Not over yet?

14 3 0
                                    

Dua bulan sudah berlalu dari kejadian tak terduga yang dialami oleh Agatha, dari kedatangan Taehyung yang hampir membuatnya mati mendadak, sampai dipertemukannya kembali ia dengan Hanbin.

Selama itu pula dia bisa merasakan definisi dari kebebasan yang solid, tak perlu lagi berbohong dengan tempat tinggalnya, ataupun hal lain yang menurutnya tidak boleh diberi tahu kepada orang asing.

Sedang Taehyung, usai ia menyelesaikan kasus itu dengan baik, ada sedikit rasa mengganjal dalam sudut ruang hatinya, entah apa penyebabnya, namun pria itu tahu pasti, bahwa hatinya sedang kehilangan sesuatu.

Ia memainkan pulpennya asal, harusnya hari ini dia bertemu dengan beberapa kolega bisnis ayahnya sebagai perwakilan karena Tuan Kim tidak bisa hadir dalam rapat tersebut, namun, tampaknya sekarang dia hanya ingin berleha-leha seharian.

"Kau tidak jadi datang ke rapat itu?"

Bora, detektif yang kerap kali muncul sebagai asisten tak resminya itu menatapnya dengan heran, melihat Taehyung yang hanya mengantukkan ujung pena dengan meja tanpa berniat melakukan hal yang lebih berfaedah. "Aku harus, tapi aku tidak mau," katanya dengan nada lesu bak orang yang tak makan berhari-hari. 

Bora menggelengkan kepalanya heran, "bilang saja kau malas."

"Itu kau tahu, sudahlah, aku sedang ingin bermalas-malasan. jangan ganggu aku," titahnya pada perempuan dengan rambut yang dicepol asal-asalan. Yang dititah seperti itu berdecak, dan sedikit menggerutu usai melangkahkan kakinya dari ruangan Taehyung.

Tak berselang lama, tiba-tiba seorang perempuan ramping dengan dandanan glamornya masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Wanita bergincu merah pekat tersebut membuyarkan lamunan Taehyung dalam sekejap mata.

"Taehyung~"

Tiap langkahnya bersuara nyaring, sebab highheels yang ia kenakan terasa ngilu jika melihat berapa ukuran tiggi hak yang lagi-lagi berwarna merah. Sang pemilik nama memutar bola matanya, risih melihat pakaian terbukanya yang menonjolkan belahan dada dan paha mulusnya. "Jangan mendekat."

Sontak langkah wanita itu terhenti, ia memajukan sedikit ujung bibirnya.

"Kau ini kenapa sih?"

"Bau, aroma rokok dan alkoholnya sangat mengusikku. Pulang saja sana," usirnya kemudian bersikap seolah ia baru saja mengendus bau sampah yang menyengat ke dalam rongga penciumannya. "Kau mengusirku, huh!?"

"Ya."

Bagai tertohok biji salak, perempuan dengan gaya modis bernama lengkap Park Shin Hye itu menutup mulutnya, merasa tak dihargai secuil debupun oleh sang pujaan hati, ya siapa lagi jika bukan lelaki bernama Kim Taehyung yang baru saja menolaknya, serta mengusir dan berkata bahwa ia bau? Impossible!

"Jahat. Awas saja kau!"

Tungkai Shinhye menghentak lantai dengan keras, seolah berkata bahwa ia sedang emosi, dengan perasaan malu serta kesalnya, perempuan itu menutup kembali pintu dengan gebrakan. Untung saja Taehyung sudah mempersiapkan diri, dengan menutup kedua daun telinganya sebelum hantaman keras pada pintu tersebut membuat kupingnya pengang.

Sepeninggalnya Shinhye, beranda e-mailnya dipenuhi dengan tawaran pekerjaan yang melibatkan kasus-kasus belum terungkap, namun di antaranya, ada satu laman yang membuatnya tertarik.

Subjeknya bertuliskan Bukti 131009, namun isi lampiran e-mail itu membuat sudut bibirnya tertarik ke atas. "Choi Daniel, ya?"

-extn

Lebih jelas lagi, 5 Februari 2009.

Libur akhir semester, serta pergantian tahun telah usai, kini saatnya para murid kembali menjalani aktivitas belajar di sekolah. Semua tampak sama seperti yang sudah-sudah, yang paling berbeda hanyalah raut wajah para senior tingkat 2 serta junior baru mereka, sangat jauh sekali tampak perbedaannya.

"Goorae, jangan seperti dulu lagi. Sekarang 'kan kau sudah masuk tingkat akhir, yang serius, ya?" pesan sang ibu usai merapihkan kunciran rambut si anak.

"Ya."

Usai memakan sepotong roti dan susu, gadis itu memakai sepatu dan tak lupa pula ia mengenakan sweater hangat, pemberian Bibi Lee saat natalan kemarin. Mungkin ia harus banyak berterimakasih pada Bibi Lee karena sweater ini sangat hangat meski kainnya terlihat lebih tipis.

Sedangkan si bungsu, sibuk menata rambutnya sekece mungkin, sebab hari ini ialah hari pertamanya masuk SMA, tentu penampilan menjadi yang paling utama, saking rapihnya, Jeena tertawa dan meledeknya bahwa ia mirip dengan tokoh kartun celana kotak si Spongebob Squarepants saat pertama kali bekerja di Krusty Krab.

"SMA Seonyeondae? Payah sekali."

Gangmin cemberut, mulutnya terus berkicau layaknya Beo, menyumpah serapahi sang kakak tertua yang sudah merendahkan sekolahnya, mentang-mentang selama ini kakak-kakaknya selalu masuk di SMA Tougedeo.

"Kau yang payah!"

Melihat keributan yang tengah terjadi, Seohyun berdecak kesal.

"Tidak ada keributan di meja makan!"

Gangmin dan Jeena berjeringat kaget, sedangkan Goorae hanya mengaduk-aduk susunya, tak sedikitpun peduli dengan keributan ini. "Ibu, aku berangkat duluan."

"Eh, Kakak! Tunggu aku!!"

Yang lebih tua tak mengidahkan jeritan sang adik, ia terus berjalan lurus dengan iringan lagu yang mengalir dari earphonenya.

"Kak Goorae, tunggu ish!"

Gangmin mempercepat laju sepedanya, mengejar Goorae yang terlihat sedang bernyanyi tak jelas, atau lebih tepatnya berteriak? Entahlah, saat ini kakaknya itu sedang menyukai lagu dari Wonder Girls yang berjudul Nobody.

Ayolah, siapa yang tak suka lagu  populer itu? Bahkan dirinya yang sangat jarang menyukai lagu sampai seperti inipun jadi ketagihan untuk terus memutarnya lagi.

"I want nobody nobody but you!"

Sampai mereka berpisah di persimpangan jalan, Goorae tetap bertingkah seperti penggemar lagu kpop yang terus melantunkan lagu idola mereka meski tak hapal liriknya, bukan Goorae sekali.

"Berhenti!!"

Refleks Goorae berhenti mendadak, dengan kesal ia mencopot sambungan earphonenya. "Kau gila ya? Mau apa di tengah jalan begitu!?"

Yang dibentak hanya menunjukkan cengirannya, "aku boleh numpang tidak?"

Pupil mata Goorae menyusut seketika kala lelaki tinggi yang sepertinya satu sekolah dengannya ini langsung berdiri di atas jalu-jalu sepedanya.

"Turun heh!"

"Ayolah jalan saja, aku bisa mati kalau telat!"

Goorae tak mengidahkan ucapan si lelaki aneh ini, "aku tak peduli! Turun cepat!"

"Tolong aku, please! Nanti kutraktir deh, apa saja asalkan sekarang kau mengayuh sepeda ini!"

Alis kanannya terangkat, manusia mana coba, yang tak tergoda dengan tawaran seperti itu?

"Apa saja, kau yakin?" tanya Goorae memastikan bahwa lelaki di belakangnya ini tak berbohong.

"Iya, cepat kayuh!"

"Ok."

Dan sekali lagi, Goorae terlalu tak acuh untuk menyadari bahwa lelaki yang ia berikan tumpangan kilat ini ialah lelaki yang sama dengan sosok yang mengganggu tidurnya di perpustakaan beberapa bulan lalu, bedanya hanya kali ini dia merubah gaya rambut beserta warnanya.

Sejak saat itu, Goorae mengenalnya hanya dengan rambut biru laut yang tampak sangat mencolok, meskipun ia melihatnya dari kejauhan, dia mengenalnya.

-cont

Back In TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang