HAYATI

479 19 3
                                    

POV Hayati

"Nak, segera berkemas ya! Hari ini juga Kita akan pindah ke Bandung." Ucap Papa padaku.

"Loh kata Papa kemarin Kita gak jadi pindah ?" protesku yang merasa keberatan karena kepindahan Papa secara tiba-tiba. Setelah sebelumnya, belum ada kepastian dari Dinas Kesehatan tentang rencana pemindahan tugas Papa.

"Iya Nak. Papa baru menerima suratnya pagi ini, dan besok Papa sudah mulai berdinas di tempat tugas yang baru. Jadi Kita harus pindah hari ini juga." ucap Papa lembut.

"Tapi Pa.. Hayati gak mau pindah dari sini! nanti kalau pindah, Hayati gak akan bisa bertemu lagi dengan Zain." ujarku yang menolak untuk pindah.

"Terus Hayati mau tinggal sama siapa disini ? hmnn! Mama kan harus ikut juga kemanapun Papa pergi Nak." Ucap Mama membantu meyakinkanku.

"Tapi Mah... hikss. Zainudin gimanaa?" ucapku mulai menangis. Aku sangat berat hati untuk meninggalkan sahabatku satu-satunya itu. Satu-satunya orang terdekat selama Aku tinggal disini, orang yang yang memberiku arti terdalam tentang yang namanya 'perhatian dan kasih sayang'.

"Hayati pamit dulu sama Zain. Nanti kalau berjodoh kembali, suatu saat nanti kalian pasti akan bertemu kembali." kata Mama coba menguatkanku sambil mengusap-usap rambutku.

Hari itu, Aku berlari ke rumah Zain yang letaknya sekitar 500 meter dari rumah dinas Papa. Nafasku tersengal, kaki kecilku sampai terluka karena batu-batu kerikil disepanjang jalan. Namun tidak urung kujumpai Zain di rumahnya, begitupun orang tuanya. Kata Mak Iroh tetangga Zain, mereka sedang ke Pasar. Sehingga Akupun tidak bisa berjumpa dengan Zain saat itu, sepanjang jalan Aku menangis sedih karena tidak bisa bertemu untuk terakhir kalinya dengan sahabatku satu-satunya itu. Bahkan saat mobil yang kami kendarai melewati depan rumah Zain, tangisku makin menjadi-jadi.

"Zaaiinnn.. Zaiinn, maafkan Hayati." Isak tangisku lirih dengan kesedihan yang menyesakkan dada menatap Rumah Zain yang semakin lama semakin jauh dan menghilang karena mobil kami yang bergerak semakin jauh meninggalkan pemukiman. Selamat tinggal kampung yang memberikan sejuta kenangan, kampung yang memberiku sahabat sekaligus 'cinta pertama'ku, selamat tinggal, Zainudin!

***
Dalam proses cetak di Penerbit. 

Silahkan kunjungi link berikut untuk mendapatkan versi lengkap dari cerita ini 

https://play.google.com/store/books/details/KURNIAWAN_PUTRA_BUKAN_ZAINUDIN_DAN_HAYATI?id=Ij7ZDwAAQBAJ

BUKAN ZAINUDIN DAN HAYATI (Live On Google Play Store)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang