Sembilan

3K 182 33
                                    

Hari sudah beranjak petang ketika Anggi sepakat untuk pulang. Jika Teo tidak terus-menerus mengingatkannya untuk pulang Anggi tidak ingin pulang. Anggi betah di sana. Bermain bersama Dimas dan om Alex sangat menyenangkan daripada berada di rumahnya.

Anggi sekali lagi melambaikan tangan pada Alex dan anaknya. Raut wajahnya sedih, dia benar-benar tidak ingin berpisah dari mereka.

Melihat laki-laki ramping yang memasang wajah sedih saat berjalan menuju parkiran, seakan  mereka baru bisa bertemu kembali seribu tahun lagi membuat Teo memutar bola matanya. Sebahagia itukah Anggi sampai gak ingin pulang? "Udah, gak usah sedih. Besok kan masih bisa ketemu lagi." Teo hanya ingin menghibur Anggi tapi setelah melihat Anggi mengangguk berulang kali dan tersenyum lebar, Teo menyesal. Bego! Itukan sama aja gue ngasih peluang buat mereka ketemu lagi!

Teo menoleh ke samping, menatap wajah ceria Anggi. "Anggi besok mau ke rumah sakit lagi?" Melihat Anggi merespon dengan anggukan membuat Teo kesal. "Lo gak takut nanti Anna atau bokap lo tau tentang orang tua—maksud gue—Alex itu?"

"Takut." Anggi memasang wajah sedihnya. "Jadi jangan sampai mereka tahu."

Teo menyalakan mobilnya. "Lo" suka sama Alex?

"Hm?"

Menelan ludahnya, Teo menggeleng cepat. Untuk apa gue nanya hal aneh kayak gitu? Pastinya Anggi gak suka lah sama Alex. Kalau disuruh milih, gue atau tu orang tua sudah pasti dia bakalan milih gue!

Selama perjalanan pulang hanya kesunyian yang mengisi mobil. Mungkin Anggi tidak merasa canggung karena sedari tadi dia tersenyum memperhatikan suasana di luar jendela mobil. Tapi untuk Teo, itu sangat canggung. Teo ingin mengajak Anggi mengobrol tentang apa pun dan melihat Anggi tertawa lepas seperti di rumah sakit, tapi Teo tidak tahu harus mulai dari mana. Hari ini matanya seperti terbuka melihat interaksi mereka di depan matanya sendiri. Dan entah kenapa dia merasa Anggi dan dirinya memiliki jarak tertentu.

Sial! Seharusnya tadi gue gak ikut masuk ke dalem! Sekarang gue ngerasa Anggi lebih deket sama itu orang tua daripada sama gue!

Ketika mobil mendekati komplek perumahan mereka Teo memikirkan ide gila yang selama ini hanya bisa dia pendam. Menyatakan cintanya pada Anggi. Setelah mereka sampai, keinginan itu semakin kuat.

Teo gelisah ketika melihat Anggi yang turun dari mobil dan hendak memasuki pekarangan rumahnya. Ketika Anggi hendak membuka pagar rumahnya, Teo menarik tangan Anggi, membalikan tubuh Anggi hingga menghadapnya, lalu menciumnya. Tepat di bibir. Ciuman tersebut tidak bertahan lama karena Teo merasakan tubuh Anggi yang gemetaran.

Sial! Gue terlalu gegabah!

"Anggi, maafin gue." Teo menggenggam wajah Anggi lalu memeluknya. "Maafin gue, gue salah."

Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang