Selepas dari terpaan badai yang terus menghantam rumah tangga mereka setiap harinya tanpa segan. Mengombang-ambingkan perasaan kokoh Jiyeon agar runtuh dengan gelombang derasnya. Baik pertikaian atau masalah kecil yang berujung menciptakan lubang besar hingga kembali terjadinya percekcokan yang tak terelakkan. Entitasnya kini total berubah. Berevolusi menjadi lebih baik tiga ratus enam puluh derajat di mata semesta yang menyaksikan. Kegelapan yang turut hadir dalam lingkup rumah tangga mereka pun ikut melenyapkan diri lantaran kalah dengan binar cahaya dari belah ranumnya jelita yang selalu merekah.
Sudut bibir itu kerapkali naik, merasa tidak percaya kendati kini merasakan, bahwa semuanya total jernih. Irisnya yang dulu lebih sering pudar, kini memancarkan cahaya setiap harinya. Perasaan itu yang kerapkali mendung, mulai cerah perdetiknya. Dan bibir yang dulu lebih sering ditekuk, kali ini selalu membingkai pahatan bulan sabit yang menyejukkan.
Selama kehamilan yang memasuki usia bulan kelima, Jungkook memutuskan untuk rehat sejenak dari pekerjaannya. Meminta Papa untuk menggantikan walaupun Jiyeon sempat protes karena pria tua itu sudah waktunya menikmati masa-masa pensiun. Tapi Papa merasa tidak keberatan sama sekali jika itu untuk cucu pertama mereka yang akan lahir ke dunia.
"Papa tidak apa, kok. Kalian tenang saja, Papa bisa mengurusnya," ujar Papa sembari memukul-mukul dadanya sombong. "Lagipula, Jiyeon harus butuh pengawasan ekstra dari Jungkook, Papa tidak mau kehilangan cucu lagi. Jungkook ... " Sorotan tajam Papa berubah arah pada sang subjek. "Kali ini kau harus bertanggung jawab dengan status yang kau sandang sebagai suami Jiyeon. Mengerti?!"
Bagaikan ultimatum. Jungkook tidak akan mengkilah untuk kali ini, tak ada lagi guratan keraguan yang tersampaikan seperti dulu. Hanya paras tegasnya lebih mendominasi.
"Iya, Jungkook mengerti," bibir itu dijilat pelan, lantas membawa tangan ringkih sang istri untuk digenggam erat. "Kami juga tidak sabar dengan kehadiran anak kedua kami."
Ada jeda yang tercipta lantaran Papa lebih memfokuskan atensi pada figurnya Jiyeon yang menundukkan kepala. Guratan sedih terpancar disana hingga Papa menghembuskan nafas pelan.
"Papa bisa mempercayai mu kali ini, Jungkook?"
Itu bukanlah pernyataan, melainkan pertanyaan untuk putranya. Sebab, semua kronologi dari awal hingga akhir yang Jungkook ceritakan dengan wajah basahnya sudah membuat emosi Papa naik hingga ke ubun-ubun. Mama bahkan sempat syok luar biasa dan jatuh dalam pijakan. Sementara Papa lebih banyak terdiam, namun nafasnya memburu lantaran mendengar penuturan Jungkook akan kekacauan yang ia buat dalam rumah tangga mereka.
Memang benar, perjodohan tidak selalu berakhir dengan baik.
"Papa," suara lembut itu mengalihkan irisnya yang semula lebih tertarik menatap marmer dingin di bawah. Sebingkai senyum Jiyeon sedingin bongkahan batu es berhasil meredam panasnya hati yang diterpa api. "Papa tidak perlu meragukan Jungkook. Sekarang Jungkook sudah berubah. Jangan khawatir, ya, Pa?"
Pelan sudut bibir Papa ikut naik ke tulang pipi. Memejamkan mata selagi senyumannya diperlebar indah. Lantas, Papa memberikan anggukan tegasnya.
"Baiklah kalau begitu," Papa membuka netra. Menatap bergantian figur di depan. "Papa percaya dengan kalian."
...
Bagi Jiyeon, Jungkook sekarang terlampau protektif hingga menekan keadaannya. Apalagi setelah mengetahui bahwa Jiyeon hamil kembar. Itu semakin membuat jiwa ke-posesifannya muncul seratus persen. Mengekang apa yang akan Jiyeon lakukan dengan larangan tegas yang berhasil membuat sang istri kesal. Padahal Jiyeon juga tidak ingin istirahat saja terus-menerus.
Tubuhnya perlu memproduksi keringat agar suhu badannya meningkat. Dan setiap pergerakan yang ia lakukan juga bagus untuk kandungan. Dokter menyarankan Jiyeon terus bergerak untuk memudahkannya nanti menjalani melakukan proses melahirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence [M] ✓
FanfictionLove is blind. Saat Jiyeon mulai menyerah dengan cinta sepihak yang ia berikan untuk sang suami. Namun, yang ia dapatkan justru sebaliknya. Rasa sakit yang tiap hari menyerang tiada henti. Barangkali Jiyeon dicap sebagai wanita terbodoh di dunia seb...