Part 3

8K 434 5
                                        

Assalamu'alaikum
Happy reading teman teman💞

****

Ceklek

Suara pintu yang baru saja dibuka dari dalam menampilkan Zahra dengan pakaian tidur mocha dan jilbab instan hitam menutup mahkotanya. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan mencari keberadaan lelaki yang beberapa jam lalu berubah status menjadi suaminya. Tidak menemukan sang suami disudut ruangan manapun, akhirnya Zahra memutuskan untuk menuju ranjang dan duduk ditepian kasur.

Hufftt

Helaan napas terdengar sepersekian detik kemudian. Kembali dia edarkan kepala mengamati kamar suami yang juga menjadi kamarnya sekarang. Tidak ada yang aneh atau janggal, seperti kamar para lelaki pada umumnya. Simpel tapi nyaman. Kamar yang cukup luas itu didekor sedemikian rupa sehingga terlihat apik dan sedikit maskulin. Aroma parfume yang sempat tercium ketika sedang walimahan dari tubuh Gus Yas kembali tercium diruangan itu. Satu kata yang dapat digambarkan dari aroma itu adalah, tenang.

Kamar ini didesain dengan ranjang ditengah ruangan, lalu lemari pakaian setinggi 2 meter bermaterialkan kayu jati berdiri kokoh disebelah kanan ranjang. Pojok kamar didekat pintu juga tersedia sofa double berwarna cream dilengkapi rak mini berisi buku bacaan berbagai judul. Tampaknya sang suami suka membaca. Space kosong antara ranjang dan sofa lumayan luas, mungkin disitulah biasanya Gus menggelar sajadah untuk menghadap sang khaliq disepertiga malamnya.

Belum puas Zahra mengamati kamar tersebut, terdengar pintu terbuka dari luar disusul dengan pemilik kamar yang menampakkan dirinya. Sontak saja Zahra langsung berdiri meninggalkan ranjang empuk yang ia duduki, seakan baru saja tertangkap basah masuk ruangan pribadi orang tanpa izin. Penampilan Gus benar benar membuat Zahra speechless. Kaos santai berwarna putih dan juga celana hitam 5 cm dibawah lutut menghilangkan kesan pertama yang dimunculkan sang Gus kepada Zahra. Gus Yas yang biasanya memakai baju koko dan celana panjang bahan sekarang tampil berbeda 180°. Karena sama sama terdiam, akhirnya Gus Yas memilih untuk memecah keheningan pertama kali.

"Ekhemm. Sudah selesai mandi?" Pertanyaan retoris. Pertanyaan tak perlu jawaban. Mungkin hanya sekedar basa basi, pikir Zahra.

"Su-sudah Gus. Gus Yasser sudah makan? Hmm maksudku Gus Yasser mau makan?"

Please Zahra. Stop mempermalukan dirimu sendiri. Rutuk Zahra didalam hari.

"Yas"

"Hm?" Jawaban Gus benar benar membuat Zahra bingung kali ini.

"Panggil dengan Yas." Terang Gus Yas sekali lagi.

"Afwan Gus. Hmm, Gus Yas mau makan?" Pertanyaan Zahra kedua kalinya. Berharap canggung ini cepat berlalu.

"Tidak usah. Saya masih kenyang. Kalau kamu lapar, silahkan makan dahulu." Tolak Gus Yas yang kemudian melangkah menuju ranjang.

Dahulu. Memangnya ada apa setelah ini?

"Hmm.. Ba-baiklah. Kalau begitu ana izin keluar sebentar" ucap Zahra setelahnya.

"Hmm, silahkan"

Merasa mendapatkan izin, Zahra kemudian melangkah kan kakinya keluar kamar. Selangkah diluar kamar, Zahra menyandarkan punggung nya kepintu yang baru saja dia tutup. Sedikit bersyukur akhirnya keluar dari kecanggungan yang sangat tidak nyaman tersebut.

"Ning Zahra. Kenapa masih diluar?"

"Astaghfirullah" spontan Zahra beristighfar karena terkejut dengan suara yang tiba tiba menyapanya. Takut jika menyinggung, Zahra pun meminta maaf.

When Gus Meet NingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang