Moza-🦋

3.4K 128 14
                                    

Banyak orang yang menganggap rumah adalah tempat mereka berbagi kehangatan. Ke mana pun mereka pergi, rumah dan keluarga adalah tempat untuk kembali. Tapi, kehangatan dan keramahan rumah dan keluarga tak berlaku bagi  Moza. Broken home? tidak , namun  bagi Moza rumah bisa menjadi momok paling menyeramkan di dunia ini.

Ketika ada sanak saudara yang menyakiti perasaanmu, luka yang kamu dapatkan tentu tak semudah itu sembuh. Sebab, keluarga adalah orang yang seharusnya menjadi orang terdekat kita. Ketika ia berkhianat, lukanya akan sangat dalam. Karena itu, memaafkan kesalahannya tak akan semudah itu.

Moza turun kebawah berniat untuk mengambil air putih, Namun bundanya memanggil..

"Moza"panggil Arabella, bundanya Moza

"kenapa bun?"tanya Moza

"bantuin bunda, cuci piring kotor sana, jangan bisanya main"ucap ara tanpa melihat Moza

"Moza capek Bun"ucap Moza, pasalnya Moza baru saja pulang dan turun hanya ingin mengambil air putih

"capek? bunda dari sore masak buat kue, kamu kira gak capek? bantuin bunda cepet"ucap ara, Moza yang mendengar ucapan bundanya tersebut hanya bisa tersenyum. toh juga udah sering

"iya bun"Moza menyusun piring-piring itu dan mencucinya. tak lama Moora Alkina Brillio kembaran Moza yang lebih tua beberapa menit darinya

"bunda"panggil Moora

"kenapa sayang?"tanya Ara lembut

"moora bantu ya"ucap Moora sembari menyusun piring-piring kotor namun belum sempat tangan moora menyentuh piring, Ara langsung menghalangi Moora.

"naik kekamar nanti kamu kecapekan, biar adek kamu aja yang nyuci, siap2 besok"ucap Ara, Moza, bagaimana dengan Moza?jangan tanya Moza.

Moza hanya bisa tersenyum dengan meneteskan air matanya. Ingin sekali moza merasakan bagaimana perlakuan Ara kepada Moora. Bagaimana pelukan seorang bunda, bagaimana kekhawatiran seorang bunda, ingin sekali, namun semua itu tak berpihak kepada Moza.

"yaudah Bun, moora keatas ya"ucap moora yang di angguki oleh ara

"Moza, kalau udah siap temeni moora di kamar, kasian pasti gugup buat besok,boar bunda yang masak"Moza menoleh lalu mengangguk.

"bunda"panggil Moza

"kenapa?"Ara tetap melanjutkan kegiatannya tanpa menoleh ke arah Moza sedikitpun

"hmm Moza juara 2 olimpiade matematika bun"ucap Moza dengan seyum lebar, namun seyum itu seketika memudar ketika Ara berbicara

"juara 2? kalau mau pujian dari Bunda sama Ayah, dapatin juara 1. kamu contoh abng kamu Dion, juara 1 berturut-turut, kakak kamu moora, kalau moora gak home schooling bunda pastiin juara satu juga. bunda heran sama kamu, fisik kamu kuat, kesehatan kamu stabil kamu juga kalau mintak apa apa pasti bunda sama ayah kasih ke kamu, tapi kerjaan kamu nyusahin aja. main sama teman kamu, kalau gak temen kamu disekolah pasti lofa.  pikirin masa depan kamu moza, jangan mengharapkan warisan"ucap Ara tanpa memikirkan perasaan Moza.

"maaf bun"ucap Moza gemetar,lalu berlari ke masuk ke arah kamarnya.

"hiks...... bun-d-daaaa, hiks.... ay-aa-hh, Moza mau di sayang k-ayak kak Moora sama bng Dion hiks,,,"tangis moza pecah.

Moza hanya ingin mendapatkan perhatian dari bundanya, tahun lalu moza mendapatkan juara 3 dan perlakuan Ara sama seperti tadi, Moza berfikir dengan mendapatkan juara 2 setidaknya bundannya memberikan pujian seperti "wah kamu meningkatkan", namun itu hanyalah halusinasi yang hanys Moza bayangkan.

"kenapa Moza gak disayang?kenapa? Moza kayak anak tiri tau gak? KENAPA KALIAN GAK SAYANG MOZA? KENAPA?MOZA SALAH APA BUNDA hiks..... salah salah?"tangis moza pecah, Moza hanya mengharapkan sekali saja merasa kasih sayang keluarganya

"hikzzz.... awww"ringis Moza merasakan nyeri diperutnya

"penyakit sialan"umpat Moza, kemudian mengambil obat tablet lalu memakannya.

"bisa gak si lo sehari aja gak usah kambuh,gue capek"ucap Moza parau kemudian menidurkan dirinya di ranjang tanpa berniat menemani Moora, dirinya sendiri saja butuh di temani.

🌼🌼

Moza🌼Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang