Satu

16.1K 457 13
                                    

"Selamat pagi, sayang~" Satu kecupan mendarat di pipi tanpa bisa Anggi cegah.

"Kenapa semakin hari kamu terlihat semakin imut dan seksi, hm?" Satu kecupan lagi mendarat di bibir. Tentu Anggi kesal. Ini masih pagi dan semalam mereka sudah melakukan itu berkali-kali, seharusnya pria yang kini sedang memeluknya semakin erat hingga dirinya sulit bernapas membiarkannya untuk tidur hingga siang! Menjadi yang di bawah itu lebih melelahkan, apa pria itu tidak tahu?!

"Le ..., lepaskan! Kau membunuh Anggi!"

Bukannya dilepas, pelukan tersebut malah semakin erat. Siapa pun tolong, pria ini ingin membunuh Anggi setelah puas menikmati tubuh indah punya Anggi!

"Kau, kamu bilang apa tadi? Kau? Daddy yang tampan ini dipanggil dengan sebutan kau?"

Ups, kesalahan fatal. Anggi menggeleng cepat kemudian memasang cengiran bodohnya. Biasanya setiap kali dia menggunakan wajah bodohnya untuk minta maaf, pria yang berada di atasnya dan menatapnya marah ini akan mengampuni.

"Hehehe ..., maksudnya Daddy sayang .... Daddy, Anggi boleh kan tidur lagi? Masih ngantuk. Hehehe ...."

Memang benar ekspresi marah pria itu telah hilang..., tapi Anggi melupakan satu hal. Dilarang menunjukan wajah bodohnya ketika sedang berdua saja, apalagi di kamar. Daddy tercintamu tidak segan-segan untuk memakanmu!

Haappp....

"Waktunya hukuman, sayang~"

Pagi yang indah itu---Anggi terpaksa merelakan jatah tidurnya dan harus bersedia dijadikan sarapan oleh pria yang sudah menjadi suaminya sebulan lalu.

Manis ya kisah di atas? Tapi aku yakin, kalian pasti paham kalau sesuatu yang manis akan didapatkan setelah menelan segala hal pahit.

Kisah ini akan diceritakan dari awal sekali. Dari Anggi TK, SMP, SMA, mencari kerja, hingga menjadi lelaki dari om-om mesum.

BERCANDA.

Ok, cerita ini dimulai dari Anggi yang ingin bunuh diri karena lamaran kerjanya yang ke 100 kali ditolak.

"Anggi lelah .... kayaknya mati lebih enak." Lalu hal yang terjadi berikutnya, Anggi mengambil pisau yang ada di dekatnya dan menyayat urat nadi di pergelangan tangan. Berkali-kali. Hingga dirinya lelah sendiri.

"Loh, kok Anggi belum mati?" Anggi berpikir sejenak, lalu cengiran bodohnya muncul. "Apa jangan-jangan Anggi keturunan samson kayak di film-film itu?"

Dan adegan demi adegan muncul di kepalanya. Anggi yang sering disebut bodoh bin aneh ternyata punya kekuatan super yang baru disadari. Kebal oleh segala jenis benda tajam, mampu mengangkat serta membawa benda seberat apa pun, tidak akan bisa mati karena penjaga neraka takut pada kekuatannya. Semua orang kagum padanya dan meminta maaf karena telah salah menilai. Anggi mendadak terkenal dan uang pun datang dengan sendirinya. Anggi jadi kaya.

"Kak."

"Kakak."

Segala khayalan indah Anggi hancur hanya karena sentuhan kurang ajar dari jari adiknya.

Adiknya menoel-noel pipinya.

"Apa?" tanya Anggi setengah menahan marah.

"Pisaunya terbalik. Anna bantuin balikin ya?"

Anggi mengangguk. Bingung kenapa adiknya tiba-tiba baik. Biasanya kan-

"Coba lakuin yang tadi kakak lakuin, pasti berhasil."

"Beneran?" Mata Anggi berbinar bahagia. Anna mengangguk.

Kejadian selanjutnya bisa kalian tebak. Pisau itu benar-benar mengiris urat nadinya!

Anggi berakhir di rumah sakit.

***

"Dasar adik durhaka! Kamu sengaja ya mau bunuh kakakmu yang super ganteng ini? Enggak sayang lagi sama kakak? Nanti kalau kakak mati enggak ada lagi yang ngasih kamu uang jajan tambahan."

Anna tertawa sejadi-jadinya dan berhenti ketika pemilik ranjang di sebelah kakaknya menegur.

"Pertama, aku enggak berniat bunuh kakak, kan kakak sendiri yang megang pisaunya. Dan lagi kakak juga pengen mati tuh."

"Kedua, kakak tuh enggak ganteng, tapi manis bin imut kayak uke-uke Thailand itu loh. Dan ketiga, siapa juga yang butuh uang jajan tambahan dari kakak? Gak butuh! Seribu perak cuma bisa beli permen murahan. Kakak pelit." Anna mendekat ke Anggi, lebih dekat dan..., "Kecuali kalau kakak ngasih aku lima ratus ribu setiap bulan, baru deh aku enggak rela kalau kakak mati." Anna nyengir. Anggi ingin sekali memukul adiknya itu tapi apa daya tangan kanannya sedang di infus sedangkan yang satu lagi tidak mungkin digerakan hanya untuk berbuat dosa.

"Terakhir. Asal Kakak tau ya, orang bodoh itu sulit mati. Kata orang-orang begitu. Jadi bagaimana pun Kakak berusaha bunuh diri, Kakak tetap gak akan mati."

"Serius?" tanya Anggi sembari berpikir keras.

Anna mengangguk.

"Jadi Kakakmu ini harus jadi pintar dulu baru bisa bunuh diri dan mati?"

"Tepat sekali." Anna mati-matian menahan tawanya.

"Kalau begitu .... Kakak mau jadi pintar mulai dari sekarang." Anggi berpikir lebih keras lagi.

"Tapi gimana caranya? Banyak baca buku?"

Anna menggeleng cepat. "Bukan, caranya itu kasih Anna uang lima ratus ribu sekarang." Anggi menggeleng. Dia tidak mengerti maksud Anna. "Kata orang, kalau mau jadi pinter itu harus baik sama orang lain. Jadi..., mana lima ratus ribunya?"

"Enggak ada. Adanya cuma lima ribu. Mau?"

Anna berdecak kesal. Lupa kalau apa pun cara yang dipakai untuk membodohi kakaknya demi mendapatkan uang tidak akan berhasil. Karena apa? Karena Anggi itu pelit.

"Enggak usah. Makasih." Anna mendengus, lalu pergi meninggalkan Anggi.

Setelah kepergian adiknya, ia berpikir keras bagaimana caranya jadi orang pintar berjam-jam hingga tertidur.

________________

Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang