Bagian 8

260 26 7
                                    

TLW

Nequior Wardley

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nequior Wardley





Kris menatap seorang laki-laki tua yang masih mengenakan jubah kerajaan. Laki-laki tua ini adalah penasehat yang sering mereka bicarakan. Laki-laki dengan rambut putih panjang , kumis serta janggut yang telah memutih sempurna. Mata sayunya menyiratkan kelelahan, namun wajahnya penuh wibawa.

"Tuan Wardley, anda yakin mampu berpergian dengan saya? " Kris berujar memastikan. Ia hanya ingin membuat penasehat ini memikirkan ulang keinginannya, sebab usianya sudah sangat senja untuk berpergian menggunakan kuda.

"Aku masih bisa jika hanya berkuda, aku ingin menemui Pangeran sebelum mereka sadar tentang ketidak beradaanku di istana."

"Baiklah, Terima kasih sudah mau mengikuti saya. " Kris menunduk hormat.

"Sekarang kita harus bergegas. "

Kris mengulurkan tangannya, menyuruh laki-laki tua itu menaiki kuda bersamanya.
Kuda kris cukup kuat untuk di tunggangi 2 orang, apalagi dengan ukuran penasehat yang tidak menjadi masalah.

"Anda harus berpegangan pada saya, jalan yang kita lalui akan sedikit terjal." Kris menarik tangan laki-laki tua itu untuk memegang bajunya.

Kris memacu kudanya melewati lorong bawah tanah, hingga ujung lorong itu sampai pada sebuah hutan yang gelap dan di penuhi semak belukar tempat pertama kali dirinya masuk tadi.
Hutan yang jauh berada di belakang Ibu Kota yang jarang di lewati orang-orang karena begitu gelap dan dalamnya hutan itu. Bahkan sangat jarang sebuah sinar mentari mampu menerobos masuk melewati celah dedaunan menuju ke dalam hutan. Pohon dengan diameter rata-rata 2-5 meter memenuhi hutan ini, dengan ketinggian pohon mencapai 20 meter membuat hutan ini begitu sulit di jamah orang. Apalagi begitu banyak semak belukar, lumut dan ilalang yang tumbuh di bawah membuatnya lebih sulit di lalui.

Kris masih memacu kuda jantannya keluar hutan itu dengan hati-hati, menuju bagian utara dimana arah rumah William berada. Jika dia terlalu gegabah memacu kudanya bisa jadi membuat mereka terperosok ke dalam lubang ataupun kubangan tanah berair. Kris harus hati-hati, apalagi dia membawa seseorang yang begitu penting.

"Anda tidak apa-apa Tuan?" Kris bersuara.

"Aku baik-baik saja anak muda." Laki-laki berjubah putih itu masih setia duduk dan berpegang pada bahu Kris.

"Jika kita sudah keluar dari wilayah ibukota, saya akan mencarikan anda kuda lain."

"Lebih baik seperti itu, kurasa kudamu akan mengeluh jika aku semalam di atas sini." Kekehan lembut keluar dari bibirnya.

"Apa Pangeranku dengan orang yang tepat?" Lelaki tua itu kembali bertanya.

"Iya, dia orang yang belum lama saya kenal namun saya kira dia bukan orang jahat. Lagi pula dia ingin bertemu dengan anda."

THE LAST WIZARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang