8

18 14 2
                                    

Pagi hari yang cerah, sinar matahari pun mulai masuk dari celah jendela kamar Lena. Sekarang Lena sudah pulang dari rumah sakit, dan perbannya pun sudah dilepas.

Lena pun membuka matanya perlahan.

Hal pertama yang ia ingat.

"Gue pulang dulu ya Len...cup!"

Kenapa ia jadi mengingat kejadian semalam, kejadian yang sangat mengobrak abrik hatinya.

Ia menutup matanya kembali.

Bayangan itu, ia tampak bersandar di bahu seseorang, dan dia adalah– ah sudahlah kalian tau sendiri.

Ia berguling ke arah kanan.

"Coba liatin"

Bayangan itu lagi.

Lena mengganti posisi tidurnya menjadi duduk.

Kenapa bayangan 3 orang itu selalu ada dipikirannya.

"Gue harus gimana???"

"Pertanda apaan sih ni?"

"Ah ribet!"

Ia pun berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ketika ia sudah siap, ia keluar dari rumahnya. Pintu pun ditutup olehnya. Tak lupa ia membawa handuk kecil yang tersampir di tengkuknya. Ia pun mulai berlari kecil menyusuri trotoar. Hari Sabtu gess libur.

Jauh sudah ia berjogging, sampai sampai keringat mulai bercucuran di pelipisnya. Ia menyeka keringatnya. Lalu ia duduk sebentar di bangku taman yang nampaknya masih sedikit sepi.

"Es krim apa isotonik?" Gumamnya yang nampak berfikir sekejap.

"Es krim aja lah!" Ucapnya lalu berjalan menuju Indomaret.

Disana ia bingung akan beli es krim yang mana, hingga akhirnya ia memutuskan untuk beli es krim paddle pop rasa coklat dengan toping cappucino.

"Ah! Ini aja!" Ucap Lena dan segera mengambil es krim itu.

Loh? Tangan siapa yang ada di punggung tangan miliknya. Terlihat dingin, putih, sekaligus lembut.

Lena membelakkan matanya, orang itu juga.

Mereka saling melempar tatapan ganas satu sama lain.

"Lena?!"

"Zevan?!"

"Punya gue!" Ucap mereka bersamaan.

"Punya gue ih!" Ucap Lena tak terima.

"Punya gue!" Ucap zevan tak kalah tak terima.

Lena menghembuskan nafasnya kasar dan bermuka datar.

"Yaudah nih makan!" Ketus Lena dan meninggalkan zevan yang acuh.

Saat keluar Indomaret, beribu umpatan keluar dari bibir manisnya.

"Zevan sialan!" Umpatnya.

Ia pun menghentakkan kakinya seraya berjalan ke arah bangku taman.

Ia memainkan kuku jarinya dengan mengatakan banyak cibiran.

Ces!

Benda dingin pun menempel di pipi Lena. Ia terperanjat dari posisi duduknya.

"Dingin bego!" Ucap Lena kesal dan mendongak melihat zevan yang berdiri.

"Kalo mau panas, tu ada cilok" balas zevan menunjuk penjual cilok.

"Nih!" Zevan menyodorkan es krim coklat cappucino.

"Buat lo" dingin Lena.

"Gue dah beli ni" tunjuknya ke arah kantong plastik ditangan kirinya.

Boy In My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang