Malam itu, Agatha menceritakan semuanya pada Tuan Kim, jaksa yang mengaku telah menguntitnya 3 hari terakhir. Tentang bagaimana tuduhan itu menjebaknya, sampai identitas palsu yang Jeon Somi buatkan untuk membantunya kabur dari semua orang yang mengetahui kejadian kelam itu.
Dab pagi ini, ia merasa menyesal telah membiarkan mulutnya bicara semua itu dengan detail. Otak dan mulutnya memang tak bisa diajak bekerja sama. Seharusnya dia hanya membeberkan sedikitnya 2 kalimat lalu segera masuk ke dalam, sialan memang.
Agatha terkesiap saat melihat Taehyung sudah berdiri di depan pintu dan melambaikan tangan padanya, "hai lagi!" sapanya disertai sebuah senyuman kotak.
"Tak bisakah sehari saja, kau tak mengusikku?" kemudian perempuan yang sudah bersiap untuk berangkat ke florist memakai converse high putih yang sudah menguning akibat lama tak dipakai. "Aku takkan mengganggumu lagi jika kau bersedia menjadi saksi atas kasus ini.."
Agatha mulai kesal, "sekali tidak, ya tidak!"
Yang dibentak terkejut, ia mengusap rambutnya canggung. "Tapi, kau bisa hidup damai setelah kasus ini resmi ditutup, kan?"
Perempuan itu tak menghiraukan Taehyung, ia berjalan menuju garasi rumahnya tanpa mengucap sepatah kata apapun. "Kau mau ke mana? Masalah kita belum selesai!"
Gadis kelahiran 90 tersebut melajukan sepeda miliknya dan melewati tempat di mana taehyung berdiri begitu saja, sebenarnya, Agatha tak ingin memulai perang di pagi hari yang hangat ini, namun, kehadiran lelaki yang berusia setahun lebih tua darinya itu membuat moodnya rusak dalam sekejap.
Lagipula, tanpa adanya saksi dan blablabla lainnya, ia sudah hidup damai dengan identitas barunya ini.
-extn
Tentu pemuda tampan itu tidak hanya diam melihat Agatha yang pergi begitu saja, dengan cekatan ia berlari ke Maserati hitam kesayangannya.
Ia bernapas lega kala kedua roda dari sepeda si gadis angkuh itu berhenti di sebuah toko bunga, yang Taehyung ketahui ialah milik keluarga Agatha.
Setelah memakirkan mobilnya, Taehyung segera menyusul Agatha dan masuk ke dalam, meski florist itu masih dinyatakan tutup.
"Selamat pagi, Bu Seohyun! Maaf saya mengganggu aktivitas kalian. Tapi, pesertujuan dari putrimu adalah jawaban dari masa depan karir—ah, maksudku, masa depannya juga, mohon kerjasamanya ..."
Taehyung memasang muka melas, berharap dengan bantuan Seohyun, gadis yang kini tampak cuek dan sibuk dengan apronnya itu bisa mengabulkan permintaannya untuk memecahkan kasus ini dan karirnya sebagai jaksa tentu saja akan melesat tinggi seperti kembang api di malam pergantian tahun.
"Aku sama sekali tak mengerti, Tuan Jaksa. Apa yang terjadi pada putriku?"
Belum sempat Taehyung menjawab, Agatha yang sudah merasa kesal setengah mampus menyelanya, "tidak ada. Tidak ada apapun yang perlu Ibu tanyakan padanya, sungguh."
Taehyung menghela napasnya kasar, "Nona Agatha, tidak baik menyembunyikan semua ini pada Ibumu."
"Agatha? Siapa Agatha?"
Seohyun memijat pelan pelipisnya, sejak kapan Goorae berubah jadi Agatha?
Sedangkan yang dipanggil melotot, "sebaiknya anda pergi sebelum saya yang menyeretmu keluar, cepat pergi!"
Sungguh, rasanya sekarang juga Agatha ingin menyeburkan dirinya ke dalam Sungai Han saja. Air wajahnya berubah menjadi kemerahan, tanda emosinya akan meledak sebentar lagi.
"Aku pergi, tapi kau menyetujuinya, bagaimana?"
Gatha berdecih, tanpa menanggalkan seucap kata untuk yang kesekian kalinya, gadis dengan atasan turtle neck hijau lumut itu berbalik arah menuju ruangan tempat beristirahat.
Seohyun segera menyusul anaknya, sedang Taehyung mengusak rambutnya frustasi. "Semangat, Tae. Hanya tinggal selangkah lagi dan kau akan meledak seperti bom waktu, semangat."
-extn
Siang menjelang, matahari mulai menunjukkan giginya dengan cahaya terik tanpa awan yang menghalanginya bersinar. Percecokan yang terjadi beberapa jam lalu tak membuat pria 27 tahun itu menyerah, kini sosoknya sudah berhasil mengajak si gadis batu untuk bernegosiasi.
"Gampang saja, kau jadi saksiku dan ibumu tidak akan tahu apa-apa," ujarnya, menaikkan sedikit sudut bibir tipisnya itu.
Sementara Agatha bengong, pikirannya mengawang jauh sekali, sampai tak sedikitpun menaruh minat pada sosok yang tengah mengajaknya bicara.
"Kim Goorae?"
"Ya?"
Sedetik kemudian arwahnya kembali ke raga utuhnya, menyadari bahwa yang memanggil bukanlah pemuda berambut biru laut yang senantiasa membuatnya tertarik dalam hal yang seharusnya tidak ia ketahui.
"Bagaimana? Kau setuju?"
"Apa? Aku tak mendengar."
Taehyung menahan napasnya geram, dengan senyum penuh keterpaksaan, ia berucap. "Jadi saksiku dan ibumu aman."
"Ini yang namanya bernegoisasi? Baiklah kalau begitu."
Sejujurnya, perempuan bernama asli Goorae itu memanfaatkan apa yang pria ini tawarkan, untuk segera bebas lagi. Ia tak sepeduli itu dengan ibunya, Agatha hanya tidak ingin jika ibunya tahu kasus ini, bisa saja ia malah semakin menjadi bulan-bulanan dan membuat ibunya malu, tentu saja.
"Bagaimana kalau, jangan temui aku dan karirmu akan terjamin tanpa harus memecahkan kasus ini?"
Suasana meja nomor 13 tersebut mendadak hening, "kau bercanda? Pfft, itu mustahil, Nona Manis."
"Kau bisa pecahkan kasus lain yang lebih seru. Aku akan membeberkan beberapa informasi."
"Bukankah itu sama saja, kau jadi terlibat di dalamnya?"
"Iya, tentu saja." Taehyung kini benar-benar tidak mengerti akan jalan pikiran seorang Agatha maupun Goorae Kim ini. Jika dia sama-sama terlibat, mengapa sulit sekali untuk membuat dirinya terlibat dalam kasus Choi Daniel?
"Aku menolaknya. Atasanku hanya menyuruh menyelesaikan kasusmu, jadi, opsi pertama atau tidak sama sekali?"
Agatha menggigit bibirnya bingung, kalau dia menyetujuinya, bukankah semuanya sia-sia saja? Lambat laun ibunya akan tahu, kalau dia menolaknya, ibunya pun akan tahu lalu kemungkinan akan memicu stress berat dan yang terburuk, serangan jatung bisa saja terjadi.
Keduanya buruk, tapi, mana yang lebih baik?
Tunggu dulu, apa yang dikatakan Tuan Kim adalah sebuah ancaman, maka begitu, dia juga bisa melakukan hal yang sama, kan?
"Aku punya satu lagi. Hentikan semua ini atau karirmu akan terjun bebas, Kim Taehyung?"
Bergerak mendekat, lalu sebelah alis tebalnya naik. "Memangnya, apa yang bisa kau lakukan, Agatha Kim?"
Yang mendapat perlakuan tanpa aba-aba tersebut mendadak gugup setengah mati, apalagi, suara bariton Taehyung yang mendominasi membuat lehernya meremang seketika. Kata-kata yang harusnya keluar dengan penuh penekanan menjadi cicitan kecil. Ini adalah momen terpayah seorang Goorae Kim.
"L-lihat s-saja nanti!"
-cont
KAMU SEDANG MEMBACA
Back In Time
FanfictionDi malam yang sunyi, hanya sinar rembulan yang setia menemaninya kembali ke sekolah pada pukul sebelas malam hanya untuk mengambil buku catatannya. Gadis dengan sifat angkuh serta cuek itu tidak pernah tahu, bahwa rasa penasarannya akan menghasilkan...