Moza-🦋

1.3K 75 4
                                    

Moza berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit wajah pucat, dengan rasa sakit kepala yang menjalar di kepalanya dengan langkah goyah Moza tiba di depan
Moza membuka pintu ruangan tersebut dan terlihat dokter tampan yang tersenyum ke arah Moza namun seyum itu memudar ketika melihat wajah dan bibir pucat Moza

"MOZA"pekik dokter Pedro yang melihat Moza pingsan secara tiba tiba, pedro menggendong Moza ke brankar

pedro memeriksa keadaan Moza, Pedro menatap iba ke arah Moza mengapa gadis ini yang harus melewati ini semua?gadis yang masih bersekolah, Pedro menggenggam tangan milik Moza mengelus punggung tangan Moza

Pedro Alvarez, pria tampan berumur 24 tahun yang tengah menjadi dokter di sebuah hospital milik keluarganya, Pedro  yang tidak memiliki saudara yang bisa di bilang anak tunggal telah menganggap Moza seperti adik kandungnya sendiri, begitu juga dengan Moza

Pedro tak lupa mengingatkan Moza untuk tak lupa makan, dan mengingatkan Moza untuk selalu meminum obat yang Pedro berikan. pedro selaku berusaha agar Moza sembuh walau hanya beberapa persen harapannya

entah Moza yang terusik dengan elusan Pedro, Moza memegang kepalanya yang sangat sakit, Pedro bangkit dari duduknya

"sakit dok"parau Moza memegang kepalanya, Pedro membawa Moza kedalam dekapannya

"istirahat dulu"ucap Pedro membatu memijat kepala Moza

"dok, gimana kondisi Moza?"Pedro hanya diam sembari memberikan selembar kertas kepada Moza

"apa kamu tidak pernah melakukan apa yang saya suruh Moza?"Moza menatap Pedro yang berkata dingin kepada, Moza tau bahwa Pedro sedang marah kepadanya

"Maaf"lirih Moza

"Moza"panggil Pedro lembut menatap wajah pucat Moza

"dengerin omongan abang" Pedro menangkup wajah Moza dengan kedua tangannya

"abang mau kamu sembuh, abang gak mau kamu seperti ini. jangan menyiksa diri kamu lebih dalam, kamu harus sembuh. lakukan apa yang abang suruh, abang sayang kamu, abang gak bisa ngeliat adek, datang kesini dalam keadaan seperti ini, Abang selalu berharap kamu gak datang kesini dek, Abang senang kamu datang kesini tapi bukan dalam keadaan seperti ini, Abang gak kuat ngeliat kamu seperti ini. pliss dengerin Abang kamu harus sembuh gimana pun itu"Pedro memeluk Moza menyalurkan sedikit kekuatan kepada Moza

sedangkan Moza

Moza menangis dalam dekapan Pedro. Moza tersentuh dengan ucapan Pedro yang begitu mengkhawatirkan dirinya. Moza selalu menangis ketika Pedro menyebutkan dirinya dengan kata 'abang'
Moza tak kuasa menahan isaknya. Moza selalu berharap bahwa Dion lah yang berada di posisi Pedro sekarang, mengapa? mengapa Dion tak pernah menjadi  sosok Abang di hidup Moza?

"maaf"Moza kembali menangis sesenggukan

"Moza mau pulang"ucap Moza menghapus air matanya

"abang antar ya"Moza menggeleng kepalanya

"Moza bisa naik taksi"ucap Moza, Pedro menatap Moza tajam

"ayok Abang Antar udah malam juga"ucap Pedro menarik tangan Moza, Moza menahan tangannya membuat Pedro menoleh

"Moza mau kerumah sakit"Pedro yang menderita itu langsung kebingungan

"Kak Moora sakit, Moza mau kesana"

"gak"jawab Pedro cepat

"Kamu Juga sakit dek, kamu juga harus istirahat banyak, apa kakak kamu gak ada yang jagain?"

"ayah, bunda disana"

"ada mereka Disana, Dia emang kakak kamu dan dia memang sakit,, Abang gak tau kakak kamu kenapa tapi kamu lebih sakit dekk, boleh khawatir, tapi lihat kondisi kamu sekarang kurang baik, kamu juga harus istirahat, jangan memikirkan keadaan orang lain tapi kamu tidak memikirkan keadaan kamu sendiri"

shit!

Moza tak marah jika Pedro menceramahi dirinya seperti ini, Moza selalu tersentuh selalu berharap kepada Dion agar seperti Pedro, mengapa tidak Pedro saja yang menjadi Abangnya mungkin Moza akan sangat bahagia selalu mendapat perhatian Pedro setiap harinya

"makasih bang udah selalu perhatian dengan Moza"ucap Moza memeluk tubuh Pedro

"hey, jangan nangis dong nanti cantiknya luntur"ucap Pedro menghapus air mata Moza

"ihhh jahat"Pedro meringis kecil saat tangan mungil Moza memukul lengan Pedro

"abang bercanda doang, ayok pulang gak baik anak perempuan pulang malam"ucap Pedro menyentil hidung Moza

"hehe iya maaf Abang ku sayang ku, yang posesif kalau aku sakit, ayok pulang"Pedro terseyum ketika melihat Moza mulai kembali bersemangat dan tertawa, Pedro hanya pasrah tangannya di gandeng oleh Moza, asal Adik nya bahagia

"kenapa harus adik gue? kenapa gak orang lain aja?dan kenapa harus penyakit itu?"Batin Pedro

bagi Pedro Moza itu mataharinya, dan seyum Moza pelanginya. hanya Moza yang ada di kehidupannya saat ini

🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️

hehe ini Part khusus dokter Pedro sama Moza deh kayaknya
lagi mood aja, soalnya  lagi kangen sama Abang author sendiri hehe

 

Moza🌼Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang