Nightmare

33 4 0
                                    

"Kau, berhenti melakukan hal tidak penting! Cepat antarkan bunga ini pada Tuan Park," titah seorang wanita tua di pojok ruangan.

Yang dipanggil merasa kesal, tak bisakah ibunya memahami anak perempuannya ini?

Dia hanya ingin melukis, bukan membuang-buang uang seperti kakaknya, sungguh!

"Alamatnya di mana?"

Kemudian Ibunya menaruh secarik kertas di telapak tangannya, "setelah itu, cari lowongan pekerjaan, tidak apa-apa jadi pelayan juga. Yang penting menghasilkan uang."

Tanpa mengucap sepatah kata apapun lagi, gadis berusia 26 tahun itupun segera mengendarai sepeda tuanya dan tidak menghiraukan obsidian coklat tuanya yang kini terasa panas, Agatha berlari kecil menuju sepeda yang setia menemaninya selama ia mengantarkan tiap bunga yang dipesan.

Agatha mengembuskan napasnya keras, sebenarnya ia lelah, namun, apa boleh buat? Dia tidak bisa keluar dari zona ini. Apakah salah jika ia mengharapkan sebuah kejaiban menghampirinya, membuatnya hidup bebas dan kemudian hidup bahagia dengan pujaan hati seperti kisah-kisah pada dongeng seorang putri? Tak bisakah seseorang mewujudkannya?

Agatha kemudian melajukan sepedanya kencang, hingga tak menyadari bahwa kertas yang berisikan alamat pembeli bunga terjatuh tertiup angin.

Setelah sampai di sebuah komplek perumahan elit daerah Gangnam, ia baru menyadari bahwa kertas alamat tersebut sudah lenyap dari saku cardigannya.

Agatha menggigit jarinya cemas, "sial, sial, sial. Sekarang aku harus apa?"

Gadis itu segera menghampiri pos satpam yang terlihat kosong melompong. Meski ragu, gadis dengan rambut terkuncir kuda itu tetap berjalan menuju pos. "Permisi?"

Usai Gatha mengucapkan salam sebanyak tiga kali, barulah muncul seorang pria paruh baya berseragam layaknya satpam beranjak dari tempat nyamannya itu. "Ada apa?"

"Maaf mengganggu. Aku sedang mencari alamat Tuan Park Jinyoung, bisa tunjukkan alamatnya?" tanya Gatha mengulas senyum.

"Ah, dia baru saja keluar tadi. Kau mau menitipkan pesan? nanti akan kusampaikan padanya," jawab pria bertubuh bongsor ini sama ramahnya.

"Tidak, aku hanya mengantarkan bunga miliknya."

Sang satpam mengangguk paham, "Kalau begitu, bisakah aku menitipkannya padamu?" tanya Gatha sekali lagi. "Tentu saja."

Sembari mengucapkan rasa terima kasihnya, Agatha berpamitan meninggalkan kawasan komplek mewah itu. "Sama-sama, berhati-hatilah di jalan, Nona."

-extn

Di tengah perjalanannya menuju florist, hujan secara kasar dan tiba-tiba turun lalu membuat sekujur tubuhnya basah kuyub.

Sontak pemudi yang memiliki nama asli Kim Goorae ini mengutuk berita cuaca yang mengatakan bahwa hari ini akan cerah.

Karena sudah terlanjur basah, Gatha berniat untuk menerobosnya saja, namun ia masih sayang pada ponsel jadulnya itu, yang ayahnya berikan saat  ia berumur 17 tahun.

Mau tak mau ia berteduh di sebuah ruko kosong yang tampaknya sudah lama tidak terpakai. Tak hanya hujan deras yang menghantuinya, kilat petir, angin kencang beserta rasa dingin yang hinggap membuat perempuan itu seketika merindukan kasur hangatnya.

Namun, tak lama kemudian pandangannya teralih pada sebuah kedai ramen di sebrang jalan. 

Sebuah memori terlintas begitu saja di kepalanya. Ah, teman ya?

Sekitar lima belas menit kemudian, hujan mulai reda, namun angin tidak berhenti membuatnya kedinginan setengah mati. "Ehm, permisi?"

Gatha tersentak, dengan panik ia merapatkan cardigan miliknya, menutupi kaos putih tipis yang pastinya sudah memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak dilihat orang lain, tentunya.

"Y-ya?" lelaki tampan di sampingnya ini kemudian tersenyum kecil.

"Kim Goorae, benar?"

Agatha membola, ia menggeleng keras, sebuah pertanyaan seketika terlintas di benaknya. Darimana pria ini tahu identitas aslinya? Gawat, benar-benar gawat.

"Bukan," dusta Agatha, tremornya kambuh, begitu pula dengan buku-buku tangannya yang kian memutih.

Kemudian lelaki ini mengeluarkan sesuatu dari balik jas hitamnya. Agatha melongo, melihat kartu pelajarnya yang sudah tampak usang. Kartu identitasnya yang itu memang telah menghilang, seingat Gatha, dia  membakarnya. "K-kau siapa?"

"Perkenalkan, aku Kim Taehyung, jaksa yang akan mengusut kembali kasus pembunuhan di SMA Tougedeo 8 tahun lalu."

Matanya terbelalak. Bibir pucat Gatha bergetar, jatungnya berdenyut keras.

"Tidak, tidak mungkin!"

"Aku butuh kesaksiaanmu, Kim Goorae."

—cont

Back In TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang