Tujuh

3.1K 187 16
                                    

Anggi sampai di rumah hampir jam sepuluh malam. Hari ini dia merasa kalau dirinya sangat beruntung memiliki ayah yang selalu sibuk di kantor dan pulang saat sangat larut. Dan dia juga beruntung kalau Anna hari ini punya banyak kegiatan—kerja—lalu kumpul-kumpul bersama teman-temannya.

Setelah memasuki kamar Anggi meletakkan kucing gemuk yang dia pungut di atas tempat tidur lalu mandi. Anggi tidak punya kekuatan lagi untuk melakukan hal lain setelah mandi dan berpakaian, bahkan makan malam pun dirinya tidak sanggup saking lelahnya. Anggi hanya ingin tidur.....

Keesokan harinya Anggi memulai harinya yang membosankan lagi. Anggi ingin mencoba mencari pekerjaan melalui internet untuk menghilangkan rasa bosannya, tapi Anggi menyerah bahkan sebelum tangannya berhasil menghidupkan komputer.

Anggi menyerah karena selain ijazahnya hanya tamatan SMA, Anggi juga tidak punya pengalaman apa pun. Mungkin bisa saja jika dirinya berusaha, tapi Anggi ragu kalau dia mampu. Lagipula apa yang bisa seorang Anggi lakukan?

Bahkan hal kecil seperti mencuci piring Anggi tidak bisa.

Setiap kali dia mencoba mencuci piring atau gelas, piring atau gelas tersebut pasti selalu terlepas dari tangannya dan prannkkk pecah seribu.

Anggi menyerah soal melamar kerja.

Anggi mulai berpikir—mungkin daripada kerja—dia bisa membangun usaha?

Tapi usaha apa?

Makanan?

Makanan apa?

Minuman?

Emang gimana cara buatnya? Masak air aja gosong.

Anggi menggeleng. Sebaiknya dia juga melupakan tentang membangun usaha.

Untuk memiliki usaha, modal saja tidak cukup. Anggi pernah baca hal seperti itu di internet. Anggi memang memiliki modal di tabungannya—ya walau hanya cukup untuk membuat usaha kecil-kecilan. Tapi Anggi tidak tahu usaha apa dan tidak mengerti tata caranya bagaimana.

Lebih baik menyerah.

Saat Anggi asyik berpikir tiba-tiba sesuatu yang berat melompat ke pangkuannya. Itu si gemuk kuning yang dia pungut semalam.

"Meow~" Si gemuk kuning menatapnya lalu menggesek-gesekkan kepalanya yang berbulu lebat ke lengan Anggi. Melihat kelakuan manja tersebut Anggi tertawa. Tangannya mulai memanjakan si gemuk dengan mengelus-elusnya.

Tring!

Tring
Tring
Tring!
Tring!

Mendengar ponselnya berbunyi, Anggi yang sedang duduk di depan jendela kamar berdiri dari kursinya dengan masih menggendong si gemuk menuju tempat tidur, tempat dimana ponselnya berada. Ah—soal nama hewan yang dia bawa sekarang—sepertinya dia sudah menemukan nama yang cocok—Gemuk—karena kucing tersebut memang sangat gemuk dan berat.

Pesan tersebut ternyata dari om Alexnya.

Pagi Anggi

Sudah sarapan?
Gimana tadi malam? Kamu pulang dengan selamat kan?
Gak kenapa-napa kan?

Pagi, Om!
Sudah kok, Om!
Anggi pulang dengan selamat sampai rumah kok, om.

Baguslah.


Setelah itu percakapan mereka berakhir. Anggi memperhatikan kembali kucingnya. Lalu dia ingat kalau si gemuk tidak dia beri makan dari malam!

Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang