UNDER THE MASK

CHAPTER 2 : FIRASAT

"UNDER THE MASK"

.

.

.

Kegelapan dilangit malam Jakarta hari itu berbeda dibanding biasanya. Sebuah pembunuhan terhadap karyawan swasta terjadi di tengah hiruk pikuknya keramaian kota. Polisi yang mencoba memburu sang pelaku, tak mendapatkan cukup bukti untuk ditelusuri. Tanpa disadari oleh semua orang, terror sang pelaku mulai mengintai para mahasiswa disalah satu perguruan tinggi di kota Jakarta.

Siapakah dia?

Apa motifnya?

Siapa target berikutnya?

Perburuan di kota itu pun, dimulai.

.

.

.

[Jakarta, 31 Agustus 2020]

[Indah POV]

Hai. Aku Indah. Seperti yang kau lihat saat ini, aku masih berkutat dengan berkas-berkas program kerja yang menjadi tanggung jawabku sebagai salah satu anggota BEMP pada program studiku. Aku hanya mahasiswi biasa, yang memilih untuk mengikuti berbagai kegiatan di kampus untuk sekadar mengisi waktu luangku. Walaupun sebenarnya aku tidak menyangka akan serumit ini dinamika dalam sebuah organisasi. Ingin sekali ku berteriak rasanya. Namun, untungnya aku punya teman sebaik Sarah. Perkenalkan, Sarah Amira. Teman satu kelasku sedari semester satu. Ia orangnya sangat baik—walaupun penampilannya terlihat tomboy, namun hatinya sangat lembut. Ia sangat berani dan tidak segan bercanda dengan teman-teman lainnya yang laki-laki—berbeda denganku yang bisa dikatakan cukup pendiam dan hanya akrab dengan beberapa orang saja.

"Nih ndah, udah rapi ya."

Sarah menyerahkan berkas-berkas yang ia rapikan ke dalam sebuah map lalu diberikan kepadaku. Aku menerimanya dengan senang hati tanpa lupa mengucapkan terima kasih tentunya kepada Sarah.

Setelah semua berkas beres, aku tidak ingin pulang terlebih dahulu. Memikirkan bagaimana macetnya Jakarta pada sore hari, rasanya mengendurkan semangatku untuk bergegas pulang ke rumah. Alhasil, waktu soreku dihabiskan mengobrol dengan Sarah dan Mahdi yang kebetulan ketuaku itu masih setia bermain handphone nya di dalam sekret. Walaupun terlihat sangat addict terhadap handphone, ia merupakan seorang ketua yang sigap dan gesit terutama dalam membantu staff dan anggota lainnya.

"Ndah, lo ga lapar apa?" tanya Sarah.

"Engga deh Sar. Kan tadi udah makan. Emang lo masih lapar?"

"Pengen ngemil aja sih. Di cari cemilan yuk." bujuk Sarah menepuk pundak Mahdi.

"Ayo dah. Kantin farasal aja ya."

Sarah mengangguk, dan langsung bergegas berdiri bersama Mahdi.

"Lo ga mau nitip ndah?"

Aku menggeleng pelan seraya mengatakan tidak. Aku memang masih kenyang dan tidak ingin sama sekali mengemil. Mungkin belum. Mereka pun kulihat langsung keluar dari sekret dan mengambil sepatu masing-masing untuk dikenakan. Sebelum mereka pergi, Sarah sempat melambaikan tangannya kepadaku dan mengatakan "Ke kantin dulu ya ndah."

Sosok kedua temanku itu pun perlahan menghilang dari sudut mataku. Sekarang aku sendirian di dalam sekret BEMP-ku ini. Hanya ditemani kipas angin yang berputar, mengeluarkan hembusan angin kearahku. Aku melamun sejenak menatap dinding dihadapanku. Pikiranku melayang kemana-mana kalau sedang berada di dalam keadaan sendirian seperti ini.

"Haahh... ga kerasa udah semester 5 aja."

Aku membuka handphoneku, untuk mengusir sejenak kebosanan ini. Aku membuka akun instagramku dan melihat beberapa story maupun postingan yang muncul disana. Perhatianku terhenti saat melihat postingan dari salah satu akun media berita online yang memang aku follow untuk mengetahui perkembangan berita yang ada. Pada postingan itu, diberitakan mengenai kasus pembunuhan terhadap seorang pria yang merupakan karyawan swasta di dalam gang sepi dengan sangat sadis—menurutku. Bagaimana tidak? Leher dari pria tersebut berlubang hingga tembus yang diakibatkan oleh tusukan pisau. Aku tidak habis pikir bagaimana bisa ada orang yang membunuh orang lain dengan cara seperti itu. Terlebih hari ini sudah seminggu setelah kasus itu terjadi.