initial movement

12.1K 1.5K 508
                                    

Park Jiyeon melangkah gontai memasuki rumahnya. Akhir-akhir ini rasa lelah terus datang dengan cepat menyapa. Bahkan untuk melakukan aktivitas kecil saja terasa berat. Sesekali mama Jungkook akan datang berkunjung untuk menawarkan bantuan. Kendati Jiyeon beberapa kali mencoba menolak, mama hanya menuli dan tetap saja datang.

Kedatangannya juga bertujuan untuk memantau bagaimana keadaan rumah tangga mereka. Tak dapat dipungkiri rasa khawatir berlebih kerapkali datang kendati sudah lama terlewatkan konversasi panas itu. Hanya saja, hati seseorang bisa saja berubah setiap saat.

Perut Jiyeon kini mulai terlihat membuncit berkat adanya sebuah kehidupan kecil yang teramat berarti bagi mereka. Dengan senyum simpul Jiyeon melangkahkan tungkai santai begitu sampai di ruang tengah. Hari ini sepertinya mama tidak datang berkunjung. Jiyeon melirik jam yang tergantung apik di dinding, sudah menunjukkan pukul lima sore.

Lantas ia menghela nafas pelan, terdiam sejenak sebelum langkah kaki samar terdengar membuyarkan pikiran. Jiyeon mengalihkan atensi pada sang dominan, melangkah turun menuruni anak tangga dengan pakai santai yang ia kenakan.

"Habis dari mana?" Jungkook dengan surai acak-acakan melontarkan pertanyaan. Netranya sayu sebab baru saja terbangun dari tidur siang. Lekas ia mengusap-usap kedua matanya hingga membuat Jiyeon mengulum senyum gemas kala melihat.

"Habis berbelanja," sahutnya singkat sambil berjalan ke dapur. "Kau ingin kubuatkan sesuatu?" Jiyeon bertanya cukup keras sembari menoleh kecil.

"Eum," Jungkook bergumam pelan, menuruni tangga dan melangkah mendekati sang istri. Memeluk tubuh kecil itu dari belakang, menenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher sang pujaan yang hangat dan harum. "Aku lapar."

Sejemang Jiyeon menikmati perasaan berdebar ini. Senyuman terbingkai indah di bibirnya hanya karena perlakuan kecil Jungkook. Masih dengan senyuman yang bertahan, ia menunduk manakala merasakan sebuah usapan lembut pada perutnya. Rasa hangat lagi-lagi menjalar dengan indahnya hingga darahnya berdesir aneh. Gelitikan yang menyejukkan kini mengelilingi isi perutnya.

Beberapa saat menikmati suasana itu, keduanya dibuat tersentak atas apa yang mereka rasakan sesaatnya. Jungkook sontak terbelalak. Lekas ia menegakkan tubuh dengan kening mengerut. Melangkah memutar dan berjongkok sembari menempelkan sebelah telinganya pada perut sang istri. Perlakuan yang sukses membuat Jiyeon menggigit bibir bawah dan menahan nafas.

"Dia baru saja menendang," Jungkook bergumam disela ia sibuk mendengar. Lantas mendongak, "Benar 'kan?" Netra kebulatan itu kini semakin membesar, mengundang senyum tipis di ranum sang jelita. "Aku bisa merasakannya," kembali Jungkook menempelkan telinganya.

Untuk sepersekian detik mereka hanya diam, termasuk Jungkook. Rasa penasaran membawanya untuk bungkam dan menunggu pergerakan berikutnya.

"Dia bergerak lagi!" Jungkook menyeru keras saat merasakan pergerakan dalam perut sang istri. Tanpa sadar ia membingkai senyum dengan bibir yang terbuka kecil. Refleks mengecup singkat beberapa kali bagian yang di damba.

Jiyeon mengusap lembut surai prianya. Mengulum bibir, lantas ia mematri senyum malu-malu. Kebahagiaan yang sesekali datang ini sungguh ia rindukan sedari dulu.

"Apa kau sudah melakukan pemeriksaan rutin ke dokter kandungan?" Jungkook bertanya sambil mendongak. Usapan yang ia berikan tidak berhenti sama sekali. "Bagaimana kalau hari ini kita pergi ke dokter untuk melakukannya?"

Jiyeon diam. Ingin menjawab jika selama ini hanya ia sendiri yang datang dan pergi ke rumah sakit. Senyum kecut begitu saja terbingkai, lekas mengangguk ajakan sang suami. Benar-benar di luar dugaan, Jungkook justru menawarkan. Sedari dulu Jiyeon mengharapkan Jungkook peduli dengan kandungannya lantaran hanya ia sendiri yang kerapkali datang ke rumah sakit tanpa ada yang menemani. Pun sesekali Taehyung menawarkan bantuan.

Limerence [M] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang