Tiga Belas

3.7K 273 40
                                    

Pagi ini, setelah mendi dan memakai pakaian Teo buru-buru ke rumah Anggi. Kebetulan juga jadwal syutingnya hanya ada sore hari hingga malam.

Teo menelan ludah begitu berada  di depan rumah Anggi. Teo tidak berani membuka pagar dan masuk seperti yang sering dia lakukan. Saat ini Teo berharap Anggi keluar dari rumahnya, menyapanya, lalu mengatakan kepadanya kalau dia sedang menunggunya.

Menunggunya untuk mengatakan iya.

Menunggunya untuk mengatakan, Anggi juga sayang sama Teo.

Itu yang Teo harapkan, tapi kenyataannya yang keluar adalah Anna. Tapi mungkin itu lebih baik, karena jika yang keluar Anggi itu mustahil. Anggi sangat jarang keluar dari rumahnya. Dan—sebenarnya—Teo belum siap untuk bertemu Anggi.

Mengingat reaksi Anggi terakhir kali membuat Teo putus asa. Kemungkinan jawaban yang akan dirinya terima adalah sebuah penolakan.

Dan Teo tidak siap ditolak.

Pagar dibuka, dengan wajah penuh senyum Anna menghampirinya. "Kak Teo gak masuk?"

"Kak Teo udah sarapan? Kalau belum masuk yuk, sarapan bareng?"

Telinga Teo sedang tuli. Mau beratus kalimat pun Anna ucapkan, Teo tidak akan mendengar karena Teo sedang fokus pada jendela kamar Anggi. Berharap Anggi juga melihat dia dari balik jendela.

Anna yang baru sadar kalau Teo tidak memperhatikan mengikuti arah pandang Teo. Sepintas wajahnya terlihat kesal, tapi hanya seperti kedipan mata wajahnya kembali tersenyum.

"Kak Teo cari Kak Anggi?" Karena Teo sedang melamun Anna mengeraskan suaranya.

"Ah—iya—Anggi ada?"

Wajah penuh senyum milik Anna berubah secara drastis menjadi penuh kesedihan. Anna bahkan berhasil memeras air matanya.

"Kak Anggi-—hiks—Kak Anggi Kak Teo...."

Anna memeluk erat Teo, terus terisak. "Kak Anggi....hiks...."

Sekujur tubuh Teo menegang. Melihat Anna menangis membuat kepalanya berpikir hal-hal buruk telah terjadi pada Anggi.

Teo menggeleng, berusaha menenangkan pikirannya. Enggak, enggak mungkin sesuatu yang buruk terjadi hanya dalam semalam. Anggi juga enggak punya penyakit apapun.

"Anggi kenapa, Anna? Anggi gak sakit kan?"

"Enggak, Kak Anggi gak sakit." Teo mengembuskan napas lega. Tapi kalimat dari Anna berikutnya membuat seluruh tubuhnya mendidih karena marah.

"Kak Anggi diusir dari rumah."

Segala sumpah serapah keluar dari mulutnya. Melihat Teo seperti itu membuat Anna mundur selangkah dan selangkah lagi.

Teo sangat menyeramkan.

Sekarang Teo bahkan sangat kasar pada Anna. Bahunya dicengkram erat. Tatapan yang biasanya selalu lembut sekarang sangat tajam.

"KENAPA ANGGI DIUSIR, SIALAN?!"

"TUA BANGKA ITU MENGUSIR ANGGI?!"

"SEKARANG ANGGI DIMANA?!"

"DIMANA?!!"

"Aa—Anna gak tau. Anna udah coba bujuk Ayah dan Kak Anggi supaya gak pergi dari rumah."

Dalam keadaan kalut Teo mengambil ponselnya dan menghubungi Anggi, berharap Anggi mengangkat telponnya.

"TUA BANGKA BRENGSEK!"

Nomor Anggi gak aktif!

Anna didorong dan jatuh ke tanah. Tangisan yang tadinya hanya untuk pertunjukkan sekarang berubah menjadi tangisan karena ketakutan. Teo masih dengan tatapan tajamnya menatapnya. "KALO GUE GAK NEMUIN ANGGI JUGA SAMPE BESOK, GUE BISA JAMIN LO DAN SI TUA BANGKA ITU GAK AKAN HIDUP TENANG."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang