8• Taman'

102 13 6
                                    

Happy Reading 🌸

Rava menginjakkan kaki di halaman rumahnya yang begitu bersih dan sejuk. Ia baru saja memasukkan motornya ke garasi. Ia kembali melangkahkan kakinya memasuki rumahnya yang begitu mewah.

Saat membuka pintu, rava di kejutkan oleh Amanda yang berhamburan kedalam pelukannya.

"Abang, lama banget sih. Manda nungguin abang tau." Omel manda pada rava.

Rava hanya mengacak rambut Amanda gemas, ia berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Amanda.

"Kenapa, sayang?" Tanya rava lembut.

Amanda yang tadinya merajuk langsung berbinar.

"Manda pengen es klim, bang." Pinta manda dengan mengerucutkan bibirnya gemas.

Rava mengangguk lalu melempar tas nya ke sofa dan menggendong manda.

"Yeayy... Manda sayang abang rava." Manda memeluk leher rava dengan senang.

Baru saja rava akan membuka knop pintunya, namun suara sang bunda menghentikannya.

"E-eh? Kamu mau kemana rava?" Tanya Saras dengan mendekati rava.

"Keluar, bun." Jawab rava.

Saras menggelengkan kepalanya, "Ngapain? Ko bawa-bawa manda sih, di luar panas nanti manda sakit." Ucap Saras sembari mengajak manda agar di gendong olehnya. Namun, manda semakin mengeratkan pelukan di leher rava.

"Emmmm manda gak mau, bun. Hiks hiks manda mau es klim." Tangis dengan mengerucutkan bibirnya.

"Nggak, sayang. Cuaca diluar panas banget. Nanti yah kita beli es krim yang banyak." Bujuk saras.

Manda menggelengkan kepalanya, "gak mau, manda mau nya sekarang, bunda." Rengek manda.

Saras menghela napas, "Ya sudah, makan es krim nya jangan banyak-banyak, oke?" Manda mengangguk dengan berbinar.

Setelah mendapat persetujuan rava kembali memasuki garasinya. Namun, kali ini ia tidak akan membawa motor namun dengan mobil.

Merasa semuanya sudah siap, rava menyalakan mesin mobilnya dan melesat membelah jalanan ibu kota yang begitu padat.

***

Sesampainya di dalam mobil, ica tak henti-hentinya merutuki raka yang membawanya seenak jidat.

"Ih om itu gak sopan tau?! Ica lagi sekolah, ko di bawa pulang?!" Omel ica dengan mencebikkan bibirnya.

"Siapa yang akan membawa mu pulang?" Tanya raka datar nan dingin.

Seketika bibir ica bungkam, "T-teerus ica mau di bawa kemana?" Tanya nya dengan memegang sealt beatnya kuat.

"Ke suatu tempat." Jawabnya dengan menyalakan mesin mobil.

Dengan kecepatan kilat raka mampu menembus jalanan yang begitu panjang hanya dengan beberapa menit.

Kini mobil sport milik raka terparkir rapi dekat taman.

Ica melirik ke arah raka dengan pandangan bingung.

"Ngapain bawa ica ke sini?"

Raka sama sekali tidak menjawab. Melainkan menarik pergelangan ica dari pintu penumpangnya.

Hingga langkah mereka terhenti di sebuah taman yang penuh dengan bunga-bunga. Berbagai bunga mawar tumbuh dengan indah. Ica sungguh gembira. Ica tanpa rasa malu mengeluarkan ponselnya dan menyuruh raka untuk memfoto dirinya.

"Fotoin ica, yak?" Pinta ica dengan memasang puppy eyes-nya

Raka menatap ponsel yang di sodorkan oleh ica. Tanpa berniat mengambil pun ia tidak akan mempotret gadis di depannya ini.

RachelicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang