"Melaporkan siaran langsung dari Gedung Kejaksaan Seoul. Inilah detik-detik di mana sosok tersangka atas pembunuhan Daniel Choi yang merupakan satu-satunya pewaris sah DNC corp. bersaksi, bahwa kasus kelam tujuh tahun lalu bukanlah kesalahannya."
"Kasus yang mengapung selama lebih dari tujuh tahun ini resmi ditutup oleh pihak kejaksaan, yang mana telah diputuskan bahwa A tidak bersalah, dan A melihat dengan mata kepalanya sendiri, seorang aktris yang berinisial JS merupakan pembunuhnya."
"Detailnya adalah sebagai berikut."
Pukul 3 dini hari, saat di mana semua orang sudah tertidur lelap dari kejamnya dunia ini, namun, tidak dengan Seohyun. Dia tidak bisa tertidur memikirkan Agatha yang tak lekas pulang sejak kepergiannya bersama Tuan Jaksa.
Tak sengaja ia mendengar berita mengejutkan ini, tentu saja Seohyun amat merasa tertarik karena kasus ini terjadi di SMA di mana anaknya pernah singgah, dan juga anak malang itu, yang pernah datang menanyakan Goorae.
"Dia adalah teman sebangku saya, kami berdua sangat dekat pada masa itu. Saya tak tahu jelas apa yang membuatnya melakukan hal keji tersebut, namun, semenjak mendiang Daniel berteman dengan saya, ia berubah 180 derajat."
"Huft, sebenarnya saya tidak bisa melakukan ini, bagaimanapun, saya menyayangi sahabat saya, tujuh tahun ini saya tidak keberatan menjadi buronan, karena saya menyayanginya."
"Dan mungkin, dia melakukannya karena sebuah kesalahan besar yang tidak saya sadari. Jisoo, aku meminta maaf sebesar-besarnya padamu, maafkan aku."
"Kasus ini diselesaikan dengan profesional oleh Jaksa Kim."
"Belum ada konfirmasi tentang kasus ini oleh agensi yang menaungi JS, namun, para polisi akan segera membawanya untuk pemeriksaan lebih lanjut di hari esok. Saya Kim Jungwoo melaporkan dari Gedung Kejaksaan Seoul, pamit undur diri. Selamat beristirahat."
Mendadak Seohyun merasa sebuah hantaman besar menerpa kening bagian dalamnya, "ini suara Goorae!"
"Ibu!"
Sebelum Seohyun tak sadarkan diri, Gangmin yang berniat membuaf coklat hangat untuk menyegarkan diri itupun menerka-nerka apa yang ibunya barusan lihat. Sontak matanya teralih pada tv yang masih menyala.
Judul breaking news membuatnya hampir sempoyongan kala membantu ibunya masuk ke kamar.
"Jadi, inilah jawaban atas hadirnya Tuan Jaksa? Woah, dia berbeda sekali dengan setelan seperti itu, pantas aku hampir tak mengenalinya."
-extn
"Kau ingin minum?"
Yang ditawari mengangguk pelan, meski matanya terus tertuju pada ribuan cahaya menyala yang berada di bawah sana, pikirannya melayang pada kejadiaan naas itu, "air putih saja."
Tak lama kemudian, seorang pelayan mengantarkan apa yang dipesan.
"Terima kasih," Taehyung mengangguk singkat, sebenarnya dia masih terkejut bahwa Agatha akan melakukannya secepat ini.
Lusa kemarin berakhir dengan cicitan perempuan di seberangnya ini, dan keesokan paginya dia datang ke apartemen miliknya dengan mengajukan beberapa syarat supaya ia ingin menjadi saksi kasus pembunuhan tersebut. Tentu saja Taehyung masih tak menyangkanya.
Sepercik rasa bersalah menghampiri sudut-sudut hatinya, apalagi ketika Agatha bersaksi, air mata yang mengalir deras dari pelupuknya sudah membuktikan siapa sebenarnya sosok yang kini terlihat rapuh bagai serbuk sari.
Taehyung membuyarkan lamunannya saat melihat wajah sampai telinga Agatha merah padam. "Kau baik-baik saja?"
"Air putih itu aneh, panas, sakit tapi membuatku ketagihan hehehe, apa jenis air putihnya?" lantur Agatha.
Agatha yang tidak pernah minum alkohol sebelumnya tentu saja belum bisa menoleransi sensasi yang alkohol itu berikan. Taehyung panik, padahal dia memesannya dengan benar, kok.
"Tuan! Maafkan kelalaianku, kupikir air putih yang kau maksud ialahㅡ sekali lagi maafkan aku!"
"Sial."
Agatha mulai berkeringat, selanjutnya ia melepaskan sweater hitam dari tubuhnya begitu saja, menyisakan tanktop putih yang mengekspos lengan dan leher putih yang kini berubah menjadi kemerahan.
Gila, ini benar-benar dapat membuat Taehyung gila kalau saja ia tak segera menutupinya dengan jasnya.
"Lepaskan, ini panas sekali!"
Saat Agatha hendak melepasnya lagi, Taehyung langsung membopongnya keluar dari Cafe n Distro payah ini.
"HEI TURUNKAN AKU! TURUNKAN CEPATT!"
"Kau siapa, sih? Mengapa kau senang sekali mengusikku akhir-akhir ini, huh?"
Usai Taehyung mendaratkan bokong Agatha ke dalam mobilnya, dengan cekatan Taehyung mengendarai kendaraannya itu menuju apartemen, jika ia membawa Agatha pulang ke rumahpun pasti tidak akan ada yang membukakan pintu sebab jarum jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi.
"Gerah, Nanti bentol-bentol, aku tidak mau! Ibu tolong aku.." rusuhnya, mencoba melepaskan seatbelt agar ia bisa menanggalkan jas berat ini dari tubuh mungilnya.
Melihat raut wajah Agatha yang sepertinya akan menangis, dengan pasrah Taehyung menepikan mobilnya dan kemudian membiarkan gadis itu berbuat semaunya. "Jangan dicakar! Nanti perih."
"Kita mau kemana sih? Dari tadi belum sampai juga, ah, kau tampan sekali."
"Aku tahu." Seketika Agatha mendelik.
"Tak jadi tampan!"
"Benarkah? Orang yang mabuk biasanya akan mengatakan kejujuran lho," goda Taehyung melanjutkan perjalanannya.
"Benar! Kau ini menyebalkan, selalu saja mengacaukan hidupku, dan sebentar lagi, Jisoo akan membenciku juga. Aku kesal! Aku membencimu! Musnah sana!"
Taehyung terkikik geli, ternyata seru juga mengerjai Agatha yang sedang mabuk. "Aku ingin tanyakan satu hal. Tolong jawab dengan jujur, ya?"
"Apa ini untuk kepentingan karirmu lagi?"
Taehyung menggeleng keras, meski pandangan matanya sepenuhnya tertuju pada jalanan, dari ekor matanya ia dapat melihat wajah Agatha yang tampak murung. Anak itu kenapa lagi?
"Tanyakan saja."
"Apa arti Choi Daniel bagimu?"
Benar saja, Agatha tidak dapat menongtrol emosinya sama sekali, dia menangis keras.
"Dia orang pertama yang membuatku tertawa sampai terjatuh dari kursi, orang pertama yang membuatku seperti melayang jauh, orang pertama yang terkejut aku selalu bolos dan tidak pernah bawa tas. Intinya ia yang terindah, haha."
Agatha tergelak meski air matanya tak berhenti mengalir, lalu gadis itu mengusap kedua matanya bergantian.
"Kalau sekarang, apa perasaanmu masih sama?"
Agatha mengangguk yakin, "masih. Seratus persen."
"Lalu, kau tidak punya dendam apapun pada Jisoo yang sudah membunuhnya? Sekecil debu mungkin?"
"Tidak tahu."
-cont
KAMU SEDANG MEMBACA
Back In Time
FanfictionDi malam yang sunyi, hanya sinar rembulan yang setia menemaninya kembali ke sekolah pada pukul sebelas malam hanya untuk mengambil buku catatannya. Gadis dengan sifat angkuh serta cuek itu tidak pernah tahu, bahwa rasa penasarannya akan menghasilkan...