Happy Reading🌸
Seorang pria dengan setelan jas formalnya tengah berkutik dengan berbagai file-file pentingnya. Sejenak ia memejamkan matanya sembari mengurut batang hidungnya. Napas panjang mulai keluar, menandakan bahwa ia sudah sangat lelah.
Sering ponsel mengalihkan perhatian pria tersebut. Dengan malas, ia mengambilnya. Tertera jelas bahwa yang menelponnya adalah ibu tercintanya.
Mama is calling...
"Hallo" Panggil raka dengan suara berat.
"Hallo, raka. Aduh mama butuh bantuan kamu, tadi mamanya ica nelpon mama kalo ica kecelakaan. Kamu susul dia ke sekolah nyah?!"
"Tap---"
Tut Tut
Raka menghela napasnya kasar.
Ia merutuki ica yang mulai merepotkannya. Dengan terpaksa ia harus menunda pekerjaannya yang semakin menumpuk.***
Mobil sport milik raka memasuki sekolah SMA Pelita. Semua pasang mata menatapnya kagum saat ia menginjakkan kakinya di lobby sekolah. Dengan tubuh tegaknya ia memasangkan kaca mata hitamnya dan berjalan dengan memasukkan tangan kedalam saku celananya.
Langkah kaki raka terus berjalan hingga ia menghentikan langkah kakinya.
Tunggu? Ia harus cari ica kemana? Bahkan ia sama sekali tidak tahu di mana letak kelasnya, jangankan letak kelasnya kelasnya pun dia tidak tahu.
Raka kembali menurunkan kaca mata hitamnya dan melirik ke samping yang terdapat beberapa gadis tengah menatapnya gugup."Dimana ica?" Tanya raka datar.
Salah satu dari mereka sangat gugup. Terlihat dari tubuhnya yang kembang kempis.
"Ahh emm i-ica engh... Gak tau engh..." Jawab salah satu gadis dengan terbata-bata.
Tanpa mengatakan apapun, raka kembali melangkahkan kakinya.
Aura dinginnya begitu terlihat jelas membuat gadis yang berada di Koridor terlihat menunduk."Itu siapa sih? Anjir ganteng banget."
"Dingin banget tu orang, untung ganteng."
"Dia lagi nyari gue tuh,"
"Pede amat lu!"
Berbagai bisikan terdengar jelas oleh Raka. Namun, raka tak memperdulikannya.
"Si ica keren yah main nya. Hebat dia banyak cetak gol tapi sayang, dia malah cedera."
"Alah, mungkin tu orang iri karena ica terus cetak gol sedangkan tim mereka hanya sedikit."
Obrolan dari siswa yang tengah berjalan melewatinya membuat raka mencekal bahu siswa tersebut hingga berhadapan dengannya.
"Dimana dia sekarang?" Tanya raka dengan memasukkan tangan ke dalam saku celanya.
Dua orang siswa tersebut menyerngitkan dahinya.
"Maksudnya?" Tanya anton.
"Ica" Balasnya.
Anton mengangguk paham, "tadi dia bilang mau ke kantin."
"Tunjukkan!" Raka menarik lengan anton.
Namun, tangan anton melepaskan cekala raka.
"Maaf, tapi kantin di sebelah sana," Tunjuk anton kearah utara," Kalo kesana mah ke toilet." Lanjut anton.
Raka mengangguk lalu mengisyaratkam agar terus berjalan. Anton yang memang sudah mengenali watak dingin jadi paham. Ia sudah terbiasa menghadapi orang-orang yang entah apa enaknya mempunyai watak dingin dan irit bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rachelica
Teen FictionSEBAGIAN PART BAKAL DI PRIVAT. FOLLOW SEBELUM MEMBACA DEMI KELANCARAN KALIAN DI DUNIA HALU⚠ Seorang gadis ceroboh dan ceria yang selalu hadir di dalam kehidupan dua laki-laki tampan yang sama sama memiliki sifat dingin. Berbagai cara ia lakukan demi...