1.Her Life

4.7K 277 54
                                    

Haii gais, nightmare aku re-publish lagi.  Jalan ceritanya masih sama kok, cuman beberapa ada yang aku ganti soalnya agak kurang masuk.

OKEY ENJOY THE NIGHTMARE

_____________________
_____________________

'Every dream she went through felt like a nightmare'

"Hah... hah... hah..."

Terangnya purnama menyambut mata berbinar gadis itu. Lolongan anjing yang terdengar begitu ringkih menambah suasana mencekam yang ia rasakan.

Dengan nafas terengah-engah gadis itu melirik ke arah jendela. Merasa jika ada sesosok makhluk yang memperhatikannya dari luar. Nyatanya, tak terlihat apapun disana.

Rasanya malam-malam ini sama dengan malam-malam sebelumnya. Mimpi buruk, lolongan anjing, sosok di jendela. Bahkan gadis berumur 21 tahun itu tak pernah mendapat tidur yang baik beberapa bulan terakhir.

Mengusap mata sembari melirik jam weker di nakas yang menunjukkan pukul 1 pagi. Ia menghela nafas, berusaha kembali tidur namun rasanya kantuk sudah hilang dari pikirannya.  Hanya orang idiot yang masih bisa tertidur tenang setelah apa yang dilihatnya barusan.



















"Hei, Jung Eunha!"

Ia menoleh pada sahabatnya dengan pandangan malas, lalu kembali berkutat pada tugas kampus yang begitu banyak.

Ya, dari luar Jung Eunha terlihat seperti orang yang tak mau bergaul dengan yang lain. Tak ada yang bisa menyangkalnya. Lihatlah, bahkan sekarang ia menyendiri di pojok kelas yang sudah sepi, padahal kelas telah berakhir dua jam yang lalu.

Sebagai teman yang baik, Jung Jaerim selaku sahabatnya menjemput gadis itu. Kebetulan mereka berbeda kelas hari ini.

"Kau tak mau pulang?" Tanya Jaerim.

Kembali menoleh lalu berdecak pelan, "tidak lihat aku masih belum selesai dengan tugasku?" Gadis berambut sebahu itu berujar tajam. Jaerim saja meringis mendengar nada bicara itu. "Kau tak tahu bagaimana rasanya menjadi ketua dalam presentasi, Jae."

"Iya-iya, lagipula kenapa kau mau-mau saja ditunjuk sebagai ketua kelompok?"

"Aku tidak bisa melawan pelototan semua orang padaku saat itu. Jadi aku terpaksa untuk setuju."

Eunha baru ingat. Seharusnya ada satu orang lagi yang ada disini.

"Dimana Vernon?"

Omong-omong tentang lingkup pertemanan Eunha, ia memiliki 2 orang teman yang selalu mengikutinya layaknya anak bebek, ia berperan sebagai ibunya. Namun mereka memang defenisi teman yang bisa dianggap teman lebih tepatnya. Mereka berteman sejak 3 tahun lalu, mungkin. Entahlah, sepertinya itu tidak terlalu penting.

Jaerim mengangkat kedua bahunya, "mungkin saja dia tengah melakukan," lalu Jaerim membuat tanda kutip dengan kedua tangannya seperti mengatakan kau tahu maksudku. Eunha mengangguk paham dan kembali fokus pada tugasnya.

Tak ada yang tahu bagaimana kehidupan mereka bertiga. Eunha, Jaerim, dan sahabat laki-lakinya Vernon. Lagipula siapa yang peduli. Semua orang sibuk dengan urusan masing-masing.

Pft,

Eunha merenggangkan tubuhnya kala rasa penat hadir. Jaerim yang sedari tadi sibuk dengan ponsel segera mengalihkan pandang. "Sudah selesai?"

Eunha mengangguk. Gadis itu membereskan kertas-kertas yang berserakan. Juga mematikan laptonya. Tak lupa sedikit memperbaiki riasan. Wanita, biasa.

Nightmare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang