“Woi, Gondrong pacaran sama Jisoo!”
Itu adalah berita pertama yang menghebohkan se-antero kampus, terutama Fakultas Ilmu Budaya, prodi bahasa dan sastra Indonesia.
“Nggak usah ngaco bikin berita!” Satu orang membantah, tetapi si penyebar berita kian membenarkan keakuratan berita jadian “dadakan” jebolan teknik dan ilmu budaya.
Tahu-tahu berita semakin menyebar sampai kepelosok kampus. Benar-benar tak terduga. Sepasang sejoli yang belum pernah terlihat dekat di publik, tiba-tiba digosipkan pacaran. Semula berpikir itu sekadar gosip “isapan jempol”. Namun, ketika lelaki yang terkenal rambut gondrong itu ditanya kebenaran, dia dengan bangga mendeklarasikan hubungan mereka.
Kontan banyak yang dikecewakan, banyak juga merasa, “kasihan banget ceweknya dapat si gondrong”. Alih-alih bahagia atas hubungan jebolan ilmu budaya dan teknik, mereka justru ingin tahu, “Kok bisa, sih?” Pasalnya mereka beda fakultas dan belum pernah terlihat “mesra” di publik. Boro-boro mesra, PDKT saja belum pernah terdeteksi publik.
“Gondrong pakai ilmu pelet apa, sih. Bejo bener dapat Jisoo.”
“Yang pasti, lo-lo nggak bakalan dapat pelet secanggih Gondrong,” tutur pemuda itu. Membuat kawanannya makin ingin tahu.
Hubungan mereka memang menggemparkan. Jisoo adalah mahasiswi bahasa dan sastra Indonesia. Dia ayu (cantik), tapi kelakuan ajaib—cantik-cantik idot, galak pula—meskipun begitu, Jisoo tetap dinobatkan sebagai duta kampus mewakili fakultasnya. Namanya semakin melenjit saat diketahui menjalin hubungan dengan mantan presiden kampus. Akan tetapi, hubungan mereka kandas di jalan setelah sang mantan lulus.
Gosipnya sang dara sempat dilamar, tapi ditolak, pikirannya belum sampai ke sana, yang berakhir dengan makian teman-temannya, karena telah menolak lamaran mas-mas pujaan para wanita. Lama menjomblo, eh, tahu-tahu jadian sama manusia kolot yang tak punya urat malu.
Taeyong namanya. Bukan manusia kolot sih, itu sekadar julukan dari teman-temannya. Selain dijuluki kolot, dia juga dipanggil “gondrong” berkat rambut panjangnya yang siap mengalahkan duta shampoo. Di saat teman sekelas rambut cepak alias potongan rambut gaul atau trend masa kini, dia sendiri yang memanjangkan rambut. Itu sebabnya dipanggil gondrong, satu-satunya anak teknik informatika rambut gondrong cuma Taeyong.
Selain karena rambut panjang, Taeyong juga dikenal mahasiswa aktif bersosialisasi. Wakil ketua UKM Musik yang hobi travelling, terutama nge-camp di pantai—beuh—itu favorite-nya, merupakan kebanggaan Taeyong di mata semua orang. Hal paling identik dengan si gondrong, gebetannya banyak. Rambut boleh gondrong, tapi jomblo bukanlah status abadi Taeyong.
Awal mula jadian saat pertemuan entah yang keberapa mereka. Taeyong tiba-tiba menyabotase jalan pulang Jisoo. Dia hendak ke kanan, lelaki itu mengikuti; ke kiri pun diikuti; hendak putar balik, diikuti juga. Sampai akhirnya Jisoo menyerah dan bertanya, “Apa?!”
Lalu tanpa basa-basi, Taeyong langsung mengungkapkan, “Gue suka sama lo. Ayo, pacaran!” Dengan ekspresi serius, tanpa ada keromantisan di sana.
“Sarap lo!” Itu adalah reaksi Jisoo pertama kali. Menganggap, ada-ada saja ajakan dadakan pemuda yang belum pernah sekalipun mengobrol panjang bersamanya. Boro-boro ngobrol panjang, duduk berdua saja belum pernah. Paling sering duduk melingkar bersama rombongan banyak. Itu pun tanpa sesi tanya-jawab, masing-masing sibuk dengan sekitar dan obrolan sendiri.
“Serius.”
“Minggir deh, gue mau pulang.”
“Ntar aku anterin.”
“Apaan sih, aku-aku segala,” balasnya kontan mendelik. “Minggir!”
Awalnya memang ditolak. Gadis itu masih berani melotot dan membentak, sampai dipertemuan kedua nyalinya ciut. Jisoo sudah memberitakan hal itu kepada teman-temannya, dan teman-temannya pun sudah memberitahu.
“Taeyong suka lo. Hati-hati,” ujar Scoups mengingatkan berulang-ulang.
“Kenapa sih, pada minta gue hati-hati? Lagian gue nggak suka dia.”
“Dia lagi jomblo tuh, ngincer lo jadi ceweknya,” sambung Bobby.
“Idih, jangan mau, Jis. Rambut gondrong gitu kek kuntilanak,” kata Nayeon.
“Hati-hati aja. Dia pantang nyerah sampai dapat. Belum pernah ditolak, sekali ditolak, ya ... hati-hati dikintilin,” lanjut Scoups lagi.
Jisoo merinding. Membayangkan diikuti lelaki berambut panjang, kontan membuat dirinya was-was. Belum lagi saat dirinya melihat Taeyong dengan kurang ajar membentak-bentak lelaki bertubuh besar—dua kali lebih besar darinya—sampai lelaki itu bertekuk muka, tak berani menatap sepasang mata kecil hitam nan tajam bagaikan mata elang. Jisoo tertegun sekaligus ketakutan.
Benar-benar marahnya seperti kuntilanak di film horor.
“Ya, iyalah, dia galak begitu. Dia, kan, jebolan SMA NCT.” Sekolah jurusan yang dipenuhi laki-laki badung, hobi tawuran di jalan umum, dan muridnya kerap keluar masuk kantor polisi. Pamam Jisoo seorang polisi, sering menangani kasus anak SMA NCT sampai kewalahan.
Pertemuan kesekian mereka membawa hidup Jisoo yang semula bagaikan wahana bianglala, kini menjadi roller coaster. Taeyong menyabotase jalan lagi, bedanya ini, rambut gondrongnya tak dikuncir. Jisoo yang dulu masih berani menatap matanya, kini menunduk takut. Sang jelmaan macan betina, mendadak menjelma kucing anggora dihadapkan oleh kucing liar.
“Gue suka sama lo. Pilihannya cuma iya dan ya, kita pacaran!” tandasnya tak terbantahkan.
Jisoo sempat menatapnya hendak protes. Namun, tatapan Taeyong sudah membuat nyalinya ciut. Bayangan-bayangan jebolan anak SMA NCT membuat Jisoo ketakutan, serta mata hitam Taeyong yang tajam—duh, nyeremin!
Jika pilihan ada di antara iya dan ya, maka Jisoo dapat memilih “dan” demi menyelamatkan dirinya. Akan tetapi, hal itu pasti akan memicu si rambut gondrong mengikutinya tanpa menyerah. Jadi ....
“Ya,” dengan amat terpaksa, ia memilih “ya” ketimbang “dan” lalu kabur. Tubuhnya cuma mematung diam dengan pasrah setelah lelaki itu menyeringai dengan sorakan riang dan menyebabkan dia jadi tontonan pejalan kaki.
“Kalau begini kan, enak.”
“Enakan di lo bukan di gue!” desisnya pelan.
“Bilang apa barusan?” Sialnya, Taeyong mendengar.
Jisoo kontan mundur, lantas menggeleng dan bercicit, “E-enggak. Gak bilang apa-apa kok.”
Taeyong menggulum senyum lebar. Kemudian mendaratkan tangan kanannya di atas kepala Jisoo dan mengusap rambut sang dara pelan-pelan. “Ngomong sama pacar yang sopan, jangan kasar,” katanya. “Ngerti, Sayang?”
Tanpa menyahuti dengan suara, ia hanya mengangguk pasrah.
Belum pernah Jisoo seciut ini sama lelaki manapun. Astaga, bisa-bisa citranya sebagai macan betina luntur sudah. Pacaran sama Taeyong? Malapetaka.
Sejujurnya, cerita ini lebih sinting ketimbang boyforent 😂
Ada waktunya kalian gemes sama Taeyong, ada waktunya juga kalian pengen ngumpati Taeyong, yang penting hati-hati deh, ada Mas Wan 🙊
Oh, tenang, Mas Wan bukan mas mantan presiden kampus. Hayo, tebak, siapa gerangan 🙄
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall in Hell | Taesoo [✔]
FanfictionJisoo menyesal menerima Taeyong sebagai kekasihnya. Penyesalan terus merutuki, karena berkat pemuda pemilik panggilan "gondrong" itu, hidup yang semula menyenangkan bagaikan bianglala, kini berubah menjadi roller coaster. ©2020 | Hippoyeaa