Part 2

9.1K 436 0
                                    

Flashback On

Hari ini, ndalem terlihat sibuk sekali. Entah acara apa yang akan dilangsungkan Zahra pun tidak tau. Karena sudah terlanjur penasaran, Zahra memilih untuk mencari Umminya-Zulva- kesetiap sudut ndalem.

"Mbak Yuni, Afwan ganggu kerjaannya. Lihat Ummi, tidak?" Pasrah karena tidak juga menemukan sang Ummi, Zahra akhirnya bertanya pada Mbak Yuni, yang membantu beres beres di Ndalem.

"Tadi sih Mbak lihat Ummi dihalaman belakang Ning. Lagi bicara sama Abi." Jelas Mbak Yuni.

"Alhamdulillah, akhirnya. Syukron Mbak. Maaf mengganggu pekerjaannya" ucap Zahra pada Mbak Yuni.

"Nggih Ning. Tidak apa apa" dengan tersenyum, Mbak Yuni membalas ucapan Zahra.

Ning. Begitulah panggilan yang disematkan pada putri Kiyai pemilik pesantren. Fatimah Azzahra, putri yang hadir ditengah keluarga yang sangat menjunjung tinggi agama diatas segalanya. Lahir dari pasangan Kiyai Muhammad Ibrahim dan Ummi Zulva Miranti. Besar ditangan malaikat tak bersayap seperti Zulva, menjadikan Zahra menjelma sebagai putri yang lemah lembut, penyayang, dan pastinya sopan. Meskipun terkadang sifat manja dan kekanak-kanakan tidak luput dari diri Zahra, tapi semua orang menyukai Ning yang satu ini.

Zahra memiliki seorang saudara laki laki, namanya Zafran Ibrahim. Mas Zafran, begitulah Zahra memanggilnya. Pernikahan Mas Zafran dengan Ning Rahma dikarunia seorang putri yang sangat lucu dan cantik bernama Aisyah. Aisyah baru berumur 2,5 tahun, tapi umur bukanlah penentu. Diumurnya yang baru 2,5 tahun, Aisyah sudah bisa berbicara meskipun cadel ketika menyebut r, seperti kebanyakan anak lainnya. Aisyah sangatlah pintar dan penurut, dia mengerti ketika dijelaskan oleh orang orang disekitarnya, jarang rewel, bahkan kelewat anteng. Alhamdulillah, ponakannya yang pertama sangatlah membanggakan, semua orang mendoakan kebaikan untuk princess kecil itu.

Melewati kesibukan yang sedang terjadi, sesekali Zahra menyapa dan menebar senyumnya, betapa sangat meneduhkan senyum Ning Zahra. Sesampainya di halaman belakang, Zahra melihat Abi dan Ummi nya sedang berbicara. Terlihat raut serius dari wajah orang tuanya itu, namun langkah riang Zahra tidak juga berhenti malah berubah menjadi lari kecil.

"Assalamu'alaikum Abi, Ummi." Ucap Zahra ketika mencapai tempat dimana Ummi dan Abi nya berada.

"Wa'alaikumussalam. Zahra, kenapa kamu lari lari? Nanti jatuh Nduk. Kamu ini, sudah besar tapi masih seperti bocah sajaa" ucap Ummi sambil geleng geleng kepala.

"Hehehe, afwan Ummi. Zahra kan tetap putri kecil Ummi dan Abi. Ya kan, Bi?" Zahra berusaha mencari perlindungan dengan Abi nya. Entah karena mood atau bagaimana, raut serius diwajah orang tuanya seketika berubah menjadi jenaka.

"Iya nduk. Ummi ini bagaimana, Zahra kan dimata kita tetap putri kecil. Wong, umurnya masih 1 tahun. Ini kan adiknya Aisyah" bagai boomerang, sindiran Kiyai Ibrahim membuat Zahra mengerucutkan bibirnya.

"Abi ini, bukannya membantu Zahra malah bekerja sama dengan Ummi. Iya deh, romantisnya Abi sama Ummi tidak ada yang bisa mengalahkan. Oh iya , hampir aja Zahra lupa. Nanti ada acara apa Bi? Semua orang terlihat sibuk. Ada acara syukuran ya, Bi, Mi?"

Entah Zahra sadar atau tidak, setelah pertanyaan itu terlontar tampak raut kedua orang tuanya berubah. Pasangan pengurus pesantren Al Hikmah ini tampak tegang seketika. Padahal pertanyaan itu bukanlah hal yang sulit.

"Emmm- Umur Zahra sekarang sudah berapa tahun?" Bukannya menjawab pertanyaan Zahra, sang Ummi memilih untuk melontarkan pertanyaan.

"Ummi lupa. Kan tahun ini Zahra udah 19 tahun Ummi. Baru juga 2 hari yang lalu. Tunggu, pertanyaan Zahra kan belum Ummi jawab."

When Gus Meet NingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang