William termenung di keheningan malam. Ia terbangun karena bermimpi buruk. Ini sudah kesekian kali Willam bermimpi hal yang sama berulang kali. William cukup tahu arti mimpi itu, tetapi karena sebuah hal membuat William memilih berdiam dan tidak memikirkannya.
Pelipisnya penuh peluh, bibirnya bergetar dan pucat. Aroma wewangian malam menyeruak di penciuman William, bau bunga-bunga yang tertiup angin yang menandakan musim akan berganti.
Laki-laki manis itu menyibak selimutnya dan turun dari tempat tidurnya, berjalan keluar untuk mencari air minum atau sekedar mengecek keadaan yang lain.
Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, mencari sosok yang hilang dari pandangannya. Yang terlihat dan terdengar hanya sosok Pangeran Muda yang mendengkur.
Kris. Laki-laki beriris hitam legam dan beralis tegas itu tidak ada di semua ruangan. William memilih memastikan keluar mencari Kris.
Kret. Suara pintu kayu yang William geser. Angin malam berhembus begitu dingin menyapu kulit pucatnya. William bergidik dan mengeratkan pakaiannya.
Ia tertegun setelah beberapa langkah maju mendapati laki-laki berbadan tinggi dan besar itu—Kris—berdiri di antara tingginya ilalang. William masih dapat melihat dengan jelas meski cahaya rembulan tidak begitu terang.
Rambut hitam yang terikat milik Kris bergerak tertiup angin. William masih terdiam menatap dari belakang, dalam hati ia begitu iri. Tuhan begitu baik pada Kris, laki-laki itu sungguh sempurna di mata William. Meskipun Kris cukup jarang bicara, tapi William tahu jika Kris memiliki sikap yang layak di acungi jempol. Wajah dinginnya berbanding terbalik dengan hatinya, Kris begitu peduli dan bertanggung jawab atas segala yang dia emban.
"Udara sangat dingin. Lebih baik kau masuk ke dalam rumahmu."
Alis William menukik, bagaimana Kris tahu jika William ada di belakangnya. Ah, ia lupa jika suara pintu itu cukup keras.
"Aku hanya terbangun, lalu melihatmu tidak ada di ruang depan," balas William sambil berjalan mendekat.
Kris menoleh dengan sedikit tersenyum. Sesekali Kris terlena dan takjub akan kelembutan William. Bagi Kris laki-laki di sampingnya itu begitu banyak memiliki hal yang spesial, entah apa pun itu. Meskipun fisiknya tidak sebagus dirinya, tapi Kris tahu William bisa melakukan hal berat lainnya.
"Tidurlah, aku akan menjaga kalian."
"Kau saja yang tidur, kita bergantian berjaga."
Masing-masing memiliki ego yang tidak bisa di lawan, pada akhirnya mereka hanya diam di keheningan malam tanpa melakukan apa pun. Sesekali menatap arah lain untuk memastikan keamanan.
"Aku penasaran denganmu—maksudku aku penasaran dengan dunia timur, bisakah kau menceritakan padaku?" William menatap Kris. Irisnya seolah memohon pada laki-laki yang lebih tinggi untuk menjawab pertanyaannya.
Hm. Awalnya hanya suara itu yang terdengar, William mungkin merasa kecewa. Tapi setelah itu Kris membuka mulut juga.
"Dahulu kala di Negeri Timur, di tempat di mana begitu banyak di tumbuhi pepohonan bambu berdirilah sebuah Negeri dengan sebutan Negeri Bambu. Di situ lahirlah seorang anak pertama laki-laki dari sebuah klan bangsawan . Pada awalnya Negeri itu tidak sebegitu masyur, tapi seorang anak laki-laki itu tumbuh begitu hebat, dia baik hati tapi begitu cakap dalam bela diri. Lalu dia bergabung menjadi prajurit kerajaan. Tahun-tahun pun di lalui, dia naik jabatan menjadi Jendral saat usianya muda. Semua orang begitu mencintainya, begitupun pihak kerajaan. Karena Jendral itu lah, Negeri itu menjadi masyur di hadapan Negeri lain. Tidak ada yang berani mencari masalah dengan Negeri Bambu itu. Lalu sebuah hal membuat Jendral itu meninggalkan jabatannya." Kris terdiam setelahnya.
William mendengar dengan seksama ucapan Kris, meskipun terdengar seperti seorang guru yang tengah menceritakan sejarah dengan cara membosankan.
"Lalu?" ucap William.
"Lalu apa?"
"Lalu kenapa dia meninggalkan jabatannya?"
Kris tidak langsung menjawab. "Dari cerita yang aku dengar, ada beberapa bangsawan dari klan lain yang iri dan membuat rumor jika Jendral itu akan menggulingkan kekuasaan pemimpin di Negeri itu."
"Itu hanya rumor, lalu apa masalahnya?" William kembali berucap.
"Dia tidak ingin terjadi hal buruk, jadi dia memilih meninggalkan jabatannya dan kembali menjadi bangsawan biasa." Kris melirik William.
"Ah, aku paham. Lalu apa hubungannya denganmu?"
Kris menggeleng. "Kau tadi memintaku menceritakan hal tentang Negeri asalku. Sekarang aku sudah menceritakan, kenapa kau cerewet sekali?"
William mencibir, "Tidak perlu mengataiku juga, aku kan hanya penasaran. Siapa tau kau anaknya atau cucunya."
Kris tersenyum singkat. "Negeri itu indah, banyak sungai-sungai mengalir jernih yang di penuhi ikan-ikan hias. Ada danau yang begitu penuh bunga teratai. Dan ada anak-anak yang bebas bermain sesukanya."
"Aku jadi ingin ke sana." William menerawang ke langit membayangkan.
"Daripada memikirkan hal itu lebih baik pikirkan hal lain. Contohnya apa yang harus kita lakukan sekarang? " ucap Kris Sarkastis.
William menguap. "Itu urusanmu."
William bergeser dan menjauhi Kris.Pada akhirnya malam itu berakhir dengan mereka kembali saling bersikap ketus satu sama lain. Begadang semalaman berdua di depan rumah itu tanpa berniat Sedangkan Sang Pangeran Muda masih asik bergelut dengan dunia mimpinya.
Fajarpun menyingsing. William mulai menguap lagi. Sedangkan Kris, dia sudah berjalan menuju sumur untuk mencuci muka.
"Kris, aku mengantuk. Jika kau ingin sarapan atau membuat teh buatlah sendiri. Di dapur ada selai dan roti, ada teh juga." William berteriak sambil berjalan memasuki rumahnya.
Kris menyelupkan kedua telapak tangannya dan mengambil air untuk ia siram ke wajahnya. Air yang begitu dingin membuat wajahnya kembali segar.
Suara kuda mendenging dan rerumputan tertiup angin begitu menenangkan di pagi hari. Setelah ini Kris berniat ingin membangunkan Pangeran Muda itu dan membuatkannya sarapan. Baginya tidak masalah jika harus melakukan itu, itu sudah menjadi bagian tanggung jawabnya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST WIZARD
General FictionWilliam seorang pemuda desa yang bekerja sebagai penggembala kuda, hingga suatu saat dalam perjalanan pulang ia bertemu Kris, sehari setelahnya William menemukan sosok laki-laki yang bersimpuh darah di depan Gubuk tuanya, laki-laki itu bernama Richa...