Taeyong pernah berambut pendek dan dia mengidolakan sosok Alex Turner. Saking sukanya, dia sampai menempel dinding kamar dengan wajah sang idola, dan hampir seluruh dinding kamar penuh wajah Alex Turner, sang vokalis band rock asal Inggris: Arctic Monkey. Jisoo tahu ini secara kebetulan. Kebetulan saat dirinya bertandang ke tempat pemuda tersebut.
Ya, Alex Turner. Siapa yang tidak tahu dia? Pria berkebangsaan Inggris yang merupakan seorang musisi terkenal dan vokalis dari Arctic Monkeys. Berkat kecintaannya terhadap Alex Turner, Taeyong sampai rela memanjangkan rambut. Oke, untuk informasi akhir Jisoo tahu berkat cerita di balik alasan “kenapa rambutku panjang” walau dia tidak begitu semangat mendengarkan ceritanya, setidaknya Jisoo sudah tahu alasan kenapa Taeyong senang memanjangkan rambut.
Jisoo tidak begitu tahu tentang dunia musik. Selera musiknya sekadar—well, biasa saja—dibandingkan selera musik Taeyong yang lebih eksentrik ketimbang dirinya. Dia asal menyukai lagu yang menurutnya enak didengarkan oleh telinga, tidak pernah menonjolkan satu lagu ataupun satu penyanyi untuk dibanggakan. Menurut Jisoo, setiap musisi punya gayanya sendiri dalam bermusik dan bernyanyi.
Balik ke cerita sekarang, di mana mereka duduk di satu sofa panjang di ruang tengah. Pemandangan ini merupakan hal wajar, karena seringnya Taeyong bertandang ke rumahnya. Sampai orang rumah hapal dengan wajah Taeyong, dan setiap dia bertamu, orang rumah akan berteriak, “Pacarnya Jisoo main, tuh.” Sebagai kodean bahwa Jisoo harus segera menemui lelaki itu. Mau tak mau, dia harus menemuinya.
Padahal dulu Jisoo sudah menentang bahwa Taeyong tidak boleh bersambang ke rumahnya. Akan tetapi, pemuda itu seakan tidak peduli dengan rengekannya. Entah bagaimana caranya, dia sampai diterima “baik-baik” oleh orang-orang rumah, bahkan sampai dapat meluluhkan hati sang orangtua. Tentu berbekal lip service yang kerap membuat Jisoo mual mendengar untaian sok manis dan bijaknya itu.
Taeyong itu penuh kebohongan. Jisoo tahu dan tidak akan terbodohi oleh sikap kamuflase pemuda tersebut.
“Kalau kamu ikut pasti tambah ramai,” rayunya sejak sehari lalu. Belakangan ini Taeyong memang gencar merayu Jisoo supaya ikut pergi berlibur bersamanya. Oh, satu lagi, Taeyong itu gemar travelling.
“Cuma tiga hari doang.”
Dia cuma tersenyum dan menggeleng.
“Minggu nanti pulang.”
“Enggak deh, aku sibuk.”
“Sibuk ngapain?” tanyanya dengan nada curiga.
“Ya ...,” matanya melirik kanan, otaknya sedang berpikir mencari jawaban yang pas, “... ngurus magang,” jawabnya.
Taeyong terkekeh. “Anak sastra nggak ada magang, Sayang. Kamu bohong itu yang pinter gitu, lho.”
“Ma-maksudnya ... Nayeon. Dia mau magang jadi aku bantu urus persiapannya,” ujarnya meralat cepat.
“Ilkom magang semester lalu,” tandasnya. “Mau ngajuin magangnya siapa lagi, hm?”
“B-bona?” ringisnya pelan, langsung dibalas kekehan Taeyong dan tangan kanannya kontan mengacak kepala Jisoo gemas.
“Kalau kamu bilang ngurus proposal, aku baru percaya,” ucapnya. “Jumat ikut aja.”
“Aku sibuk!” ujarnya tanpa sengaja suara meninggi. Membuat Taeyong memicingkan mata, menatapnya protes, karena barusan nada suara Jisoo tinggi dan dia paling tak senang pacarnya berbicara dengan nada meninggi.
Jisoo kontan menunduk dan merutuki kebiasannya berbicara dengan nada tinggi. Kalau di depannya Bobby tak masalah dia bicara dengan nada meninggi, tapi ini Taeyong. Kenapa juga dia bisa sekalem ini sama Taeyong? Padahal dia pengen banget pisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall in Hell | Taesoo [✔]
FanfictionJisoo menyesal menerima Taeyong sebagai kekasihnya. Penyesalan terus merutuki, karena berkat pemuda pemilik panggilan "gondrong" itu, hidup yang semula menyenangkan bagaikan bianglala, kini berubah menjadi roller coaster. ©2020 | Hippoyeaa