CHAPTER 4 : PENGHAPUSAN

25 1 0
                                    

"UNDER THE MASK"

.

.

.

Kegelapan dilangit malam Jakarta hari itu berbeda dibanding biasanya. Sebuah pembunuhan terhadap karyawan swasta terjadi di tengah hiruk pikuknya keramaian kota. Polisi yang mencoba memburu sang pelaku, tak mendapatkan cukup bukti untuk ditelusuri. Tanpa disadari oleh semua orang, terror sang pelaku mulai mengintai para mahasiswa disalah satu perguruan tinggi di kota Jakarta.

Siapakah dia?

Apa motifnya?

Siapa target berikutnya?

Perburuan di kota itu pun, dimulai.

.

.

.

[10 September 2020]

[Indah POV]

Hari ini cukup melelahkan. Setidaknya itu menurutku. Menghabiskan setengah hari di dalam kelas dengan berkutat dengan segala tugas yang ada, rasanya membuat badanku lemas tak berdaya. Sesekali di dalam kelas, aku mencuri-curi kesempatan untuk merenggangkan badanku yang pegal. Tidak terasa akhirnya sudah 4 jam berlalu semenjak aku duduk di kursi ini jam 8 pagi—sekarang sudah menunjukkan jam 12 siang lewat. Dosen yang mengajar mata kuliah ku tadi, pak Hidayat namanya. Beliau sudah keluar kelas 10 menit yang lalu, meninggalkan sejuta tugas penuh kerinduan untuk dikumpulkan minggu depan.

"GILA IHH!"

Teriak Sarah dengan keras sambil merentangkan kedua tangannya. Ia benar-benar frustasi dengan banyaknya tugas-tugas yang ada disemester ini. Nisa yang melihat kelakuan temannya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya—sama seperti yang aku lakukan.

"Baru minggu kedua ya haha." ujarku menatap Sarah.

"Iya baru minggu kedua tapi tugas udah beranak pinak lebih dari dua." gerutu Sarah.

"Kan makanan mahasiswa itu emang tugas, bener ga Nis?"

"Bener si Ndah hahaha." tawa Nisa menyetujui guyonanku. Namun berbeda dengan Sarah yang nampak tidak menyetujui ucapanku tersebut.

"Dih maaf aja nih kalau gue makannya nasi, bukan tugas."

"HAHAHAHAHAHA."

Kami bertiga pun membereskan peralatan kuliah kami yang tadi nampak berserakan dimeja kami masing-masing untuk dimasukan ke dalam tas kami. Sarah menutup laptopnya yang mahal yang menyala-nyala layaknya laptop gaming pada umumnya, yang konon laptop itu merupakan hadiah ulang tahunnya dari neneknya. Sayang betul neneknya Sarah ke dia ya haha.

Mahdi mendatangi kami bertiga. Ia berjalan bersama Shavira Nursyifa—ia adalah sekretaris dari BEMP BK. "Ndah, nanti sore kita rapat internal sebentar ya."

"Boleh, mau bahas apa Di?"

"Soal proker kita Ndah. GCC" jawab Via—panggilan Shavira.

"Engga ajak Andin juga? Dia kan ketua pelaksananya kan?" tanyaku kembali.

"Andin udah diajak kok tadi, jadi biar lengkap tuh anak dan emaknya membahas proker ini." ujar Mahdi. Maksud anak dan emaknya disini bukan berarti aku sudah memiliki anak. Hal itu lebih merujuk kepada staff dan kepala departement. Andin adalah salah satu staff dari departement PSDM, yang kebetulan aku menjabat kepala departement (kadept) dari departement tersebut. Jadi kalau di dalam organisasi BEMP seperti ini, staff dengan kadeptnya diibaratkan orang tua dengan anak sendiri.

UNDER THE MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang