William seorang pemuda desa yang bekerja sebagai penggembala kuda, hingga suatu saat dalam perjalanan pulang ia bertemu Kris, sehari setelahnya William menemukan sosok laki-laki yang bersimpuh darah di depan Gubuk tuanya, laki-laki itu bernama Richa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
William membalut kembali perut Pangeran Richard setelah mengobatinya. Tampak luka itu mulai mengering setelah beberapa hari ia rawat. William akhir-akhir ini sering berdiam diri, bahkan berbicarapun sangat jarang.
Kris merasakan ada hal janggal yang terjadi pada William semenjak malam itu.
"Lukanya akan pulih, kau sudah boleh bergerak Pangeran."
Richard sedikit terkejut dengan ucapan William yang berbeda dari terakhir kali dia dengar. Sopan dan halus, apalagi ini kali pertama Richard mendengar William memanggilnya Pangeran. Bukannya senang, Richard merasa risih seolah semakin jauh jarak antara mereka.
"Jangan panggil aku seperti itu di saat tidak ada orang lain, panggil namaku saja."
William membereskan peralatan dan obat-obatan yang ia gunakan tadi, tanpa menjawab laki-laki itu melangkah pergi.
Richard meliriknya sebentar. Laki-laki itu memang susah di tebak, pikir Richard. Beberapa kali mereka—kris dan richard—mendapati laki-laki itu termenung sendirian di depan rumahnya. Entah apa yang membuatnya seperti itu, kedua orang yang menumpang dirumahnya pun enggan untuk bertanya. Mereka pikir itu bukan area mereka untuk ikut campur.
"Hari ini aku akan masuk ke hutan untuk mencari jamur dan sayur. Kalian di rumah saja menungguku."
William kembali bersuara setelah membereskan dapur. Ia seperti seorang wanita dewasa di antara dua anak laki-laki. Begitu pandai mengurus rumah.
Kris hanya mengangguk merespon, sambil menatap setiap gerak-gerik laki-laki berkulit putih pucat itu.
William mengambil keranjangnya, keluar dan mengikatkan pada si kuda jantan kesayangan. Keranjang berukuran kecil itu mampu ia gunakan untuk membawa bahan makanan yang dia dapatkan dari hutan nanti.
Sejujurnya William sangat merindukan tumis jamur buatannya sendiri. Terakhir kali memakannya sekitar 2 bulan lalu, dengan cuaca yang seperti ini sangat jarang ia bisa menemukan jamur lagi. Jikapun ada itu pasti masih sangat muda dan kecil, tapi bukan berarti tidak ada.
Laki-laki itu memacu kudanya kencang, memasuki hutan pedalaman. Ia sudah sangat akrab dengan jalan hutan ini, mustahil jika dia akan tersesat.
Bau tanah dan lumut memasuki indera penciumannya. Apalagi di tambah dengan hawa sejuk khas hutan.
Setelah cukup dalam memasuki hutan, William turun dari kudanya dan meninggalkan James di dekat pohon besar dan mengikatnyam Membiarkan kuda itu memakan rumput dan lumut yang berada di sana.
William berjalan menyusuri hutan membawa keranjangnya. Cukup lama iris gelapnya meneliti dan mencari jamur namun nihil, ia sama sekali belum menemukan. Hingga kakinya menuntun pada sebuah danau atau rawa kecil di depan sana. Ia pikir mungkin di sana dia bisa menemukan ikan kecil ataupun kepiting rawa. Niatnya untuk membuat tumis jamur pun kandas.