Esoknya, Taehyung bersama Jimin—sahabatnya kembali lagi menuju sekolahan itu, pasalnya ia merasa janggal usai mendengar cerita dari Goorae semalam. "Aku tak mengerti mengapa kita kembali lagi. Bukannya data semua siswa telah kau miliki?"
"Tidak, aku belum memiliki semuanya," jawab Taehyung, dengan rinci ia menelisik tiap bagian file yang diberikan oleh Pak Suho, kepala sekolah yang baru.
Sudut bibirnya tertarik ke atas kala ia menemukan sesuatu. "Lihat,"
Jimin yang sedari tadi memeriksa laporan guru atas kasus kenakalan para siswa tahun 2009 memicingkan matanya ke arah sobatnya itu. "Ada apa?"
"Ada data yang dirubah, hampir setengah dari siswa kelas XII-7. Ini keterlaluan."
"Aku tak mengerti mengapa mereka sengaja mengganti alamat rumah dan status orang tua para siswa yang sudah kita tanyakan tentang kasus ini."
Park Jimin memiliki pikiran yang simple, dia sebenarnya tak mau ikut menemani Taehyung, sialnya, pria 27 tahun itu pandai menyuap. "Apa sih yang kau mengerti?"
Jimin memutar bola matanya jengah. "Ya sudah, aku pulang saja kalau begitu."
"Aish, kau ini. Aku akan mencopy semua yang janggal, setelah itu baru kau boleh pulang."
"10 menit dari sekarang, cepat!"
Kali ini giliran Taehyung yang memutar bola matanya, tidak bisakah pria pendek itu berhenti mengeluh dan membantunya? Kini ia benar-benar menyesal telah menolak tawaran Yoo Eunbi, perempuan berambut ikal yang pernah menawarkan diri menjadi rekannya untuk mengusut kembali kasus Kim Goorae. Tolong salahkan saja dirinya yang menganggap kasus ini tak lebih dari kenakalan para remaja SMA.
-extn
09-06-09.
Dalam sebuah kamar yang temaram, seorang pemuda bersandar di ranjang dinginnya, ia mencoba sampaikan sebuah pesan untuk seseorang, seseorang yang telah menarik atensinya beberapa pekan terakhir.
Baru saja ia menuliskan beberapa kalimat, sudutnya tertarik, pemuda kelahiran 89 itu terkekeh samar. Bagaimana bisa hati seorang Daniel Choi menghangat, berdegup, bahkan sesak hanya dengan melihat perempuan bersurai hitam legam yang katanya sedingin es itu?
Entahlah, bagi lelaki yang kini terlihat semangat menuliskan setiap kata mengenai perempuan tersebut, ini seperti sebuah rasa yang baru mekar setelah 19 tahun ia hidup di dunia yang fana ini. Tidakkah itu terlambat? Terserah, ia sama sekali tak peduli.
"Kuharap kau tak merasa risih dengan email ini, amin," setelahnya ia merasa sangat lega hingga tak sadar jikalau dirinya tengah menggigit ujung layar laptop itu.
"Niel, matikan lampunya dan segera tidur!!"
"5 menit lagi, Bu!" selanjutnya, yang terdengar hanyalah dengusan kasar sang ibu di balik pintu kamarnya.
Sayangnya, email yang berisikan ungkapan rasa seorang daniel-si most wanted-itu tak pernah tersampaikan, karena kecerobohannya yang melewatkan angka 9 saat mengetik akun sang pujaan hati.
Oh, tentu saja ia takkan merasa risih dengan suratmu itu, bung.
Kisah mereka belum berakhir, kau mau tahu, apa yang membuat lelaki dengan kelopak mata monolid itu bisa jatuh cinta pada seorang gadis biasa yang hanya lebih cuek pada lingkungan sekitarnya?
Hal ini dimulai ketika ia tak sengaja berpapasan di perpustakaan sekolah, dirinya yang sedang bersembunyi dari kejaran pak satpam tua yang marah-marah karena ia ketahuan bolos, dengan gadis yang terbangun karena napasnya tak beraturan usai berhasil kabur dari Pak Tua.
Awalnya Daniel tak menyadari keberadaan seorang perempuan yang kala itu tertidur dengan pulasnya, sampai ia mendengar sebuah dengkuran lembut di balik punggungnya yang bercucuran keringat.
Bagaimana tidak, untuk berhasil lari dari Pak Tua yang bernama Eunyong itu, Daniel terlebih dulu membuatnya kelelahan dengan memutari seisi sekolah dari lantai 1 sampai 3, sebelum akhirnya menemukan perpustakaan yang ia kira sedang kosong sebab ini sudah masuk jam pelajaran ketujuh.
Ketika dirinya berbalik untuk kembali ke kelas, hampir saja Daniel terjengkang saking kagetnya. "Kupikir suara itu hanya ilusi, ternyata.."
Tanpa sadar ia tersenyum kecil, melihat polosnya gadis ini membuat Daniel teringat dengan bayi yang tengah tertidur, ditambah dengan bibir tipis yang terbuka dan tertutup secara teratur menambah tingkat kepolosannya.
Daniel tak habis pikir, saat tertidur, wajahnya seperti bayi hingga takkan ada seorangpun tega membangunkannya, namun, nyatanya sekarang perempuan ini tengah membolos, dan entah sudah berapa mata pelajaran yang ia lewatkan.
Daniel melamun, asyik dengan pikirannya yang terpusat pada gadis di depannya ini, sampai tak menyadari sekarang gadis itu terbangun menatapnya tajam. "Siapa kau?!"
Bentakan itu mengejutkannya, "a-aku Choi Daniel, kau tak mengenalku?"
Perempuan itu menyipitkan matanya, "Choi Daniel? Oh, kau yang suka buat onar?"
Daniel meringis, baru kali ini ada seorang gadis yang mengenalnya karena kenakalannya, bukan karena bakat atau wajah tampannya ini. "Ya, begitulah. Kalau kau?"
Seketika ia gagal fokus saat telunjuk perempuan itu mengarah ke dadanya, yang mana di sana terdapat nametag bertuliskan Kim Goorae.
"Kelasmu yang mana?"
"Tepat di depan kelasmu." Daniel sama sekali tak menyangkanya, yang benar saja, perempuan polos ini berada di kelas yang penuh dengan pemberontak seperti itu?
Suasana kian menjadi canggung karena obrolan mereka terhenti di sana, antara Daniel yang bingung dan Goorae yang masih mengantuk hingga lebih banyak diam. "Kau tak kembali ke kelas?"
Goorae menggeleng pelan, "untuk apa? Aku akan pulang."
Matanya sedikit melebar, "pulang? Kau tidak bercanda 'kan?" perempuan itu mengedikkan bahunya, lalu beranjak dari kursi.
Daniel kaget, namun dengan cepat ia menghentikan Goorae lantaran dirinya masih ingin menghabiskan waktu lebih lama dengannya.
"Bagaimana dengan tasmu? Tak mungkin kau mengambilnya dulu sebelum pulang?" Goorae berbalik menatap pemuda yang ternyata memiliki tinggi sangat kontras dengannya. "Aku tidak pernah membawa tas, asal kau tahu."
Baiklah, kini Daniel cukup mengerti mengapa anak yang terlihat polos ini mendapatkan kelas seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back In Time
FanfictionDi malam yang sunyi, hanya sinar rembulan yang setia menemaninya kembali ke sekolah pada pukul sebelas malam hanya untuk mengambil buku catatannya. Gadis dengan sifat angkuh serta cuek itu tidak pernah tahu, bahwa rasa penasarannya akan menghasilkan...