Seorang gadis tengah berlari di jalanan komplek yang sepi. Ia terpaksa harus berlari karena sama sekali tidak membawa uang dan ponsel. Peluh keringat terus membasahi wajah gadis tersebut.
Langkahnya terus berlanjut hingga ia berhenti di sebuah rumah yang sangat ia kenali. Ica tersenyum lalu memasuki pekarangan rumah tersebut.
Tok... Tok... Tok...
Cklek
Saat pintu di buka seketika bola mata ica membulat sempurna. Ia terkejut sekaligus senang.
Seorang lelaki menatap ica tak suka. Ia hendak menutup kembali pintunya namun tertahan oleh ica.
"E-eh?! Jangan dulu!" Cegah ica.
Rava bersidekap dada, "hm?"
Ica menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
"Emm... Itu.. Anu kak.. Hehe" Jawab ica dengan cengengesan.
Rava menyerngitkan dahinya. Melihat ekspresi rava, buru-buru ica angkat bicara.
"Kak rava? Ica minta tolong yah?" Mohon ica dengan mengatupkan kedua tangan di dadanya.
"Hm?" Balas rava.
"Gini, ica lupa bawa ponsel sama uang. Ica mau pulang, ica pinjem uang boleh? Ica capek lari terus." Ucap ica, "kalo boleh sih di anterin." Batinnya.
Rava menatap Ica lama lalu mengangguk, "Bentar." Ucapnya lalu masuk kedalam rumah.
Ica menunggu di depan pintu. Ia sesekali melihat sekitar.
"Yuk?" Ajak rava dengan sedikit merapihkan rambutnya.
Ica menoleh lalu tatapannya tepat di hadapan rava. Ica membulatkan matanya kagum. Semilir angin menerpa wajah rava hingga beberapa helai rambut saling beterbangan. Ica tak berkedip di tempatnya, ia masih fokus pada apa yang ia lihat.
"Ica gak kuat... " Lirihnya pelan.
Rava menyerngitkan dahinya bingung. Melihat Ica melongo ditempatnya macam orang idiot. Batin rava.
Rava mengibaskan tangannya di depan wajah Ica
"Ca?!" Sedikit rava menyentak membuat Ica terkejut.
"Hah, eh?" Ucap Ica gelagapan.
Rava menyodorkan uang selembar berwarna merah. Ica belum melihat ke bawah namun ia masih setia melihat wajah rava dengan tersenyum.
Rava sudah tidak tahan berlama-lama dengan Ica. Dengan cepat rava menarik tangan Ica lalu menaruh uang tersebut pada telapak tangan Ica.
Ica tersadar dan menatap uang yang berada di tangannya. Ica mendongak, ia mengedipkan mata berkali-kali.
"Loh? Ko?" Ica hendak protes.
"Kenapa? Kurang?" Tanya rava dengan cepat Ica menggeleng.
"Enggak kok. Enggak. Tapi, kenapa kak rava kasih Ica uang? tadi katanya mau anterin ica." Tanya ica dengan wajah bodoh nya.
Rava berdecih, ia memasukkan tangannya kedalam saku celananya lalu menutup pintunya.
Blam
Ica tersentak saat rava menutup pintunya. Ica menghela napas kecewa lalu melangkahkan kakinya untuk menunggu taksi.
***
Kring...Ica mendengar alarm nya berbunyi. Membuat ia mau tak mau membuka matanya dan hendak mematikan jamnya. Namun, saat jarum jam menunjukkan pukul 06.50 WIB, Ica langsung bangun. Bagaimana ini? Bel masuk tinggal 10 menit lagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rachelica
Teen FictionSEBAGIAN PART BAKAL DI PRIVAT. FOLLOW SEBELUM MEMBACA DEMI KELANCARAN KALIAN DI DUNIA HALU⚠ Seorang gadis ceroboh dan ceria yang selalu hadir di dalam kehidupan dua laki-laki tampan yang sama sama memiliki sifat dingin. Berbagai cara ia lakukan demi...