Heh

11 3 0
                                    

Sudah berjalan satu minggu sejak dunia entertaiment dihebohkan dengan kesaksiannya, dan selama itu pula Agatha harus terjebak di rumah. Pasalnya, keadaan luar rumah tampaknya tak terlalu kondusif, banyak sekali para tetangga yang berkunjung sekedar memberikan ucapan maaf atau turut bahagia.

Tentang hal yang takkan terduga ini, Agatha harus menuntutnya pada Taehyung. Dia sudah berjanji data pribadinya tidak akan tersebar.

Dasar, pembohong ulung!

Sungguh tidak keren sekali, terkenal dengan cara seperti itu. Satu hal lagi, Tuan Kim benar-benar menghilang setelah mengantarnya pulang. Sama sekali tak terlihat batang hidungnya, Agatha ingin merasa lega, namun tak sedikit pula pertanyaan yang sangat ingin ia ketahui jawabannya dari Taehyung.

Tentang mengapa sweater rajutnya bisa ada padanya, mengapa ia bisa mabuk setelah sidang selesai, dan beberapa ada yang masih mengganjal dalam benaknya. Mengapa dia tak diberikan sanksi sebab sudah membuat data palsu?

"Aku bosan, ingin jajangmyeon.."

Agatha- oh haruskah kita memanggilnya Goorae sekarang? Lagipula semua data palsunya sudah disita.

Terserah, kini kedua nama itu memiki image yang sama. "Kak Jeen, orang-orang masih berkumpul?"

"Tidak, mereka baru saja bubar. Kenapa memangnya?"

"Tak apa, aku ingin beli jajangmyeon. Kau ingin menitip sesuatu?"

Jeena melongo, benarkah perempuan yang sekarang berdiri di depannya ini ialah seorang Goorae? Sejak kapan dia baik begini? Wah, sepertinya dia harus merayakan ini.

Ah, tidak, itu terlalu berlebihan, Jeena.

"Aku ingin ramyeon dan susu kotak saja," finalnya, Agatha mengiyakan.

Matanya berpendar ke seluruh ruangan, "Gangmin mana?"

"Entah, dia girang sekali katanya, followers sosmednya terus naik gara-gara kau, haha."

Hampir saja Agatha tersedak saat menegak segelas air putih, "orang-orang tahu dari mana dia adikku? Kok bisa menyebar begitu, sih?"

"Ya dari mana lagi selain mengakuinya sendiri," balas perempuan yang bulan depan akan berumur genap 30 tahun tersebut.

"Ck, sialan sekali kau Kim Gangmin!"

-extn

Berjalan menuju minimarket yang terletak lumayan dekat dari komplek rumahnya, Agatha melupakan sesuatu. Ia lupa memakai mantel, dia pikir udara malam ini tidak akan terlalu dingin, ternyata perkiraannya meleset.

Sembari menggosok kedua telapak tangan guna menetralisirnya, sesekali ia menendang batu kerikil mengatasi kejenuhan ini. "Gangmin, aku akan mengutukmu. Lihat saja besok."

Mengingat apa yang adiknya lakukan, membuat ia semakin kesal, sekarang identitasnya sudah dikenal publik, pantas saja tetangga tahu dan heboh sendiri mendengar kabar ini.

Dan sebagian kecil ini merupakan kesalahannya yang terlalu terburu-buru, oh yang benar saja, dia melakukannya setelah 4-5 hari bertemu oleh Kim Taehyung itu.

Agatha kemudian mengusak rambutnya kasar, menyalurkan emosinya pada sebuah kaleng bekas minuman soda, kaki kanan menendangnya tanpa perasaan  hingga berbunyi, "aduh!"

"Hei! Siapa yang menendangnya?"

Agatha menggigit jemarinya cemas, terlihat siluet seorang lelaki memakai hoodie abu-abu berjalan ke arahnya. Tadinya sih, Agatha ingin kabur, tapi setelah ia berpikir lebih panjang lagi, dan akhirnya memutuskan untuk tetap berdiam diri menunggu lelaki itu menghampirinya.

"Apa kau melihat seseorang menendang kaleng?" tanya si pemuda tersebut pada Agatha.

"Saya yang menendangnya. Maafkan saya," aku Agatha, kepalanya terus melihat ke bawah, tak berani menatap langsung orang yang telah terkena kaleng tersebut.

"Bagaimana dengan semangkok ramen?"

Tunggu, suara ini, suara yang tak asing baginya. Agatha memberanikan diri untuk sekedar memastikan tebakannya ini salah atau benar.

"Hanbin?" si pemilik nama menyengir.

"Apa kabar, Goorae?"

Ternyata kali ini tebakannya benar, pria yang berdiri tak jauh darinya adalah Kim Hanbin, teman sejatinya dulu.

Agatha dan Hanbin punya banyak sekali kenangan dari masa balita, hingga terpisah SMA, mereka jadi jarang bertemu dan ya, keduanya punya urusan masing-masing yang tak bisa dijelaskan.

Aneh rasanya, melihat orang yang dulunya seperti permen karet, kini datang sebagai orang asing. "Sedikit baik, kurasa."

Mereka berjalan beriringan di atas trotoar dingin itu, entah Agatha yang masih kesal sekaligus malu, atau Hanbin yang tak tahu ingin berbicara apa. Situasi seperti ini, adalah situasi paling tak mengenakkan bagi mereka berdua.

"Ehm, maaf sebelumnya. Apa rumor yang beredar adalah fakta?"

Rumor? Ah, rasanya Gatha sudah muak mendengar rumor tentang dirinya, karena rumor itu adalah sebuah kebenaran. Lantas ia mengangguk kecil, sebab mengelak pun sia-sia saja.

"Aku tak tahu apa yang Jisoo lakukan padamu sampai berani seperti ini."

"Entahlah, dia satu-satunya orang yang mau berteman denganku setelah terdepak dari kelas unggulan itu, hanya karena pertengakaran dengan anak kepala sekolah?"

Hambin memberhentikan langkahnya, "maksudmu?"

Agatha menghela napasnya sejenak, sulit sekali rasanya saat menceritakan masa lalu yang tak bisa dikatakan indah. "Ya, begitulah. Dia menghina Ayah, kami berdebat dan dia kalah,  lalu anak buahnya menghancurkan sepedaku, kau pasti tahu kelanjutannya."

"Mengensankan, haha."

Sampai di minimarket, mereka menyeduh mie instan untuk mengisi perut yang sudah terasa lapar.

"Maaf. Karena kebodohanku, persahabatan kita merenggang dan kau tersiksa selama bertahun-tahun."

Agatha terkekeh, "aku tidak tersiksa, sungguh."

Hanbin termenung, melihat kedua mata Agatha, terlihat jelas bahwa pancaran binarnya mengatakan berbeda dari apa yang dikatakan gadis di depannya ini.

"Aku yakin kau tidak melakukannya hanya karna hal itu, apalagi seperti yang kau katakan di pengadilan."

Agatha mendengus menderngarnya. 

"Terserah."

-cont

Back In TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang