Satu kampus bukan berarti mereka kerap bertemu. Aturannya bukan seperti itu, Bung. Fakultas Teknik Informatika ada di ujung Tenggara, sementara Fakultas Sastra dan Bahasa ada di Barat Daya. Jadi, untuk bertemu di kampus besar kemungkinan sangatlah kecil. Kecuali dua-duanya orang tersibuk di Gedung UKM, maka persentase mereka bertemu 75%.
Jisoo dulu memang aktif mengikuti kegiatan UKM SPC, sebelum dirinya dinobatkan sebagai duta kampus. Semenjak itu, dia melepas jabatan anggota biasa di UKM, dan fokus sebagai duta kampus. Walau tak begitu aktif kegiatan duta kampus, seenggaknya setelah lulus nanti keanggotaannya sebagai duta kampus dapat mengisi lembar CV-nya.
Untung ruang duta kampus berada di lantai satu Gedung UKM berdampingan dengan ruang BEM. Sebenarnya ruangan itu bekas milik BEM. Demi melancarkan sebuah kegiatan baru kampus, Ketua BEM rela ruang lama dipakai oleh anggota duta kampus. Semenjak semester ganjil, Jisoo sudah tidak mengikuti segala kegiatan duta kampus.
Dia mengundurkan diri, karena sudah ada duta kampus lainnya yang mengantikan posisinya. Pemilihan duta kampus terjadi tiap pergantian semester. Itu pun tergantung berapa lama mereka bertahan. Jisoo sih, sudah menjabat selama empat semester penuh.
Lalu sekarang, dia disibukan untuk mengurus calon duta kampus baru yang mewakili fakultasnya. Dua hari ini Jisoo kerap mondar-mandir di GOR kampus untuk menemani sang adik tingkat selama proses karantina duta kampus.
Iya, sistemnya hampir serupa dengan Abang None Jakarta. Setiap calon, selain memiliki penampilan luar biasa, mereka juga dibekali kecerdasan. Karena selain tampil dengan pakaian adat dan busana lainnya, serta menunjukkan bakat, mereka perlu menjawab pertanyaan yang diberi oleh panitia selama 15 menit.
Jisoo pernah mengalami hal tersebut. Sekarang giliran dia mengarahkan sang adik tingkat agar tidak salah kaprah selama pentas duta kampus. Bisa-bisa malu sepanjang acara jika berbuat sedikit kesalahan. Tahu sendirikan, reaksi netijen beragam.
“Apa sih, berisik banget di bangku penonton!” gerutu Nayoung, salah satu mantan duta kampus Fakultas MIPA.
Jisoo kontan menoleh dan mendongak, dengan mata menyipit untuk melihat jelas segerombolan pemuda di bangku penonton yang sedang berteriak dengan yel-yel aneh.
Oh, anak teknik.
Dilihatnya Scoups di ujung sedang mengomel-omel supaya teman-temannya di atas sana diam. Mereka baru latihan bukan pertunjukkan.
“Kak Jisoo, gerakannya benar begini?” Mina menegur. Menarik perhatian kakak tingkatnya itu dari bangku penonton. “Bener atau kurang bener?” Sambil melihatkan gerakan menari salah satu tarian Pulau Jawa Tengah.
Mina berasal dari Jawa, akan menampilkan salah satu tarian Jawa Tengah. Jisoo yang sebenarnya tidak begitu pandai menari hanya bisa mengernyit bingung. Dia sudah berkali-kali menonton video tarian tersebut, tetap saja dia tidak begitu paham.
“Tangannya kurang gemulai, deh,” dia ragu sendiri, “sebentar, aku panggilin Lisa dulu.”
Lisa salah satu anak UKM Tari. Dia mahir menarikan segala tarian. Untuk itu dijadikan sebagai pelatih tarian untuk peserta duta kampus bersama rekannya Momo dan pelatih UKM Tari: Kak Seulgi.
Jisoo berlari kecil menyebrangi gerombolan manusia, kemudian menepuk pundak gadis surai panjang tersebut. “Lis, coba lihat tarian Mina udah pas belum.”
“Bukannya udah latihan?”
Mina pandai menari, tapi dia kerap ragu dengan tariannya. “Lo lihat aja, deh. Suka bingung gue ditanyain soal tari. Gue nggak jago.”
Lisa terkekeh, memaklumi hal tersebut. “Nanti bisa? Soalnya gue mau ngasih ini ke Kak Seulgi.”
“Biar gue, lo lihatin Mina,” asal merebut sekantong plastik ringan yang isinya entah apa, “Kak Seulgi di mana?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall in Hell | Taesoo [✔]
FanfictionJisoo menyesal menerima Taeyong sebagai kekasihnya. Penyesalan terus merutuki, karena berkat pemuda pemilik panggilan "gondrong" itu, hidup yang semula menyenangkan bagaikan bianglala, kini berubah menjadi roller coaster. ©2020 | Hippoyeaa