"UNDER THE MASK"
.
.
.
Kegelapan dilangit malam Jakarta hari itu berbeda dibanding biasanya. Sebuah pembunuhan terhadap karyawan swasta terjadi di tengah hiruk pikuknya keramaian kota. Polisi yang mencoba memburu sang pelaku, tak mendapatkan cukup bukti untuk ditelusuri. Tanpa disadari oleh semua orang, terror sang pelaku mulai mengintai para mahasiswa disalah satu perguruan tinggi di kota Jakarta.
Siapakah dia?
Apa motifnya?
Siapa target berikutnya?
Perburuan di kota itu pun, dimulai.
.
.
.
[Jakarta, 14 September 2020]
Setelah menghabiskan waktu istirahat makan siangnya di kantin farasal, keempat sekawan ini—Jacob, Fadhil, Fadhil, Hadi—langsung bergegas untuk kembali ke gedung fakultasnya. Di sana mereka mendatangi sekret BEMP mereka untuk menitipkan tas, karena mereka akan melaksanakan shalat dzuhur terlebih dahulu—sangat repot membawa-bawa tas ke dalam musholla. Di dalam sekret pun kebetulan ada Andin dan Indah yang mengobrol. Tidak ada sosok Mahdi yang biasanya menjadi penunggu sekret dikala waktu kosong begini. Kemana sang ketua itu?
"Ga bareng Sarah Ndah?" tanya Hadi setelah selesai shalat dan kembali ke dalam sekret. Ia tidak bersama Jacob maupun yang lainnya—sepertinya Hadi yang paling cepat shalat dan doanya.
"Engga Had, Sarah ada kerja kelompok tadi."
"Oh, ga sekelompok emang?"
"Engga hahaha. Beda kelompok kita mah."
"Oalah, kelompok apa sih?" tanya Hadi.
"Itu kelompok perencanaan individual. Matkulnya pak Hidayat."
Hadi mengangguk-angguk. Memang benar matkul itu sudah ada tugas kelompok dari minggu awal semester ini. Perkuliahan yang cukup merepotkan menurut Hadi, karena harus menyiapkan angket dan semacam lah, lalu harus pergi ke sekolah-sekolah menyebarkan angket tersebut. Boros bensin sekali.
Fadhil dan Fabian pun masuk ke dalam sekret.
"Ndin, gimana kabar?" tanya Fadhil kepada Andin yang memang sedari tadi sudah berada di dalam sekret bersama Indah.
"Ndin ndin ndin. Andin gitu sih kak Ndin ndin kaya Udin aja."
"HAHAHAHAHA."
Fabian dan Hadi tertawa keras. Sedangkan Indah hanya tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya. Sang tersangka dari candaan ini—Fadhil mengatakan Andin lebih bagus dipanggil seperti itu.
"GCC udah aman Ndin?" tanya Fabian.
"Doakan aja ya kak. Stress ini." keluh Andin memegang kepalanya.
"Doakan lu dapat jodoh?" sambar Hadi dengan tawa cengengesannya.
"Ihh itu mah ga usah dicari lagi. Udah ada hahahaha." jawab Andin seraya tertawa. Sebenarnya tidak ada yang tahu apa yang dikatakan Andin itu benar atau tidak—status kejombloannya masih banyak dipertanyakan.
"Yah gugur kesempatan lu Had." ujar Fadhil.
"Apaan sih!"
"HAHAHAHAHA."
Mereka semua tertawa dengan riang menjahili Hadi. Sedangkan Hadi seperti biasa langsung bermain kucing-kucingan dengan Fadhil yang sudah meledeknya. Pertengkaran di antara kedua orang ini memang selalu menjadi hiburan tersendiri bagi mahasiswa-mahasiswa bimbingan dan konseling tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER THE MASK
Mistério / SuspenseKegelapan dilangit malam Jakarta hari itu berbeda dibanding biasanya. Sebuah pembunuhan terhadap karyawan swasta terjadi di tengah hiruk pikuknya keramaian kota Jakarta. Polisi yang mencoba memburu sang pelaku, tak mendapatkan cukup bukti untuk dite...