“Selamat datang ke dunia para lelaki patah hati.” Sambutan Bobby memang paling kurang ajar. Bukan lagi malah, sudah melabeli sambutan ter-brengsek. Teman patah hati bukannya dihibur malah dikata-katain.
Bagaimana lelaki pemilik gigi kelinci itu senang mengambil gambar dan videonya dengan kamera ponsel yang hampir Taeyong banting. Kepalang jengkel dengan sikap sok menyenangkannya itu. Alih-alih menghibur, Bobby juga memberi petuh sok bijak. Jatuhnya bukan sok bijak, sok tahu, iya.
Untung saat ini dia sedang menjelma “sadboi” (mengakuinya agak geli juga, well, kenyataan begitu) coba bukan, ada kemungkinan Bobby terkena dampratan Taeyong. Paling kaki melayang hingga mengenai badan atau tangan menghantam keras bagian kepala Bobby. Niatan menghibur, tapi hati sedang menolak dihibur dalam bentuk apa pun.
Bobby pernah patah hati, tapi tak separah Taeyong. Sebab itu dia senang menghakimi ... oh, bukan, melainkan meledek. Suatu keajaiban seorang Taeyong patah hati, mengingat dulu hobinya senang melihat teman patah hati. Pun lebih senang lagi membuat kaum hawa patah hati.
Jika Bobby senang meledek, maka Sowon kebalikannya. Dia senang dengan keputusan Taeyong memotong rambut. Akhirnya, penderitaan dia sebagai perawat rambut dua lelaki aneh berakhir. Jadi, selamat tinggal titipan belanja hair care.
“Jadi, teman gue ini lagi patah—eits,” gerakan Bobby terbilang cepat menghindar dari serangan samping tangan kanan Taeyong, “dia butuh looks baru gitulah. Biar makin banyak cewek-cewek—” Jeritan melolong berasal dari mulut Bobby. Dia habis kena sikutan maut Sowon. Sang gadis yang berdiri di samping. Bener-benar sebal dengan sikap sok Bobby.
“Pokoknya potong rambut dia pendek, Mbak,” kata Sowon mewakili, karena si pemilik rambut gondrong belakangan ini irit bicara. Lebih sering melamun dengan suasana mendung di sekitar (begitulah iklim orang patah hati), dan jangan lupakan playlist sadboi mengisi kedua indra pendengarnya, ketimbang bersikap konyol seperti biasa.
Nasehat Bobby bahwa potong rambut akan meringankan sedikit ke-patah-hatiannya. Berdasarkan pengalaman patah hatinya juga. Rambut dipotong karena masalah hati yang kerap membuat pening kepala.
So, selamat tinggal gondrong.
...
“Udah?”
“Udah,” jawabnya tersenyum senang. “Cantik!” Dengan tak sabar meletakan kaca ukuran 30x60 di depan gadis tersebut. Agar dia bisa melihat penampilan barunya, sejak lima belas menit diotak-atik olehnya.
Rambut panjangnya bertransformasi ke potongan medium short hair. Cukup potong sebahu, diberi sentuhan volume, dan tambahan poni samping sedikit. Membuat sosoknya tampak lebih dewasa ketimbang sebelumnya.
Warna rambutnya pun berubah dari hitam ke chesnut. Jisoo tidak terlalu suka warna mencolok, untuk itu memilih chesnut, sedikit agak gelap supaya orang-orang tidak menyadari perubahan warna rambutnya. Semua berkat sentuhan tangan Hwasa. Mengubah gadis itu menjadi baik ke makin baik lagi.
Jisoo tersenyum memandang sosok di kaca. Memuji penampilan barunya dan berterima kasih, karena Hwasa telah menyihir dirinya. Benar-benar baru ... agak asing, tapi dia suka.
“Mau ketemu dia kapan?”
“Hm?”
Seolhyun yang berguling di kasur turut memuji penampilan Jisoo. Lebih dari dua kali dia menyebut gadis itu cantik. Membuat pipinya merona malu.
“Cowok itu ... Jaewon bukan?” tanyanya sambil mengingat-ingat nama sang adam.
Bukan karena Jaewon pula dia mengubah penampilan. Mungkin teman-temannya berpikir demikian, tidak untuk Jisoo. Sekadar keinginan pribadi yang ingin mengubah diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall in Hell | Taesoo [✔]
FanfictionJisoo menyesal menerima Taeyong sebagai kekasihnya. Penyesalan terus merutuki, karena berkat pemuda pemilik panggilan "gondrong" itu, hidup yang semula menyenangkan bagaikan bianglala, kini berubah menjadi roller coaster. ©2020 | Hippoyeaa