Belakangan ini, cowok rambut nyentrik terus menghampiri pikirannya, entah tentang traktiran beberapa minggu lalu, atau tentang rumor remaja itu tengah berkencan dengan Yeji, apapun yang berhubungan dengan si rambut biru, pasti malamnya ia akan kepikiran sampai rambutnya keriting.
Seperti pagi ini, baru sampai di parkiran sekolah, Yeji dengan gengnya tiba-tiba menghalangi jalannya hendak ke perpustakaan, apa lagi selain tidur sebelum bel berdering setengah jam yang akan datang?
"Yo, Kim Goorae. Masih punya muka ya? Dasar perusak hubungan orang!"
Si rambut pendek menyela, meludah tepat di depannya, Goorae masih cengo dengan kantuk yang menguasainya. Tak ambil pusing, kakinya melangkah pergi mengabaikan Yeji yang kini menyusul langkahnya, lalu mendorongnya hingga bokongnya menghantam tanah dengan keras. "Kau ini gila atau bagaimana, hah?"
"Kau yang gila! Sudah jadi perusak hubungan Yeji dengan Daniel, tak tahu malu pula, ckck," ejek yang paling tinggi.
Kini kesadarannya telah kembali, Gooraepun mengerutkan dahi tak mengerti dengan apa yang cewek-cewek ini tuduhkan pedanya. Perusak? Dia bahkan tidak pernah lagi bersinggungan dengan Daniel. Bagaimana mau merusak, pernah terlibat cinta saja ia belum sempat.
"Gadis-gadis sinting," umpatnya, kemudian mencoba pergi dari intimidasi empat perempuan yang menghadangnya ini. "Urusan kita belum selesai! Apa maksudmu jalan dengan Daniel dan berboncengan dengannya, huh?!"
"Loh? Aku tidak mengajaknya, dia sendiri yang datang dan mentraktirku. Kalian sepertinya harus sering-sering mendapat siraman rohani, ya. Pffft," ejek Goorae.
Yeji naik pitam, tanpa aba-aba dia menampar pipinya keras, Goorae terkejut, sungguh, rasanya seperti kesetrum listrik!
Keadaan semakin ricuh saat para murid menyebarkan hal yang tengah terjadi, orang-orang mulai berkerumun menyaksikan perdebatan sengit antar Yeji dengan anak paling judes seantero sekolah, yang baru-baru ini dirumorkan menjadi pihak ketiga atas kandasnya hubungan Daniel dan Yeji.
Goorae yang ditampar seperti itu jelas tak terima, ia balas mendorongnya penuh tenaga.
"Orang tuamu terpandang, namun kelakuan putrinya ini membuatku miris! Mereka bahkan tidak bisa mengajarkan bagaimana sepatutnya perilaku dari keturunan orang terhormat di Ansan!"
Goorae berjalan mendekat, tak peduli bagaimana orang-orang menatapnya, "bercerminlah, di sana kau akan melihat apa yang membuat hubunganmu kandas bahkan tidak sampai satu bulan!"
Lagi, sebuah tamparan mendarat mulus di pipi yang satunya, keadaan seketika hening. "K-kau!"
"Berani-beraninya kau, lihat saja besok, hidupmu tidak akan tenang lagi Kim Goorae!" sungutnya berapi-api.
Saat Yeji sudah bersiap untuk menamparnya lagi, siluet pemuda jangkung dengan rambut yang khas menutupi pandangannya, Goorae tak dapat melihat ekspresi wajahnya sebab lelaki ini hanya menunjukkan punggung lebar.
"Aku memutuskanmu karena sifatmu kekanakan. Dan sekarang kau sedang melukai harga dirimu, harga diri Keluarga Hwang, sebaiknya kau minta maaf padanya," Daniel mengakhirinya dengan senyuman tipis. Lebih tepatnya seperti olokan.
Yeji menangis di tempat, dia merasa sangat malu sampai menutup seluruh permukaan wajahnya sebisa mungkin. Yuna langsung menyeret Yeji menjauh dari kerumunan diikuti yang lain.
Para penonton mendesah kecewa, tak ada lagi perdebatan panas yang terlihat, mereka meninggalkan tempatnya satu persatu. Tak lama bel masuk berdering, Goorae ikut beranjak dari tempatnya. "Persetan dengan bel, aku harus tidur!"
Tak disangka, Daniel mengikuti, sampai sang empu tersadar, ia menatap si lelaki bingung. "Mau apa menguntitku?"
"Sepertinya aku butuh tidur juga."
Goorae hanya ber-oh ria, tak banyak basa-basi, ia langsung menyerahkan beberapa selembaran uang dari sakunya yang kemudian diberikan pada anak PMR yang sedang berjaga. Tadinya dia ingin ke perpus, tapi Pak Oh pasti akan menemukannya, jadilah ia di sini sekarang, rebahan di atas ranjang UKS.
Daniel dapat menghitung kebohongan yang telah ia buat pagi ini, alasan ia tak lagi membawa kendaraan ke sekolah, atau tentang ia yang memutuskan hubungannya dengan Yeji.
Sebenarnya bukan karena gadis bermata kucing itu, tapi, karena semua hal terasa membingungkan setelah ia menemani Goorae seharian makan ini dan itu, lebih tepatnya, suara hati Daniel mulai berkata lain.
Lelaki itu mengembuskan napasnya gusar, belakangan ini, keadaan hatinya kacau balau, "kau tidak takut dihukum?"
Tidak ada sahutan yang terdengar selain deru napas teratur milik Goorae. Daniel terkekeh, "Putri Tidur, semoga mimpimu indah."
-extn
Agatha menyunggingkan senyumnya tipis, "mimpi indah juga, Daniel."
Malam ini, tanpa alasan yang jelas, memori kecilnya serentak memutar kilas-kilas yang terjadi delapan tahun lalu, yang pernah membuat hatinya berdebar tak karuan.
"Jika aku menyelamatkannya, apa yang akan terjadi, ya?"
Belum sempat ia memikirkan jawab dari pertanyaan tersebut, dering telpon mengejutkannya. "Halo?"
Suara deheman terdengar nyaring, ia menautkan alisnya heran. "Haloo?"
"E-eh, maaf. Ini Taehyung, kau belum tidur?"
Kerutan di dahinya semakin terlihat, Agatha kemudian mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk, "ada apa?"
"Tidak ada sih, tapi, kau tidak mau mengunjungi Jisoo? Besok rencananya aku akan ke sana bersama Bora. Kupikir kau akan tertarik jadi aku menghubungimu, hehe."
Bertemu Jisoo ya?
Melihat wajahnya di tv saja Agatha sudah ketar-ketir, bagaimana jika bertatap muka langsung? Membayangkan hal itu, ia mengusap tengkuknya pelan. "Hanya bertemu 'kan?"
"Memangnya apa lagi?"
"Aku ragu dia mau menemuiku, tapi—"
"Tenang saja, dia tidak akan berbuat apa-apa. 'Kan ada aku," Taehyung terkekeh pelan, sedang Agatha masih bergulat dengan pikiran dan benaknya.
Haruskah ia menerima ajakan Taehyung? Pasalnya, setelah malam kelam itu berakhir, Jisoo tak lagi menampakkan batang hidungnya sedikitpun padanya. Selain karena ia yang didepak sekolah, masih banyak tanda tanya yang belum sempat ia tuturkan pada sang empu.
Tapi, ini semua harusnya sudah berakhir. Semua jawaban rasanya tidak perlu, itu hanya akan menumpuk pertanyaan-pertanyaan lain. Ya, 'kan?
"Halo, Agatha?"
Agatha terkesiap, "y-ya. Aku ikut."
"Oke. Selamat tidur, Gatha."
"E-eh!—"
Perempuan berpiyama cokelat muda itu seketika menampar mulutnya yang asal menjawab. Ia mendesah pelan, apa lagi yang akan terjadi di keesokan hari?
Haruskah ia memegang omongan Taehyung? Tadi, apa katanya?
"Kan ada aku, tenang saja."
Agatha menggigit ponselnya geram, "sial sekali sih!"
Ia kemudian membanting tubuhnya ke kasur, menatap langit-langit dengan jengah. "Sepertinya aku butuh banyak air putih besok."
Dreamcatcher di pojok kamar mengayun pelan, seiring langkah tak menapak itu berjalan menembus angin, mengirimkan bercak keberuntungan pada siapapun yang telah membiarkan kasihnya hidup tanpa bayang-bayangnya.
"Sleep well. Rae-ya."
-cont
KAMU SEDANG MEMBACA
Back In Time
FanfictionDi malam yang sunyi, hanya sinar rembulan yang setia menemaninya kembali ke sekolah pada pukul sebelas malam hanya untuk mengambil buku catatannya. Gadis dengan sifat angkuh serta cuek itu tidak pernah tahu, bahwa rasa penasarannya akan menghasilkan...