6• Rava dingin

107 20 10
                                    

Dengerin mulmednya ya😊

Happy Reading 🌸

Rava mendudukkan ica dengan rava yang masih berjongkok menatap ica intens.

Ica yang notabenenya tidak punya malu semakin menatap rava dalam hingga bersemu merah.

"Gak usah main." Ucap rava datar.

Ica mendongak menatap rava dengan kening berkerut.

"Maksud kak rava, apa?" Tanya ica.

Rava menghela napas sejenak, "gak usah ikut main."

"Kenapa?"

"Kaki" Jawabnya.

"Ck, ih kak rava. Ica itu mau main lagi, ica gapapa ko, beneran deh. Ica kan strong." Tunjuknya dengan memamerkan otot lengan yang sama sekali tidak berisi.

Rava bangkit dan meninggalkan ica sendiri.

Bram terlihat sedikit berlari ke arahnya.

"Kamu gapapa, ca?" Tanya Bram khawatir.

Ica memamerkan gigi putihnya, "gapapa ko, ica mau main lagi. Boleh yah?" Mohon ica dengan mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

Bram menggeleng, "tidak, sudah kamu istirahat saja. Kalo kamu maksain main lagi, kaki kamu nanti makin parah cederanya."

Ica memberenggut kecewa, "padahal kaki ica gapapa. Huft,"

Dari arah yang kanan, terlihat seseorang menghampirinya.

"Ca, ya ampun. Lo gapapa kan?" Tanya Moria khawatir.

"Aduh, mori. Ica tu gapapa, mori tau kan, kalo Ica itu strong. Masa pak Bram gak izinin Ica main lagi." Adu Ica kepada mori.

Mori mengangguk sopan kepada pak Bram dengan sedikit cengengesan.

"Maafin temen saya, pak." Bram mengangguk paham lalu meninggalkan mereka berdua.

Ica berusaha berdiri lalu di bantu mori. Mereka menuju tempat duduk untuk melihat permainan yang tengah berlangsung.

Ica dapat melihat gerak gerik rava saat bermain bola. Dengan lihai nya rava mampu kembali mencetak gol.

"Woaahhhh yeayy kak ravaaa the bestt..." Teriak Ica di tengah ramainya suara sorak poranda.

Rava terlihat menyisir rambutnya kebelakang dengan jari jemarinya. Menambah kesan cool.

"Emmm kak rava ganteng banget sih," Ica memegang wajahnya dengan tersenyum.

Permain semakin panas membuat lapangan semakin ramai. Permainan terus berlanjut hingga selesai. Pertandingan di menangkan oleh SMA Pelita. Dengan cepat Ica menghampiri rava yang hendak keluar lapangan.

Rava menyeka keringatnya dengan tangannya. Namun, tiba-tiba ada sebuah handuk kecil yang menyeka keringatnya. Lalu, rava memegang tangan yang tengah menyeka keringat di wajahnya.

Deg

Tubuh Ica menegang kala rava menggenggamnya dengan lembut. Ica berkali-kali mengedipkan matanya.

Ica tersenyum kala rava menatapnya.

"Bau!" Ucap rava datar dengan menyingkirkan handuk dari wajahnya.

Senyuman yang tadinya bersemu merah karena blushing kini berubah menjadi merah padam.

"Enak aja! Ini masih baru kak rava!" Elak Ica.

"Bodo" Balas rava.

Ica mendengus sebal di tambah dengan kekehan mereka yang menertawakan dirinya.

RachelicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang