undoing

11K 1.4K 285
                                    

"Kau brengsek brengsek brengsek, Jeon! Mati kau!" Solhee berteriak-teriak keras, memukul dada bidang Jungkook dengan menggebu-gebu. Giginya bergemeletuk keras, Solhee mengerahkan seluruh tenaganya. Debuman kuat terdengar kala pukulan kerasnya menghantam dada Jungkook.

Dan itu tidak luput dari pandangan Taehyung semenjak ia datang beberapa menit yang lalu. Lantas Taehyung hanya diam dengan rahang yang mengetat pun tangan mengepal. Ingin melampiaskan kekesalan dan angkaranya tidak melalui aksara, tapi melalui tindakan. Dan Jungkook adalah subjek yang dituju.

"Semenjak Jiyeon menikah denganmu, dia selalu menderita," lirihnya geram. Solhee mendongak, memperlihatkan wajah basahnya. Memandang penuh kebencian Jungkook yang terdiam. "Padahal dia orang yang ceria sebelumnya," sambungnya dengan nada bergetar. "Aku memang tidak seharusnya ikut campur dalam urusan rumah tangga kalian. Tapi," ia menjeda lantaran sesak mendominasi. Setelah menormalkan pernapasan, Solhee berkata geram, " ... sebagai sahabat aku tidak terima dengan yang Jiyeon rasakan saat ini! Aku tidak terima! Kau bajingan!"

Solhee kini dengan tangisan deras memukul brutal Jungkook. Surainya berantakan tak karuan dengan isakan yang terdengar memilukan pendengaran. Taehyung sigap bergerak mendekat, menahan tubuh kecil itu dan merengkuhnya ke pelukan. Memberi usapan-usapan kecil manakala Solhee kembali berontak. Membiarkan gadis itu menumpahkan segala tangisannya dalam dada Taehyung.

Taehyung mendongak, menahan genangan air mata yang siap meluncur kapan saja. Jantungnya sedari tadi tidak lepas dari degup yang berpacu, menanti was-was kabar sang di damba dalam ruangan ICU. Jiyeon tengah berjuang keras saat ini. Harapan Taehyung hanya satu dalam pejamannya.

Jiyeon dan bayinya selamat.

Perlahan isakan Solhee mulai surut, tubuh yang semula bergetar itu kini mulai tenang. Hanya ada sesekali isakan kecil terdengar mengudara dari bibirnya. Kedua tangan kecilnya dengan lemah membalas pelukan Taehyung.

Helaan nafas berat dari Jungkook mengalihkan atensi Taehyung untuk memerhatikan. Pria itu tampak kacau. Taehyung yakin Jungkook juga sama khawatirnya saat ini. Tapi, apakah itu semua murni? Atau hanya kamuflase yang Jungkook ciptakan untuk menipu orang-orang kesekian kalinya? Taehyung merasa muak dengan sikap Jungkook yang seolah-olah peduli, padahal sebetulnya ia sendirilah sang biang masalah.

"Berhenti berakting, kau membuatku muak."

Suara berat Taehyung sukses menyentakkan. Lekas Jungkook mengangkat pandangan yang semula tertunduk hanya untuk menatap ujung sepatu pantofelnya. Kini berbalas iris sengit dengan lawan bicara yang mengundang amarah.

"Berakting katamu?" Jungkook mendengus kasar dengan sudut bibir yang terangkat. "Apa wajahku mengatakan begitu?"

Taehyung geram, ingin membalas sebelum pintu ruangan Jiyeon terbuka. Mengalihkan atensi mereka, lantas Solhee melepaskan pelukan. Menatap khawatir dokter bersurai hitam pekat dengan sedikit uban itu. Pandangan penuh tanya mereka layangkan. Wajah kusut dokter itu membuat Taehyung meneguk saliva getir.

Matanya memejam, dokter tersebut segera buka suara, "Siapa suaminya?"

"Aku," dengan gagah Jungkook melangkah mendekat. Mengikis jarak dan berujar tegas. Definisinya sekarang penuh dengan rasa penasaran. Sejemang melirik Taehyung—mengejek, melalui ekor matanya sebelum fokus lagi pada dokter. "Bagaimana dengan keadaan istriku?

Pria itu menggaruk pipinya yang tidak gatal menggunakan dengan jari telunjuk. Bingung akan berungkap seperti apa. Lantas, ia mengulum bibir, berujar hati-hati, "Pertama, aku merasa menyesal memberitahukan kabar duka ini," ia menghela nafas berat. Melepas kacamata yang bertengger pada batang hidungnya dan menggantungkan pada kerah jas depan yang ia kenakan. "Kami minta maaf karena tidak bisa menyelamatkan kandungannya. Cedera di kepalanya tidak begitu buruk, tapi tidak untuk benturan yang di dapatkan pada bagian perutnya."

Limerence [M] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang