08. Feeling

2.8K 584 88
                                    

Ada yang lebih gawat ketimbang bualan Taeyong semalam. Ponsel Jisoo hilang. Gawat banget!

Ponsel satu-satunya, penyelamat dia di situasi boring saat ini, hilang. Sial! Jisoo tidak menemukan di manapun. Isi tenda seperti kapal pecah. Seluruh barang keluar dari tas dengan berantakan.

Jisoo mengerang frutasi. Mengobrak-abrik lagi segala celah di tenda. Memastikan bahwa ponselnya ada di sana. Tetap saja, benda itu tidak ditemukan. Sudah berapa jam coba dia cari sambil misuh-misuh? Belum lagi dia sedang mode butuh ponsel.

Karena jengkel tak menemukan di tenda, Jisoo terpaksa keluar. Menekatkan diri ke tempat semalam. Percaya bahwa ponselnya terjatuh di sana. Akibat ketakutan lalu lari tanpa sadar ia menjatuhkan benda paling berharganya.

Napasnya terbuang kasar. Percuma juga ponselnya tidak ada di manapun. Sudah dicari sekeliling sampai jongkok dan meraba tanah, hasilnya nihil. Astaga! Rasanya Jisoo mau teriak marah. Marah pada apa pun. Mood-nya makin memburuk sejak kemarin.

Belum lagi pagi tadi Taeyong sempat marah karena Jisoo menolak diajak keluar. Jisoo pun membalas berteriak, entah dapat keberanian dari mana—mungkin jiwa macan betinanya kembali—yang berhasil membungkam mulut penuh lip service Taeyong. Sehingga pemuda itu keluar dengan perasaan dongkol; pun Jisoo menyumpahinya serapah.

“AARGHHHHHH ...!” teriaknya di bibir pantai. Memandang marah hamparan indah air laut biru yang membentang luas memanjakan mata. Sementara di sebrang jauh sana, Taeyong dan temannya asyik dengan dunia mereka sendiri.

Hwasa meninggalkannya, dia tak bisa menemani Jisoo karena—well, Yuta. Sedangkan pacar biadabnya lebih tak bisa diharapkan lagi. Dasar lelaki bajingan!

“Gue kira lo mau mati bunuh diri,” komentar orang di belakang, mengagetkan Jisoo. Dia kira pria cabul semalam, tanpa sadar mundur sampai kakinya menginjak kerang berduri.

Shit!” jeritnya tertatih, hampir saja jatuh apabila Scoups tidak segera menangkap tubuhnya. “Lo ngagetin gue, sih!” cercanya sambil dibantu Scoups duduk di salah satu batu besar yang berdiri kokoh di bibir pantai.

Sorry,” lirih Scoups lantas berjongkok di depan Jisoo. Memeriksa keadaan kaki kirinya yang menginjak kerang berduri. Kulit kakinya sampai melupas, darah keluar tak separah bayangannya, tapi rasa sakit yang dirasa Jisoo luar biasa menyebalkan.

“Mau gue gendong balik tenda?”

Ia menggeleng sekali. “Nggak perlu. Lagi malas di tenda.”

“Taeyong, ya?”

Jisoo hanya diam. Tak dijawab pun Scoups pasti tahu alasannya.

“HP gue hilang. Malas di tenda tanpa kehidupan.”

Alis Scoups bertautan. “Kapan HP lo hilang?”

“Semalam,” jawabnya agak ragu, “kayaknya.”

“Kenapa gak bilang?”

“Hm?”

“Ponsel lo hilang, kan? Kenapa gak bilang?” Nada suara Scoups bagaikan pacar protektif. Jauh berbeda dengan lelaki bajingan yang menyandang status “pacar”-nya.

Jisoo terkekeh memandangnya geli. “Gue baru nyadar, Scoups. Udahlah, paling diambil sama dia.”

“Cowok cabul itu?”

“Iya, kali,” jawabnya agak ragu juga. “Ngomong-ngomong kok lo di sini? Nggak ikut mereka? Ntar lo dicariin lagi.”

Scoups menoleh belakang sebentar untuk melihat kehidupan di sebrang jauh sana, kemudian berbalik dan tersenyum menatap Jisoo.

Fall in Hell | Taesoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang