apalagi kakak. Mom dan dad pasti lebih keberatan," jelasnya lantas menghela nafas. "Ras, kami semua ini menyayangi Ras. Mana mungkin kami pendek akal untuk urusan seperti itu tapi mengorbankan perasaan Ras."

Farras menghela nafas. Kakak iparnya ini benar. Makanya Sara atau pun Feri tak pernah berbicara apapun tentang anak di hadapan Farras atau Ando. Mereka tahu itu adalah hal yang sangat sensitif. Mereka semua berupaya menjaga perasaan keduanya. Meski mungkin terkadang tak ada yang tahu isi hati masing-masing.

"Lagi pula, adek kakak itu lelaki gentle yang bertanggung-jawab bukan cuma ke istri dan keluarga tapi ke Allah. Pertimbangannya, akhirat Ras. Bagaimana mungkin, dia lupa dengan hati istrinya yang akan terluka meski terlihat menerima. Pasti akan ada rasa cemburu yang mungkin akan menimbulkan penyakit di hati. Apalagi terkadang perempuan suka sekali membanding-bandingkan dirinya dengan perempuan lain. Ando gak mau Ras mengalami itu. Ia ingin menjaga kemurnian hati Ras dengan caranya sendiri. Lagi pula, adik kakak itu bukan lelaki penuntut, Ras. Dia terima apa adanya Ras. Ya kan?"

Tiara membesarkan hatinya. Ia memahami kegalauan itu. Ia juga tak menghakimi Farras. Tak perduli seberapa banyak orang lain menggunjing Farras yang belum mempunyai anak. Yang sengaja menyindir dan bertanya-tanya tiap bertemu Farras tak sengaja. Pertanyaan demi pertanyaan yang sangat menyakitkan hati Farras. Tapi Farras berupaya sabar melewati semuanya. Dan ia harus merasa bersyukur karena mempunyai keluarga yang sedemikian pengertiannya.

Dear JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang