hesitancy

10.6K 1.3K 257
                                    

Puluhan gelas Brandy yang telah kosong di teguk pemuda tengah kehilangan separuh kesadarannya kini tergeletak tak beraturan di meja bar. Mengambil lambat satu gelas lagi dan menuangkan cairan alkohol itu dari botolnya, Jungkook lekas meneguk kasar hingga tandas. Menggeram detik selanjutnya begitu kerongkongannya terasa panas dan perih bersamaan.

Bartender yang melihat hanya menggeleng-gelengkan kepala heran, tak berminat untuk menghentikan sebab ia akan diabaikan. Beberapa kali kibasan tangan Jungkook membuatnya terdiam pasrah. Dan membiarkan pemuda yang tengah tergelak hambar itu menikmati tiap tegukan minuman yang ia sodorkan.

Jungkook tersedu, seolah tak puas ia meneguknya langsung dari botol hingga cairan itu tumpah mengaliri dagu tegasnya. Menetes pada permukaan meja dan sedikit mengenai pakaian yang ia kenakan. Perlahan tawa hambar itu berubah menjadi isakan pelan yang mengudara. Menyentak pendengaran beberapa orang hingga memerhatikan.

Mengulum bibir, Jungkook dengan pandangan sayunya berungkap, "Ji ... " Begitu serak. Menggambarkan betapa hancur leburnya figurnya.

Kebohongan yang diungkapkan Jinah melenyapkan ribuan harapannya hingga tak bersisa. Jungkook amat sangat kecewa lantaran telah menaruh kebahagiaan atas kabar kehamilannya. Kendati tanggung jawabnya kepada Jiyeon belum lepas, Jungkook akan ikut andil dalam mempertanggungjawabkan perbuatannya yang membuat Jinah berbadan dua.

Disisi perhatiannya kepada Jinah yang dilebihkan, tanpa sadar Jungkook justru menyakiti figur lain. Kebenaran yang tampak justru ditepis kuat dan Jungkook lebih memilih untuk melewati alur yang menjebak. Ini benar-benar di luar dugaan, Jungkook tidak habis pikir jika Jinah akan berlaku demikian hanya untuk ingin diperhatikan. Jungkook sebisa mungkin akan bersikap adil sebab keduanya merupakan pilihan yang teramat sulit. Sulit untuk meninggalkan Jiyeon dan sulit untuk mengakhiri hubungannya dengan Jinah.

Keegoisan yang ia pilih ternyata membawanya menuju lubang neraka penuh kegelapan. Jungkook mulai mengerti sekarang, jika harapan yang ia bangun bersama Jinah ternyata semu. Tidak pernah tercipta barang secuil saja.

Nyatanya, pupus sudah bayangan-bayangan indah yang sempat terpikirkan. Pun racauannya semakin menjadi-jadi hingga ambang kesadaran mulai menguap lepas. Jungkook dengan pandangannya yang mengabur kini hampir terlelap dan memejam. Menelungkupkan wajah sebab meredam isakan, pun bau alkohol menyeruak tajam menyentak indera penciuman yang menguar dari tubuhnya.

Masih saja meracau, melantunkan kalimat tidak jelas disela telungkupan kepalanya. Suara berat itu teredam, "Aku—" kalimatnya terjeda saat cegukan datang. Membuat frasa itu tertahan di pangkal tenggorokan.

"Aku ... mencintaimu."

...

Helaan nafas berat Taehyung terdengar, lekas ia mengulang tutur kata, "Jadi, dia tidak pulang semalam? Dan sekarang," menjeda menilik arloji yang melingkari pergelangan tangan. Taehyung berakhir mengusap wajah kasar, "Sialan! Kemana bajingan itu?! Kenapa dia meninggalkanmu sendirian?!"

Gelengan lemah dari Jiyeon mengundang Taehyung mendengus kasar. Pria itu memilih untuk membuang pandangan lantaran tak kuat manakah netra sendu Jiyeon menjadi pemandangan.

"Kau tidak menghubunginya?" Taehyung bertanya gusar.

Jiyeon menggigit bibir bawahnya kuat, "Sudah ku putuskan untuk tidak peduli lagi dengannya."

"Tapi kau justru menyakiti dirimu sendiri, Jiyeon," sela Taehyung cepat. "Kau membohongi dirimu sendiri. Bibirmu berkata begitu, tapi sekarang hatimu tengah tertuju kepadanya. Lihat dirimu sekarang," Taehyung dengan lekat memerhatikan penampilan wanita dambanya. "Kau kacau, berantakan tanpa dirinya."

Kalimat itu menghentikan telak Jiyeon hingga ia terdiam kaku dalam duduknya. Memilih untuk mengambil cemilan sembari mengunyah pelan, membuang muka dan menghindari netra legam Taehyung yang mengintimidasi.

Limerence [M] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang